Liga 1 2019
Badak Lampung Minta Ketua PSSI Iwan Bule, Berantas Match-Fixing di Liga Indonesia
Badak Lampung FC mengharapkan Ketua PSSI terpilih periode 2019-23, Iwan Bule berkomitmen memberantas praktik match-fixing di Liga Indonesia.
Penulis: Tama Yudha Wiguna | Editor: Noval Andriansyah
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID – Perseru Badak Lampung FC mengharapkan Ketua PSSI terpilih periode 2019-2023, Mochamad Iriawan alias Iwan Bule berkomitmen memberantas praktik match-fixing di Liga Indonesia.
Pernyataan tersebut disampaikan Manajer Tim Badak Lampung, Dany Aulia kepada Tribunlampung.co.id, Minggu (3/11/2019).
Dany menjelaskan sebagai salah satu dari 106 voters yang terdiri dari perwakilan Asosiasi Provinsi, klub Liga 1, Liga 2, Liga 3, Asosiasi Futsal, dan Sepakbola Wanita di dalam Kongres Luar Biasa PSSI 2019.
Dany mengaku, cocok dengan visi misi yang diusung Iwan Bule sebagai Caketum PSSI periode 2019-2023.
• Badak Lampung Tanpa Bonai dan Malisic Hadapi Borneo FC, Ini 18 Pemain yang Dibawa ke Samarinda
• Lupa Tutup Pintu Saat Berhubungan Badan, Pasangan Turis Ini Diusir dari Kapal Pesiar
“Pembinaan sepak bola, perbaikan sistem kompetisi dan tentunya masalah Satgas (Satuan Tugas) Antimafia Bola. Itu semua program-program yang kita inginkan,” kata Dany, Minggu (3/11/2019).
Terlebih, Dany menilai Iwan Bule memiliki latar belakang sebagai seorang polisi.
Sehingga, menurut Dany, permasalahan mafia bola dan match-fixing di Liga Indonesia dapat menjadi prioritas, yang harus segera diselesaikan.
“Kami melihat sosok Pak Iwan pribadi yang baik, dia juga memiliki kekuatan. Tentu hal-hal seperti itu akan semakin sinergi,” papar Dany.
Di samping itu, Dany menyayangkan mundurnya Bustami Zainudin sebagai calon anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI periode 2019-2023.
Pasalnya Bustami merupakan satu-satunya nama putra daerah Lampung, yang mencalonkan diri di tubuh PSSI, namun tetap pihaknya menghargai segala bentuk keputusan mantan Bupati Way Kanan periode 2005-2010 dan 2010-2015 tersebut.
“Kita sudah siap mendukung penuh beliau (Bustami Zainudin),” tandasnya.
Pelatih Baru Timnas
Pelatih asal Korea Selatan, Shin Tae-yong, disebut-sebut bakal menjadi juru taktik baru timnas Indonesia.
Setelah Kongres PSSI yang memilih dirinya menjadi ketua umum, Iwan Bule menyebut ada dua kandidat pelatih yang saat ini ia pertimbangkan.
Dua kandidat itu, lanjut Iwan, salah satunya adalah Luis Milla yang pernah menangani timnas Indonesia pada 2017 hingga 2018.
Sedangkan nama kedua, adalah pelatih yang berasal dari Benua Asia.
"Publik juga menyampaikan untuk memanggil Luis Milla, itu akan kami dalami. Karena ada yang lain juga yang cukup bagus yakni mantan pelatih Korea Selatan," ujarnya menambahkan.
Dari ucapan Iwan tersebut, muncul spekulasi bahwa pelatih timnas Korea Selatan di Piala Dunia 2018, Shin Tae-yong, adalah yang dimaksud.
Shin memang sudah tak lagi melatih tim Negeri Ginseng setelah gagal membawa Son Heung-min cs lolos dari fase grup Piala Dunia 2018.
Sosok Shin kemudian disangkut-pautkan dengan kursi pelatih timnas Indonesia yang sedang banyak disorot.
Maklum, Simon McMenemy, pelatih timnas Indonesia saat ini, gagal membawa tim Garuda tampil apik di Kualifikasi Piala Dunia 2022.
Timnas Indonesia menelan empat kekalahan beruntun dari empat laga yang telah dilakoni.
Posisi Simon pun terancam. Ia dituntut untuk mundur oleh suporter timnas Indonesia.
Namun, mengganti Simon dengan Shin Tae-yong agaknya menjadi perjudian juga.
Shin tak memiliki rekor mentereng bersama timnas senior Korea Selatan.
Dari 21 penampilan, Shin cuma bisa mencatatkan 7 kemenangan dan 6 hasil imbang.
Sedangkan 8 laga sisanya berakhir dengan kekalahan untuk Taeguk Warriors.
Jika dirata-rata, Shin cuma mengumpulkan 1,29 poin per pertandingan bersama timnas senior Korea Selatan.
Soal gol, Korsel arahan Shin juga tak bagus-bagus amat. Dari 21 laga tersebut, gawang Korsel kebobolan 27 kali dan cuma mencetak 26 gol.
Di kelompok usia U-20, Shin pernah menangani timnas muda Korea Selatan meski tak lama.
Hanya tujuh bulan jadi pelatih di tim itu (Januari-Juli 2017), Shin menjalani empat pertandingan yang cuma sekali bisa dimenangkan.
Sisanya, satu laga berakhir draw dan dua pertandingan berujung kekalahan.
Meski begitu, di timnas U-23 Korea Selatan pada 2016, Shin bisa memenangi keseluruhan empat laga yang dijalani.
Satu kekurangan lain yang dimiliki oleh Shin adalah kurangnya pengalaman melatih di luar negeri.
Sepanjang kariernya menjadi juru taktik, Shin baru sekali melatih tim luar negeri yakni di Australia bersama Brisbane Roar.
Namun, saat itu Shin hanya menjadi asisten manajer.
• Biodata Iwan Bule, Ketum PSSI Baru yang Seorang Jenderal Polisi, Simak Rekam Jejaknya
• Dulu Imut dan Manis hingga Digilai Penggemar, Artis Pencarian Bakat Ini Kini Gondrong Bertato
Shin mulai jadi pelatih di klub kasta tertinggi Liga Korea Selatan, K-League 1, yakni Seongnam FC.
Setelah itu pelatih 49 tahun tersebut langsung masuk ke timnas Korea Selatan.
Minimnya pengetahuan Shin tentang kultur sepak bola Asia Tenggara barangkali bisa menjadi kekurangan eks pemain Ilhwa Chunma itu. (tribunlampung.co.id/tama yudha wiguna)