Tribun Bandar Lampung

Jadwal Sriwijaya Air dari Lampung Berkurang, Manajemen: Tak Ada Hubungan Pecah Kongsi dengan Garuda

Desta Afhandi menjelaskan, setiap tahunnya, memasuki November, merupakan periode low season.

Penulis: kiki adipratama | Editor: Noval Andriansyah
Dokumentasi Tribun Lampung
Ilustrasi - Jadwal Sriwijaya Air dari Lampung Berkurang, Manajemen: Tak Ada Hubungan Pecah Kongsi dengan Garuda. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Maskapai penerbangan Sriwijaya Air Lampung memastikan, jika berkurangnya penerbangan jam Sriwijaya Air dari 5 kali menjadi 3 kali, tidak ada kaitannya dengan isu yang sedang ramai saat ini, yakni pecah kongsi dengan Garuda Indonesia.

Sales Supervisor Sriwijaya Air District Lampung Desta Afhandi mengatakan, berkurangnya penerbangan Sriwijaya Lampung dikarenakan kondisi saat ini sedang memasuki low season atau sebutan periode di tahun ketika orang paling sedikit.

Maka dari itu, kata Desta Afhandi, pihaknya memutuskan untuk mengurangi jadwal penerbangan dari 5 kali terbang menjadi 3 kali terbang.

"Itu sama sekali tidak ada kaitannya pecah kongsi dengan Garuda, yang sebenarnya terjadi adalah kondisi saat ini sedang low season sehingga dikurangi penerbangannya," kata Desta Afhandi, saat di hubungi Tribunlampung.co.id, via telepon, Minggu (10/11/2019).

Tangga Raja, Jejak Kejayaan Menggala Sebagai Kota Perdagangan Masa Lalu, Lihat Foto-fotonya

Desta Afhandi menjelaskan, setiap tahunnya, memasuki November, merupakan periode low season.

Sehingga, kata Desta Afhandi, terjadinya pengurangan penerbangan Sriwijaya Air di Bandara Radin Inten II Lampung Selatan.

Sementara pada Desember, lanjut Desta Afhandi, merupakan periode peak season atau di mana pada bulan tersebut akan banyak orang bepergian.

"November itu low season, oleh karena itu dikurangi (jadwal penerbangan), kalau nanti Desember itu sudah peak season, jadi bisa kembali normal, 5 penerbangan lagi," ucap Desta Afhandi.

Pada Desember, kata Desta Afhandi, akan ada 2 agenda besar, yakni Hari Raya Natal dan Tahun Baru.

Sehingga, menurut Desta Afhandi, akan banyak orang bepergian.

Kendati demikian, kata Desta Afhandi, pihaknya mengaku penerbangan Sriwijaya Air saat ini sudah tidak ada yang terhambat lagi atau kembali normal seperti biasa.

Sebab, pada hari ini, Minggu (10/11/2019), ucap Desta Afhandi, Sriwijaya Air sudah menerbangkan para penumpangnya dengan tujuan Jakarta dan Yogyakarta.

"Saat ini sudah kembali normal dan tidak ada hambatan, pagi tadi sudah menerbangkan ke Jakarta dan Yogyakarta," sebutnya.

Mengingat pengurangan penerbangan menjadi tiga kali, kata Desta Afhandi, tingkat keterisian kursi penumpang saat ini mencapai 90 persen.

Menurut Desta Afhandi, hal tersebut masih dalam kondisi yang wajar, di mana Sriwijaya Air masih bisa mengantarkan para penumpang dengan penerbangan tiga kali.

"Dengan kondisi low season bisa dikatakan pas, meskipun agak banyak juga," ucap Desta Afhandi.

Dua Polisi Roboh Tertembus Peluru di Mapolsek, Kapolres: Bukan Baku Tembak

Sementara itu, tarif penerbangan Sriwijaya Air selama November ini masih normal.

