Tribun Lampung Tengah
Diserang Hama Ulat, Petani Pilih Jual Jagung Muda ke Penggemukan Sapi
Unus, petani jagung di Kecamatan Anak Tuha, menuturkan, 30 persen lahan jagung miliknya tidak bisa diselamatkan dari serangan hama ulat.
Penulis: syamsiralam | Editor: Daniel Tri Hardanto
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, ANAK TUHA - Petani jagung di Lampung Tengah mengeluhkan serangan hama ulat.
Pasalnya, serangan hama ulat berdampak terhadap menurunnya hasil panen jagung.
Para petani rata-rata mengalami penurunan panen hingga 30 persen.
Unus, petani jagung di Kecamatan Anak Tuha, Lampung Tengah, menuturkan, 30 persen lahan jagung miliknya tidak bisa diselamatkan dari serangan hama ulat yang terjadi sejak Mei 2019 lalu.
"Ya hasilnya tidak semua (tanaman) bisa dipanen. Ada sekitar 30 persen tanaman yang mati. Jadi pendapatan juga turun," terang Unus saat dikonfirmasi, Minggu (1/9/2019).
Kondisi tersebut diperparah dengan anjloknya harga jagung belakangan ini.
Saat ini, lanjut Unus, harga jagung kering berada di kisaran Rp 4.800 per kilogram.
Angka tersebut turun dari harga sebelumnya Rp 5.300 per kilogram.
Untuk menghindari kerugian lebih besar, Unus pun memilih untuk menjual jagung muda ke perusahaan penggemukan sapi.
• Hasil Panen Petani Jagung di Lampung Selatan Turun Drastis Akibat Kemarau
• Hama Ulat Serang Tanaman Jagung di Dua Kampung, Ini Langkah Pemkab Lampung Tengah
"Kalau yang baru saya tanam saya tebon (babat muda). Kemudian saya jual ke penggemukan sapi. Kalau menunggu tanaman tua, takutnya terserang hama lagi," imbuhnya.
Serangan hama ulat juga terjadi di Kecamatan Seputih Raman.
Puluhan hektare lahan petani jagung di kecamatan itu terancam gagal panen.
Sunaryo, petani setempat, menyebutkan, serangan hama ulat sudah terjadi sejak tiga pekan terakhir.
Ia menjelaskan, hama ulat menyerang tanam jagung berusia satu hingga tiga pekan.
Akibat serangan ulat, daun jagung menjadi berlubang, batang keropos, dan bonggol jagung membusuk. (Tribunlampung.co.id/Syamsir Alam)