Viral! Pengurus Pinjamkan Halaman Masjid untuk Kebaktian. Indahnya Toleransi Beragama di Indonesia
Prinsip toleransi dalam islam bukan hal yang baru. Sejak jaman Rasulullah sudah mengajarkan kepada umatnya menghormati non muslim, sepanjang mereka ti
Penulis: Romi Rinando | Editor: Teguh Prasetyo
Namun demi rasa kemanusiaan, mereka menunda sebentar pengajian tersebut. Kebaktian berlangsung di depan masjid pada pukul 01.00 WIB hingga Pukul 01.30 WIB, dipimpin seorang pendeta.
Setelah kebaktian selesai, jenazah dibawa ke peristirahatan terakhir. Pengurus masjid dan warga sekitar kemudian membuka jalan yang sudah ditutup sejak hari Minggu.
Setelah upacara tersebut, salah seorang anggota keluarga pihak yang berduka, yaitu Jeferson Goeltom, mengunggah momen itu di media sosial.
Dia akun Facebook-nya, Jeferson Goeltom mengucapkan terimakasih kepada pengurus masjid dan warga sekitar yang telah mengizinkan penggunaan pelataran masjid itu.
"Terima kasih saudaraku pengurus masjid dan masyarakat sekitar atas bantuan dan toleransi yang super tinggi," tulis Jeferson. Postingan itu kemudian viral dan menjadi perbincangan di jagat internet.

Toleransi yang terjaga Agus mengatakan, kurang lebih 30 tahun dia tinggal di kawasan tersebut. Sejak awal tinggal di situ belum pernah terjadi permasalahan dengan perbedaan keyakinan, budaya, atau suku. Warga yang tinggal di kawasan Cempaka Baru tersebut berasal dari berbagai suku dan agama.
• Hari Ini Penyampaian Visi Misi Calon Rektor Unila, 2 Calon Sudah Hadir Sejak Pagi
Ia bahkan menunjukkan bahwa lokasi masjid itu sendiri dikelilingi warga yang berbeda-beda kepercayaan.
"Di sini emang banyak, suku Batak, suku Tionghoa, Jawa, Padang. Agamannya juga beda-beda, Islam, Kristen," ujar dia.
Puluhan tahun hidup berdampingan, toleransi yang luar biasa terbangun di antara mereka.
"Kayak waktu shalat Jumat atau ada peringatan hari besar itu kan pelataran dipakai untuk shalat, pada ngerti itu kalau parkir jangan di dekat pelataran. Terus kalau ada kebaktian rutin di dekat juga mereka pasti menyesuaikan dengan waktu shalat," ujar Agus.
Agus berharap kondisi seperti ini tidak hanya terjadi di kawasan Cempaka Baru, tempat dia tinggal, tetapi dipraktekkan di seluruh wilayah Indonesia.
Hal itu bisa diwujudkan karena pada dasarnya, warga Indonesia sangat beragam dan sudah terbiasa dengan perbedaan.
Namun terkadang ada pihak ketiga yang memanfaatkan perbedaan untuk memicu perpecahan.
"Jadi kalau bisa malah, se-Indonesia tahu toleransi di sini. Jangan ada oknum ke tiga... mengacaukan konsep Bhineka Tunggal Ika," kata dia.
(sumber kompas.com)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Indahnya Toleransi Beragama di Cempaka Baru, Jakarta Pusat",