Namun demikian, Desta Afhandi memrediksi, akan adanya kenaikan tarif di periode peak season atau di Desember 2019.

"Sekarang ini untuk tarif masih normal, tapi di Desember pas peak season kayanya bakal naik. Tapi belum jelas berapa," tandas Desta Afhandi.

Putus-nyambung

"Kisah cinta" antara Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air tidak berjalan harmonis.

Bisa dibilang, hubungan kedua maskapai tersebut putus-nyambung.

Yusril Ihza Mahendra selaku kuasa hukum yang juga pemegang saham Sriwijaya Air pun membeberkan kronologi perceraian tersebut.

Berawal pada Kamis (7/11/2019), Sriwijaya Air dan Garuda Indonesia sepakat kerja sama bakal terjalin setidaknya tiga bulan ke depan sembari menunggu hasil audit.

Audit dilakukan bersama Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) terkait untung rugi perusahaan selama Sriwijaya dibantu oleh Garuda Indonesia.

Menurut Yusril, ada data yang bertolak belakang dalam laporan kedua maskapai.

"Pihak Sriwijaya mengatakan utang malah tambah membengkak. Sementara Garuda Indonesia menganggap utang malah berkurang 18 persen. Ya sudah kita audit saja pake BPKP," kata Yusril di Jakarta, Kamis (7/11/2019).

 BREAKING NEWS - Dirut Sriwijaya Air Minta Maaf, Pastikan Penumpang Dapat Kompensasi

 BREAKING NEWS - Penerbangan Lampung-Jakarta Batal, Begini Kata Sriwijaya

Jumat (8/11/2019), kerja sama yang semula bakal dilanjutkan tiga bulan ke depan rupanya mengalami keretakan lagi.

Berikut kronologinya:

1. Garuda Minta Tunai

Dalam keterangan tertulisnya, Yusril mengatakan, hubungan kerja sama kandas karena beberapa tindakan Garuda pada hari Kamis saat keduanya berseteru.

Ada instruksi mendadak dari Garuda Group kepada semua anak perusahaannya, GMF, Gapura Angkasa, dan Aerowisata untuk memberikan pelayanan hanya jika Sriwijaya membayar tunai di muka.

"Kalau kamis kemarin tidak bayar cash di muka, diperintahkan agar tidak memberikan pelayanan service dan maintenance apa pun kepada Sriwijaya," cerita dia.

Untuk itu, kata Yusril, Sriwijaya menolak perubahan sistem pembayaran tersebut.

Dia menganggap skema pembayaran tersebut tidak adil (unfair).

Yusril menilai Garuda sengaja ingin melumpuhkan Sriwijaya.

2. 15 Penerbangan Dibatalkan

Akibat instruksi mendadak itu, terjadi kekacauan pada sebagian besar penerbangan Sriwijaya, termasuk di Lampung.

Setidaknya 15 penerbangan Sriwijaya Air dari Bandara Soekarno-Hatta sempat tidak beroperasi pada Kamis (7/11/2019).

“Berdasarkan data yang kami peroleh sejak awal ada 11 penerbangan yang batal. Tadi jam 16.00 WIB tambah 4 lagi (yang batal),” ujar Senior Manager of Branch Communication & Legal Bandara Soetta Angkasa Pura II Febri Toga Simatupang kepada Kompas.com, Kamis (7/11/2019).

Bahkan, sejumlah penumpang di Bandara Mozes Kilangan Timika, Papua, sempat memblokade pintu keberangkatan untuk penumpang pesawat Garuda Indonesia yang akan berangkat ke Nabire.

Akibatnya, penumpang pesawat Garuda Indonesia harus melewati pintu keberangkatan internasional.

Adapun pembatalan penerbangan Sriwijaya Air di sejumlah titik disebabkan karena pihak Garuda Indonesia melalui GMF tidak merilis izin kelayakan terbang pesawat Sriwijaya Air sebagai imbas dari putusnya hubungan kerja sama.

