Kisah saat Soeharto Jadi Prajurit Todongkan Pistol ke Kepala Jenderal TNI: Tak Selentik Kowe!
Kisah saat Soeharto Jadi Prajurit Todongkan Pistol ke Kepala Jenderal TNI: Tak Selentik Kowe!
“Tak selentik kowe! (aku sentil kau!)” kata Soeharto yang rupanya tengah murka kepada Herman.
“Ada apa, Pak?” tanya Herman.
“Kamu…., dari jip sampai tank mesti lewat kamu. Saya ini kamu anggap apa?” ujar Soeharto.
Herman yang masih memendam ngeri dalam hati bertanya lagi,
“Mengenai apa, Pak?” tanya Herman
“Kamu memberi 10 truk kepada kavaleri yang kamu ambil dari gudang Cakrabirawa!” jawab Soeharto.
Rupanya Soeharto tersinggung dengan inisiatif Herman yang dianggap mendahului Panglima Kostrad.
Sehari sebelumnya, Herman memang mengatur gerakan untuk menumpas Gerakan 30 September.
Prakarsa itu dilakukan Herman lantaran Panglima Kodam V Jaya, Mayor Jenderal Umar Wirahadikusumah mengkonsinyasi pasukan garnisun Jakarta.
Dengan kedudukannya sebagai Kepala Biro Antar Angkatan dan Kesiapsiagaan Staf Umum AD, Herman memutuskan untuk menyiapkan kekuatan pemukul.
Herman bergerak cepat dengan mengambil alih 10 unit truk yang berada di pool Resimen Cakrabirawa di Cawang.
Truk-truk tersebut diserahkan kepada Brigade Kavaleri pimpinan Letnan Kolonel Wing Wiryawan.
Selanjutnya Herman bergerak ke Jalan Madiun, mengobrak-abrik markas Badan Pusat Intelijen (BPI) pimpinan Soebandrio dan menangkap orang-orang yang terlibat atau diduga PKI.
Karena dinilai terlalu cepat dan melibatkan pasukan skala cukup besar, tindakan Herman ini menimbulkan kesalahpahaman dengan Soeharto.
“Kalau (pistol) itu meledak, mati gue,” kata Herman bertahun-tahun kemudian kepada sejarawan Rushdy Hoesein saat mengenang kemarahan Soeharto tersebut.