Apa itu Psoriasis, Penyakit yang Menyebabkan Selebgram Bangun Tidur Berdarah-darah. Simak Terapinya

Bertepatan dengan Hari Psoriasis Sedunia, mari kita mengenal tentang penyakit ini. Selebgram Olivia Lazuardy menceritakan pengalamannya.

Penulis: Beni Yulianto | Editor: Teguh Prasetyo
kompas.com
Selebgram sekaligus beauty influencer, Olivia Lazuardy.(KOMPAS.com/RENI SUSANTI) 

Apa itu Psoriasis, Penyakit yang Menyebabkan Selebgram Bangun Tidur Berdarah-darah. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Nama penyakit ini mungkin terdengar asing. 

Namun, banyak artis hingga selebram yang mengaku terkena penyakit ini. 

Untuk pengetahuan, kenali dan p[ahami ciri-ciri penyakit ini. Selanjutnya, ada terapi khusus penderita. 

Psoriasis barangkali terdengar asing dan kurang populer dibanding penyakit lainnya.

Tapi setidaknya, psoriasis mulai dikenal setelah Kim Kardashian mengaku terkena penyakit ini.

Bertepatan dengan Hari Psoriasis Sedunia, mari kita mengenal tentang penyakit ini.

Kepala Divisi Dermatologi Pediatrik Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSCM/FKUI, dr. Githa Rahmayunita, SpKK menjelaskan, psoriasis adalah penyakit kulit akibat autoimun.

Seperti penyakit autoimun lainnya, hingga saat ini penyebabnya tidak diketahui pasti.

"Tapi yang jelas terjadi pembelahan dan pematangan sel kulit yang lebih cepat dibanding sel kulit normal," kata Githa dalam acara peringatan Hari Psoriasis Sedunia di Jakarta, Sabtu (29/10/2016).

Psoriasis ditandai dengann munculnya bercak merah bersisik. Ada berbagai jenis psoriasis berdasarkan bentuk dan luas penyebarannya, antara lain psoriasis vulgaris berupa plak, psoriasis gutata berbentuk tetesan, psoriasis inversa yang muncul di lipatan kulit, psoriasis pustulosa yang berbentuk jerawat, dan psoriasis eritoderma, yaitu berwarna kemerahan dan bersisik di seluruh badan.

Psoriasis bersifat menahun. Artinya, pasien akan memiliki penyakit ini seumur hidupnya.

"Tetapi bisa terjadi remisi dan kambuh kembali tanpa penyebab yang jelas.

Dengan pengobatan yang tepat penyakit dapat dikontrol," lanjut Githa.

Dikutip dari WorldPsoriasisDay.com, prevalensi psoriasis di dunia mencapai 125 juta jiwa.

Di Indonesia, belum ada data pasti pasien psoriasis.

Namun, Departemen Kulit dan Kelamin RCSM/FKUI mencatat 71 kasus baru psoriasis tahun 2015.

Penyakit ini lebih sering ditemui pada usia 15-30 tahun.

Akan tetapi, sekitar 10 persen muncul pada usia kurang dari 10 tahun.

Bukan penyakit menular Githa menegaskan, psoriasis bukan penyakit menular.

Hanya saja, pasien kerap merasa malu karena penyakit ini terlihat jelas di kulit.

Meski bukan tergolong penyakit yang mematikan, psoriasis bisa berdampak pada kehidupan sosial ekonomi pasiennya.

Pasien bisa merasa kurang percaya diri, mengalami gangguan tidur, kesulitan kehidupan pekerjaan, hingga bisa saja menjadi depresi.

Untuk itu, sangat dibutuhkan dukungan dari keluarga, orang terdekat, dan orang sekitar.

Selebgram Jadi Korban

Selebgram sekaligus beauty influencer Olivia Lazuardy menceritakan penyakit psoriasis yang dialaminya.

Psoriasis adalah peradangan pada kulit yang ditandai dengan ruam merah, kulit kering, tebal, bersisik, dan mudah terkelupas.

Hal tersebut disebabkan oleh kondisi autoimun.

Di mana, sistem kekebalan tubuh akan membuat sel kulit tumbuh 10 kali lebih cepat dari yang normal.

Pada kulit normal, dibutuhkan tempo 28-30 hari untuk memproduksi sel kulit baru, dan melepaskan sel kulit lama.

Namun, pada pengidap psoriasis, sel kulit baru bisa muncul dalam 3-4 hari.

Sel kulit akhirnya menumpuk, putih tebal, kering, bersisik, dan gatal.

Kalau bagian putih lepas, maka kulit akan berdarah-darah.

 “Kalau bangun tidur bisa berdarah-darah (di baju),” ujar Olivia di Bandung Skin Centre, Jumat (30/8/2019).

Olivia mengaku mengetahui penyakitnya itu sejak 10 tahun lalu, saat memasuki usia remaja.

"Pemicunya terbilang banyak, bisa capek, stres, bahkan kalau badan mulai gak enak, psoriasis-nya muncul dan bertumbuh," kata dia.

Biasanya, bagian tubuh Olivia yang terserang gangguan ada di punggung.

Meski menjadi luka dan berdarah, namun untungnya -kata dia, tidak meninggalkan bekas.

Awalnya, ia tidak mengunggah kondisi tubuhnya yang memiliki autoimun ke media sosial.

Baru dua tahun belakangan dia berbagi, dan ternyata banyak yang mengalami hal serupa.

Namun, menurut Olivia, biasanya pengidap masalah ini memilih diam karena malu, atau karena alasan lain. 

Penyakit psoriasis, sambung Olivia, tidak bisa disembuhkan.

Namun bisa dikontrol dengan perawatan yang tepat.

“Selama ini perawatannya masih dari luar, kaya lotion khusus dan salep. Tapi perawatan dari luar itu temporary, tidak memotong dari akarnya,” kata dia.

Untuk itulah, Olivia ingin mengobati dari dalam dengan melakukan tes nutrigenomic.

Dengan pengujian itu dia bisa mengetahui tubuhnya tidak cocok dengan makanan jenis apa, atau vitamin apa.

Lebih jauh, Spesialis Gizi Klinis Bandung Skin Center, A Firmansyah menjelaskan, nutrigenomic adalah pemeriksaan genetik yang menghubungkan antara jenis-jenis makanan dengan penyakit degeneratif.

Misalnya jantung koroner, diabetes, hipertensi, penyakit ginjal, dan autoimun.

Nutrigenomic merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui zat gizi apa yang kurang pada diri seseorang. “Itu diperlukan untuk menentukan dosis vitamin dan mineral yang diberikan,” kata Firmansyah.

Selain itu, pemeriksaan ini bisa memperlihatkan intoleransi tubuh seseorang pada jenis makanan tertentu.

Dengan begitu, pola makan dan bentuk olahraga yang akan dianjurkan juga akan lebih cocok, sehingga bisa segera mendapatkan tubuh ideal, sehat, dengan gizi seimbang.

“Pemeriksaan cukup sekali seumur hidup. Teknologi yang kami gunakan dari Jerman dengan hanya memeriksa air ludah,” cetus dia.

Terapi Khusus

Sejauh ini ada tiga jenis terapi psoriasis, yaitu topikal, fototerapi, dan sistemik (oral dan injeksi).

1. Topikal Topikal merupakan obat oles untuk mengatasi bercak merah yang muncul di tubuh pasien psoriasis. Pengobatan ini untuk pasien psoriasis ringan dengan luas kelainan kulit kurang dari 3 persen permukaan tubuh.

Ada banyak jenis obat yang bisa diberikan, seperti emolien, kortikosteroid, asam salisilat, tararoten (retinoid), analog vit D dan kortikosteroid, hingga tar.

Danang mengingatkan untuk tidak membeli obat oles tanpa resep dan pengawasan dokter.

Sebab, masing-masing pengobatan memiliki efek samping.

2. Fototerapi Fototerapi merupakan penyinaran pada kulit pasien psoriasis.

Terapi ini biasanya digunakan pada pasien yang tidak mempan diberikan obat salep.

Namun, fasilitas ini belum tersedia di semua rumah sakit. "Kira-kira hanya ada lima tempat yang memiliki fasilitas ini," kata Danang.

Fototerapi juga banyak jenisnya, seperti broadband UVB, narrowband UVB, hingga psoralen + UVB. Setiap jenis fototerapi itu pun memiliki efek samping, misalnya ada yang menimbulkan rasa seperti terbakar matahari.

3. Sistemik Sistemik atau pengobatan oral dan injeksi ditujukan untuk psoriasis sedang hingga berat.

Viral Jasa Melupakan Mantan, Terapi Khusus Agar Cepat Move On

Biasanya digunakan untuk tipe psoriasis eritroderma, psoriatik artritis, dan pustulosa. Pengobatan yang terbaru adalah dengan agen biologik, yaitu melalui suntikan maupun infus.

Telapak Tangan Berkeringat Tanda Penyakit Jantung? Simak Penjelasan Ahli dan Cara Mengatasinya

Pengobatan non-medik Selain pengobatan medis, pasien perlu mengatasi sendiri penyakit psoriasis.

Waspadai Ancaman Penyakit DBD di Musim Kemarau, Lakukan Ini untuk Pencegahan

Bisa dengan menghindari faktor pencetus munculnya psoriasis, seperti infeksi bakteri streptococcus, cedera fisik, stres dan konsumsi obat-obatan, misalnya obat jantung. Danang mengatakan, pasien psoriasis juga berkaitan dengan risiko penyakit kardiovaskular.

Maka, pasien pun harus menjalani pola makan sehat, olahraga teratur, dan rutin cek kesehatan.

(kompas.com)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul 3 Jenis Terapi Mengatasi Psoriasis dan Psoriasis, Penyakit Kulit yang Bikin Kulit Bersisik dan Psoriasis, Selebgram Olivia Lazuardy Bangun Tidur Berdarah-darah

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved