Nenek Kakak Beradik Jual Sapu Lidi di Way Kanan demi Sesuap Nasi, Kasat Sabhara: Mereka Jarang Makan
Dua orang nenek kakak beradik hanya hidup berdua di sebuah rumah papan sederhana.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BLAMBANGAN UMPU - Dua orang nenek kakak beradik hanya hidup berdua di sebuah rumah papan sederhana.
Mereka adalah Ngatiyem (85) dan Sutiyem (79).
Kedua nenek kakak beradik itu tinggal berdua di rumah papan sederhana di KM 6 Blambangan Umpu, Way Kanan, Lampung.
Rona bahagia tampak memancar dari keduanya saat disambangi Personel Satuan Sabhara Polres Way Kanan, Kamis (29/8/2019).
Mereka pun tak henti menyampaikan ucapan syukur.
Saat berkunjung, para personel Polri itu memberikan bantuan sembako untuk kebutuhan sehari-hari kedua nenek tersebut.
“Terima kasih Pak Polisi sudah memperhatikan kami sebagai masyarakat miskin. Mudah-mudahan apa yang diberikan mendapatkan balasan baik dari Allah SWT,” jelas Ngatiyem.
Kasat Sabhara Polres Way Kanan, Inspektur Satu I Dewa Gede Anom mengatakan, kedua nenek kakak beradik tersebut tinggal sebatang kara.
• Rumah Nenek 82 Tahun Warga Pesawaran Terbuat dari Geribik dan Berlantai Tanah
Hal itu karena mereka tidak memiliki keturunan.
Suami Ngatiyem meninggal sejak 10 tahun lalu.
Mereka tidak memiliki keturunan.
Hal serupa dialami adiknya, Sutiyem.
Mereka hidup bersama dalam satu rumah yang terbuat dari papan.
Ukuran rumah mereka sekitar 10x7 meterpersegi.
“Mereka jarang makan, kalaupun makan, hasil penjualan sapu lidi atau dari belas kasihan warga."
"Saat ini, Ngatiyem juga sudah sulit berjalan, hanya bisa duduk di rumah,” terang I Dewa Gede Anom mewakili Kapolres Way Kanan, AKBP Andy Siswantoro.

Ia menambahkan, Sutiyem mencari bahan baku membuat sapu lidi.
Sementara, adiknya yang membuat sapu lidi.
• Nenek 70 Tahun Dipergoki Selingkuh, Nasib Tragis Menimpa Pria Selingkuhan Seusai Berhubungan Intim
Namun, hal itu tidak setiap hari dilakukan.
Gede menyatakan, pihaknya melakukan aksi sosial sebagai bentuk kepedulian kepada sesama khususnya kaum duafa.
Nenek Ngatiyem dan Sutiyem menerima bantuan sembako berupa beras, telur, mi instan, air mineral, sabun cuci, kopi, gula, dan minyak makan.
Ia merasa terharu dengan kehidupan yang dijalani kedua warga tersebut di usianya yang sudah tua.
“Saya sangat sedih melihat kondisinya, yang sekarang ini.”
“Saya sebelumnya dapat laporan dari masyarakat dengan kondisi kedua nenek itu."
"Setelah patroli, saya langsung mengunjungi nenek di kediamannya dan memberikan sedikit bantuan, meskipun itu tidak seberapa,” jelas I Dewa Gede Anom.
Nenek Giyem
Sebelumnya diberitakan, nenek Ginem (70) hidup sebatang kara di Lampung Utara.
Aparatur Pemerintah Desa Simpang Abung, Kecamatan Abung Barat, Kabupaten Lampung Utara berencana memperbaiki rumah nenek Ginem (70).
Warga lanjut usia tersebut hidup sebatang kara di rumah geribik.
Kondisi fisiknya telah kurang pendengaran dan penglihatan.
"Sudah dalam perencanaan kita untuk melakukan perbaikan rumahnya, dan pihak pemerintah kabupaten juga sudah melihat kondisi kesehatan nenek Ginem ini," kata Tarmizi, Kepala Desa Simpang Abung, Selasa (9/7/2019).
Ia menambahkan, aparatur desa sudah berkunjung ke kediaman nenek Ginem.
Warga setempat dan aparatur sukarela memberikan bantuan.
"Selama ini kita yang merawatnya, semenjak suaminya meninggal. Bahkan warga secara suka rela menolongnya untuk membereskan rumah dan membersihkan kotoran nenek Ginem ini," ujar Tarmizi.
Ginem kepada awak media menerangkan, ia merantau bersama almarhum suaminya Sudarto (72) ke Kabupaten Lampung Utara 30 tahun lalu.
“Kami berdua awalnya dari Jawa Tengah. Ke Lampung Utara ingin ikut tetangga, tetapi sampai di sini mereka sudah tidak di Lampung Utara,” jelasnya.
Semasa hidup, suami Ginem kerja serabutan.
Penghasilannya tidak menentu, seminggu kadang Rp 150 ribu, kadang tidak ada pemasukan sama sekali.
“Kami tidak punya anak. Rumah ini hasil karya dari suami. Tanahnya milik keluarga Mariam tetangga kami. “Saya disini cuma nebeng di tanah milik keluarga Mariam,” ujarnya.
• Kisah Viral Cik Onah, Nenek Pikun di Bandar Lampung yang Ditelantarkan Keluarganya, Ternyata. . .
Ginem menyampaikan, suaminya meninggal Juni 2019 lalu.
Ia hanya pasrah menunggu belas kasih dari tetangganya, demi bertahan hidup.
Kepala Dinas Kesehatan Lampung Utara dr Maya Metissa mengatakan, petugas Puskesmas Abung Barat telah memeriksa kesehatan nenek Ginem.
Bila kondisinya tidak sehat akan diberikan pelayanan kesehatan. (tribunlampung.co.id/anung bayuardi)