Asal tahu saja, selama masuk dalam lingkaran kerja sama dengan Garuda, maintenance pesawat Sriwijaya Air ditangani oleh GMF.

Sriwijaya akhirnya berusaha keras untuk mengaktifkan seluruh rute penerbangannya sendiri.

"Sejak kemarin Sriwijaya berusaha keras untuk mengaktifkan seluruh rute penerbangannya sendiri atau dengan bekerja sama dengan pihak lain di luar Garuda Group," ucap Yusril.

 BREAKING NEWS - Sriwijaya Lampung-Jakarta Batal Terbang, Penumpang Terpaksa Carter Mobil

3. Jalan Buntu

Yusril menyebutkan, putusnya kerja sama antara kedua maskapai itu karena adanya jalan buntu (deadlock) dalam menyusun Board of Directors (BoD) dalam rapat Jumat pagi kemarin.

Para pemegang saham memutuskan untuk mengambil langkah menghentikan kerja sama manajemen dengan Garuda Group.

Yusril menuturkan, nota pemberitahuan pengakhiran kerja sama itu telah dikirimkan ke pihak Garuda Indonesia, Citilink, dan GMF hari ini.

Tidak hanya itu, Sriwijaya juga memberi tahu Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.

"Sriwijaya juga memberitahukan secara resmi Menteri Perhubungan bahwa manajemen Sriwijaya kini diambil alih dan dijalankan sendiri oleh Sriwijaya," ujarnya.

Adapun sebagai langkah awal pengakhiran kerja sama, para pemegang saham telah memutuskan mengangkat BoD Sriwijaya yang baru.

Seluruh BoD baru berasal dari internal Sriwijaya.

4. Sriwijaya Rombak Direksi

Manajemen Sriwijaya Air pun kembali merombak jajaran direksi.

Berdasarkan salinan surat pengangkatan direksi yang didapat Kompas.com, Hendry Lie selaku pemegang saham Sriwijaya Air mengangkat Jefferson Irwin Jauwena sebagai direktur utama.

Pengangkatan Jefferson berdasarkan surat bernomor 088/SK-PS/XI/2019 tertanggal 6 November 2019 yang ditandatangani Hendry Lie.

Pemegang saham Sriwijaya Air juga menunjuk Dwi Iswantoro sebagai direktur teknik.

Lalu, Didi Iswandy diangkat menjadi direktur operasional Sriwijaya Air.

Kemudian, Cecep Cahyana ditunjuk sebagai direktur quality, safety & security PT Sriwijaya Air.

5. Pulangkan Staf Garuda

Pihak Sriwijaya memulangkan semua tenaga staf Garuda Group yang diperbantukan.

Pengembalian semua staf perbantuan dari Garuda Grup dikirimkan pihak Sriwijaya dengan sepucuk surat.

Surat itu ditujukan untuk Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Askhara dan Direktur Utama Citilink Juliandra.

Dalam surat tersebut, terdapat 11 nama staf perbantuan dari Garuda Group yang dikirim balik.

 Konflik Bisnis Sriwijaya Air-Garuda Indonesia Berimbas Penumpang Telantar

Surat tersebut juga ditandatangani oleh Direktur Legal dan SDM Sriwijaya Air Anthony Raimond Tampubolon.

Sebagai langkah lanjutan, Yusril mengatakan pihaknya akan mengundang Garuda Group untuk duduk satu meja membahas pengakhiran kerja sama yang sudah berlangsung selama setahun itu.

"Saya juga meminta agar BPKP dan auditor independen melakukan audit terhadap Sriwijaya untuk mengetahui kondisi perusahaan yang sesungguhnya selama di-manage oleh Garuda Group," ungkapnya. (Tribunlampung.co.id/Kiki Adipratama)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kisruh Garuda-Sriwijaya: Putus, Nyambung, Putus Lagi...

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved