Polri Larang Polisi Hidup Hedonis, Jadi Ingat Sosok Hoegeng Polisi yang Tolak Hadiah Motor Lambretta

Mabes Polri meminta para pegawai negeri di lingkungan Polri bersikap antikorupsi dan menerapkan pola hidup sederhana demi mewujudkan pegawai negeri ya

Penulis: Romi Rinando | Editor: Noval Andriansyah
KOMPAS/DIDIE SW
Ilustrasi - Polri Larang Polisi Hidup Hedonis, Jadi Ingat Sosok Hoegeng Polisi yang Tolak Hadiah Motor Lambretta. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID -   Mabes Polri menerbitkan Surat Telegram Nomor ST/30/XI/HUM.3.4./2019/DIVPROPAM tertanggal 15 November 2019. 

Telegram tersebut berisi peraturan mengenai disiplin anggota Polri, kode etik profesi Polri, dan kepemilikan barang mewah oleh pegawai negeri di Polri.

Telegram tersebut ditandatangani Kadiv Propam Polri Irjen Pol Listyo Sigit Prabowo.

Mabes Polri meminta para pegawai negeri di lingkungan Polri bersikap antikorupsi dan menerapkan pola hidup sederhana demi mewujudkan pegawai negeri yang profesional dan bersih.

Sejumlah poin pola hidup sederhana yang harus dipedomani yakni tidak menunjukkan, memakai, dan memamerkan barang-barang mewah dalam kehidupan sehari-hari, baik di kedinasan maupun di ruang publik.

"Ya benar," kata Irjen Listyo Sigit saat dikonfirmasi, Minggu (17/11/2019), dikutip dari Antara. Surat telegram itu menyebutkan bahwa Polri meminta jajarannya untuk bersikap sederhana sejalan dengan cita-cita mewujudkan tata pemerintahan yang baik dan bersih.

Mutasi Besar-besaran Pertama Kapolri Idham Azis, Deretan Jenderal Digeser hingga Kapolres di Lampung

Polri meminta para pegawai negeri di lingkungan Polri untuk bersikap antikorupsi dan menerapkan pola hidup sederhana untuk mewujudkan pegawai negeri yang profesional dan bersih.

Sejumlah poin pola hidup sederhana yang harus dipedomani yakni tidak menunjukkan, memakai, dan memamerkan barang-barang mewah dalam kehidupan sehari-hari, baik di kedinasan maupun di ruang publik.

Selanjutnya, polisi diminta hidup sederhana di lingkungan internal Polri maupun kehidupan bermasyarakat serta tidak mengunggah foto dan video pada media sosial yang menunjukkan gaya hidup hedonis karena dapat menimbulkan kecemburuan sosial.

Polisi juga diminta menyesuaikan norma hukum, kepatutan, dan kepantasan dengan kondisi lingkungan tempat tinggal dan menggunakan atribut Polri yang sesuai untuk penyamarataan.

Terakhir, para pimpinan, kasatwil, dan perwira diminta memberikan contoh perilaku dan sikap yang baik dengan tidak memperlihatkan gaya hidup hedonis, terutama Bhayangkari dan keluarga besar Polri. "Akan dikenakan sanksi tegas bagi anggota Polri yang melanggar," kata Listyo. 

Telegram Mabes Polri yang meminta  anggota Koprs baju coklat hidup sederhana dan tidak pamer kemewahaan mengingatkan publik  sosok mantan orang nomor satu di Kepolisan. 

s

Kapolri Jenderal Pol Drs. Hoegeng Imam Santoso (kanan) bersama Rektor ITB Prof Dr. Dody Tisna Amidjaja hadir dalam sidang pertama dan kedua dan II kasus penembakan 6 Oktober 1970 di pengadilan Bandung, 1 Desember 1970. Dalam percakapan-percakapan selesai sidang, ia menginginkan agar orang yang bersalah dalam peristiwa 6 Oktober dihukum. (KOMPAS/Hendranto)

Sosok mantan kapolri era tahun 1950 -1960 an banyak dikagumi di kalangan kepolisan dan masyrakat bahkan namanya masih dikenang sampai saat ini.

Dia adalah Jenderal Polisi Hoegeng Imam Santoso.  Hoegeng menjabat sebagai Kapolri sejak 9 Mei 1968.

Namun, saat duduk di puncak kariernya, Jenderal Hoegeng justru harus menelan pahitnya kenyataan.

Jabatan Jenderal Hoegeng tiba-tiba dicopot Presiden Soeharto pada 2 Oktober 1971.

Melansir Kompas.com, sebelumnya Jenderal Hoegeng sempat ditawari menjadi Duta Besar Swedia dan Belgia.

Namun, tawaran itu ia tolak mentah-mentah.

Jenderal Hoegeng bersikukuh ingin mengabdikan dirinya di tanah air.

Namun, fakta berkata lain.

d

Kolase Youtube dan Intisari  /Jenderal Hoegeng Sosok Jenderal Polisi yang Jujur, Kapolri Pertama Bongkar Kasus Besar, Dipensiunkan di Usia 49 Tahun 

Mencuat pertanyaan banyak pihak mengapa Jenderal Hoegeng pensiun dini?.

Ternyata, sebelum dipensiunkan dini oleh Presiden Soeharto, Jenderal Hoegeng rupanya tengah mengusut tuntas kasus pemerkosaan.

Pensiun Diri Dari Kepolisian

Bayangan banyak orang, memasuki masa pensiun orang pertama di kepolisian pasti menyenangkan.

Tinggal menikmati rumah mewah berikut isinya, kendaraan siap pakai.

Semua itu diperoleh dari sogokan para pengusaha.

Kasus inilah yang kemudian santer diduga sebagai penyebab pencopotan Hoegeng oleh Presiden Soeharto.

Hoegeng dipensiunkan oleh Presiden Soeharto pada usia 49 tahun, di saat ia sedang melakukan pembersihan di jajaran kepolisian.

Kabar pencopotan itu diterima Hoegeng secara mendadak.

Kemudian Hoegeng ditawarkan Soeharto untuk menjadi duta besar di sebuah Negara di Eropa, namun ia menolak. Alasannya karena ia seorang polisi dan bukan politisi.

Hoegeng diberhentikan dari jabatannya sebagai Kapolri pada 2 Oktober 1971, dan ia kemudian digantikan oleh Komisaris Jenderal Polisi Drs. Moh. Hasan.

Penyebab Diberhentikan Dari Kapolri

Pemberhentian Hoegeng dari jabatannya ini menyisakan sejumlah tanda tanya di antaranya karena masa jabatannya sebagai Kapolri saat itu belum habis.

Berbagai spekulasi muncul berkaitan dengan pemberhentiannya tersebut, antara lain dikarenakan figurnya terlalu populer dikalangan pers dan masyarakat.

Selain itu ada pula yang menyebutkan bahwa ia diganti karena kebijaksanaannya tentang penggunaan helm yang dinilai sangat kontroversi.

Ternyata masa menyenangkan itu tidak berlaku bagi Hoegeng yg anti disogok.

Pria yang pernah dinobatkan sebagai The Man of the Year 1970 ini pensiun tanpa memiliki rumah, kendaraan, maupun barang mewah.

Rumah dinas menjadi milik Hoegeng atas pemberian dari Kepolisian. Beberapa kapolda patungan membeli mobil Kingswood, yang kemudian menjadi satu-satunya mobil yang ia miliki.

Pengabdian yang penuh dari Pak Hoegeng tentu membawa konsekuensi bagi hidupnya sehari-hari.

Pernah dituturkannya sekali waktu, setelah berhenti dari Kepala Polri dan pensiunnya masih diproses, suatu waktu dia tidak tahu apa yg masih dapat dimakan oleh keluarga karena di rumah sudah kehabisan beras.

Kesederhanaan Hidup Hoegeng Imam Santoso

Hoegeng memang seorang yang sederhana, ia mengajarkan pada istri dan anak-anaknya arti disiplin dan kejujuran.

Semua keluarga dilarang untuk menggunakan berbagai fasilitas sebagai anak seorang Kapolri.

Aditya, salah seorang putra Hoegeng bercerita, ketika sebuah perusahaan motor merek Lambretta mengirimkan dua buah motor, sang ayah segera meminta ajudannya untuk mengembalikan barang pemberian itu.

“Padahal saya yang waktu itu masih muda sangat menginginkannya,” kenang Didit.

Saking jujurnya, Hoegeng baru memiliki rumah saat memasuki masa pensiun.

Atas kebaikan Kapolri penggantinya, rumah dinas di kawasan Menteng Jakarta pusat pun menjadi milik keluarga Hoegeng.

Tentu saja, mereka mengisi rumah itu, setelah seluruh perabot inventaris kantor ia kembalikan semuanya.

Masa Pensiun

Memasuki masa pensiun Hoegeng menghabiskan waktu dengan menekuni hobinya sejak remaja, yakni bermain musik Hawaiian dan melukis sebagaimana di lansir oleh Historia.id.

Lukisan itu lah yang kemudian menjadi sumber Hoegeng untuk membiayai keluarga.

Karena harus anda ketahui, pensiunan Hoegeng hingga tahun 2001 hanya sebesar Rp.10.000 saja, itu pun hanya diterima sebesar Rp.7500!

Setelah pensiun, mantan Kapolri periode 1968-1971 ini beralih ke dunia dunia seni musik dan gelar wicara.

Hoegeng memang menaruh minat dan berbakat dalam menyanyi. Sejak 1968, tatkala menjabat Kapolri, Hoegeng tergabung dalam orkes “tempo doeloe”.

Ketika sudah tak aktif lagi di Kepolisian pada awal 1970-an, Hoegeng bersama grup musik Hawaian Seniors tampil berkala di TVRI dalam acara bertajuk “Irama Lautan Teduh”.

Lebih menarik lagi, Hoegeng kerap berduet dengan sang istri, Merry Hoegeng. Sesekali ikut pula putri mereka, Reny Hoegeng.

Suara yang merdu dipadu penampilan panggung yang apik menyebabkan Hoegeng dijuluki “The Singing General” oleh majalah berita Jakarta Ekspress.

“Yang juga membuat kami senang, kami memiliki banyak penggemar di seluruh Nusantara,” tutur Hoegeng dalam otobiografinya Hoegeng: Polisi Idaman dan Kenyataan karya Abrar Yusra dan Ramadhan K.H.

Selain mejeng di TVRI, Hoegeng kondang pula sebagai penyiar pemandu acara “Obrolan Mas Hoegeng”, yang disiarkan radio Elshinta saban minggu pagi.

Acara ini menjadi program unggulan Elshinta karena ramai pendengar. Tema yang jadi perbincangan seringkali berkaitan soal keadilan dan ketertiban namun dikupas secara kelakar dan lucu.

“Memang, ternyata acara ‘Obrolan Mas Hoegeng’ itu mendapat sambutan hangat dari masyarakat.

Bukan disebabkan pembawa acaranya adalah seorang Kapolri, melainkan masalah yang dibicarakan selalu aktual dan dibawakan dengan gaya bahasa yang asyik,” catat Aris Santoso dkk dalam Hoegeng: Oase Menyejukkan di Tengah Perilaku Koruptif Para Pemimpin Bangsa.

Hanya kurang lebih satu dekade Hoegeng tampil dan bersiaran.

Pada 1980, dia terpaksa berhenti dari panggung hiburan. Pemerintah mencekalnya lantaran terlibat Petisi 50.

Dalam acara Kick Andy di metro TV, Aditya menunjukkan sebuah SK tentang perubahan gaji ayahnya pada tahun 2001, yang menyatakan perubahan gaji pensiunan seorang Jendral Hoegeng dari Rp. 10.000 menjadi Rp.1.170.000.

Hoegeng Wafat

Pada 14 Juli 2004, Hoegeng meninggal dunia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta dalam usia yang ke 83 tahun.

Ia meninggal karena penyakit stroke dan jantung yang dideritanya.

Hoegeng mengisi waktu luang dengan hobi melukisnya.

…Di Indonesia ini hanya ada tiga polisi jujur, yakni polisi tidur, patung polisi, dan Hoegeng – Gus Dur

Itulah sekadar beberapa catatan kenangan untuk Pak Hoegeng.

Seorang yg hidupnya senantiasa jujur, seorang yg menjadi simbol bagi hidup jujur, dan simbol bagi kejujuran yg hidup.

Dikutip dari Tribunnewswiki.com, berikut biodata lengkap Jenderal Hoegeng Imam Santoso.

Biodata Hoegeng Imam Santoso

Nama Jenderal polisi (Purn.) Drs. Hoegeng Imam Santoso

Lahir : 14 Oktober 1921

Pekerjaan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia 1968 - 1971

Riwayat Pendidikan

- Hollandsch Inlandsche School (HIS)

- Meer Uitgebried Lager Onderwijs (MULO)

- Algemeene Middlebare School (AMS) Recht Hoge School (RHS)

- Pendidikan untuk kader polisi tinggi kepolisian di Sukabumi

- Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK)

Riwayat Kerja dan Karier

- Kasi Reskrim Kepolisian Komisariat Jakarta

- Kepala Jawatan Imigrasi

- Menteri Iuran Negara

- Menteri/Sekretaris Kabinet Inti

- Deputi Menteri Muda Panglima Angkatan Kepolisian Urusan Operasi

- Komisaris Jenderal Polisi

- Panglima Angkatan Kepolisian RI

Anggota Keluarga Hoegeng Imam Santoso

Pasangan : Merry Roeslani

Orangtua : Soekario Kario Hatmodjo (ayah)

Oemi Kalsoem (ibu)

Perjalanan Karier

- Kepala DPKN Kantor Polisi Jawa Timur di Surabaya (1952).

- Kepala Bagian Reserse Kriminil Kantor Polisi Sumatra Utara (1956) di Medan.

- Staf Direktorat II Mabes Kepolisian Negara (1960), Kepala Jawatan Imigrasi (1960)

- Menteri luran Negara (1965)

- Menteri Sekretaris Kabinet Inti tahun 1966.

- Deputi Operasi Pangak dan Deputi Men/Pangak Urusan Operasi (1966).

- Kepala Kepolisian Negara (tahun 1969, namanya kemudian berubah menjadi Kapolri)

Penghargaan

Atas semua pengabdiannya kepada negara, Hoegeng Imam Santoso telah menerima sejumlah tanda jasa,

- Bintang Gerilya

- Bintang Dharma

- Bintang Bhayangkara I

- Bintang Kartika Eka Paksi I

- Bintang Jalasena I

- Bintang Swa Buana Paksa I

- Satya Lencana Sapta Marga

- Satya Lencana Perang Kemerdekaan (I dan II)

- Satya Lencana Peringatan Kemerdekaan

- Satya Lencana Prasetya Pancawarsa

- Satya Lencana Dasa Warsa

- Satya Lencana GOM I

- Satya Lencana Yana Utama

- Satya Lencana Penegak

- Satya Lencana Ksatria Tamtama

Kasus pemerkosaan ini dikenal sebagai kasus Sum Kuning.

Kasus pemerkosaan ini menimpa seorang gadis berusia 18 tahun, Sumarijem.

Melansir dari Intisari, Sumarijem adalah seorang penjual telur.

Pada 21 September 1970, Sum diseret oleh sejumlah pria tak dikenal.

Ia dimasukan ke dalam mobil, kemudian dibius.

Ia lalu diperkosa di kawasan Klaten secara bergilir oleh sejumlah pria tak dikenal itu.

Meriyati Roeslani, istri mantan Kapolri Jenderal Hoegeng.

Puas melampiaskan hasratnya, sejumlah pria tak dikenal tersebut lengsung menelantarkan Sum di pinggir jalan.

Sum tak mau tinggal diam, ia lantas melaporkan kejadian itu pada pihak kepolisian.

Dengan dalih mencari keadilan.

Namun, Sum justru balik diserang pihak berkuasa.

Ia malah dijadikan tersangka atas tuduhan laporan palsu.

Sum bahkan dituding sebagai anggota Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani).

Ia dituntut tiga bulan penjara dan satu tahun masa percobaan.

Namun, majelis hakim menolak tuntutan itu karena tak terbukti membuat laporan palsu.

Akhirnya, Sum pun dibebaskan dari hukuman.

Namun, polisi justru menunjukkan sosok yang disebut orang yang telah memerkosa Sum.

Ia bernama Trimo, seorang penjual baso. Namun, Trimo justru mengelak semua tuduhan tersebut.

Kemudian, terkuak pula fakta lain dari hasil putusan sidang.

Rupanya, Sum mengalami hal memilukan di dalam tahanan.

Sambil dianiaya, Sum dipaksa mengakui pelakunya adalah Trimo.

Tidak hanya Sum yang dianiaya, Trimo pun mengalami hal yang sama saat diperiksa polisi.

Melihat peliknya kasus ini, Jenderal Hoegeng pun turun tangan.

Setelah Sum bebas, Jenderal Hoegeng memerintahkan Komjen Suroso mencari orang yang mengetahui fakta dibalik pemerkosaan Sum.

Ia bahkan membentuk tim khusus yakni Tim Pemeriksa Sum Kuning.

“Kita tidak gentar menghadapi orang-orang gede siapa pun. Kita hanya takut kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jadi kalau salah tetap kita tindak,” ujar Jenderal Hoegeng, seperti dikutip Intisari.

Akibatnya, kasus ini semakin menjadi sorotan media massa.

Tersiar pula bahwa pelakunya adalah sejumlah sejumlah anak pejabat dan anak seorang Pahlawan Revolusi. Namun, mereka tetap membantah tuduhan tersebut.

Presiden Soeharto pun akhirnya ikut ambil langkah. Kasus ini dinilai guncangkan stabilitas nasional.

Akhirnya, ia memerintahkan penghentian kasus ini dan diserahkan ke tim pemeriksa Pusat Kopkamtib.

Kemudian, pada sidang lanjutan kasus Sum.

Polisi pun mengumpulkan 10 tersangka.

Namun, mereka bukanlah anak penjabat yang Sum tuduhkan.

Mereka bahkan membela diri dan menyebut siap mati demi menolak tuduhan itu.

Pada akhirnya, Jenderal Hoegeng pun tak bisa berkutik karena dipensiunkan dini.

Kariernya yang tiba-tiba merosot, membuat Jenderal Hoegeng mengembalikan semua barang yang dipakai saat menjadi Kapolri.

Kemudian, ia pun langsung menghampiri sang ibu.

Momen ini dituliskan dalam buku Hoegeng: Polisi dan Menteri Teladan seperti yang dikutip Intisari.

"Saya tak punya pekerjaan lagi, Bu," kata Jenderal Hoegeng bersimpuh di depan ibunya.

Namun, ibunya tetap menenangkan sang anak.

"Kalau kamu jujur dalam melangkah, kami masih bisa makan hanya dengan nasi dan garam," kata sang ibu.

Akhirnya, Jenderal Hoegeng pun tak bisa lagi unjuk gigi memberantas kejahatan.

Ia bahkan harus hidup sengsara selama bertahun-tahun.

Melansir dari Kompas.com, putra Heogeng, Aditya Soetanto sempat blak-blakan bahwa ayahnya hanya menerima uang pensiun Rp 10 ribu setiap bulan.

Heogeng pun harus banting setir untuk menafkahi keluarganya.

Ia menjelma menjadi seorang pelukis dan menjual lukisannya.

Namun, hasil penjualan dari lukisan tak seberapa.

Ia bersama keluarganya harus mengalami masa yang sangat sulit.

Ia harus banting tulang karena tak memiliki aset mahal dan berharga.

Setelah bertahan 10 tahun, akhirnya ia mendapatkan penyesuaian uang pensiun menjadi Rp 1 juta, pada 2001.

Tiga tahun kemudian, ia meninggal karena sakit.

Selain Hoegeng Kepolisan juga pernah memiliki sosok polisi sederhana dia adalah RS Soekanto Tjokrodiatmodjo

Komisaris Jenderal Pol (Purn) Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo lahir di Bogor, Jawa Barat, 7 Juni 1908.

Melansir wikipedia, Kapolri pertama ini meninggal di Jakarta, 24 Agustus 1993 pada umur 85 tahun.

RS Soekanto Tjokrodiatmodjo merupakan Kepala Djawatan Kepolisian Negara (sekarang Kapolri) pertama, menjabat 29 September 1945-14 Desember 1959

Banyak yang tidak mengetahui, sosok ini merupakan Bapak Kepolisian Negara RI.

Komisaris Jenderal Pol (Purn) Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo, Kapolri pertama

d
Komisaris Jenderal Pol (Purn) Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo, Kapolri pertama (Istimewa)

RS Soekanto Tjokrodiatmodjo merupakan Kapolri pertama dan terlama, karena menjabat sejak 1945 -1959.

Dia dikenal visioner, disiplin, jujur dan konsisten terhadap komitmen dalam membentuk dan membangun Kepolisian Nasional.

Dia telah membuktikan komitmen dan profesionalismenya dalam melaksanakan fungsi dan tugas kepolisian yang memegang teguh politik negara selama 14 tahun menjabat Kepala Kepolisian Negara RI.

Masa Orde Baru

Pada masa Orde Baru, Soekanto sebagai tokoh nasional ditunjuk Presiden Soeharto untuk menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung bersama 11 anggota lainnya dengan.

Sebagai anggota DPA, Soekanto menduduki jabatan sebagai Ketua Seksi Kesejahteraan Rakyat. Tugas tersebut dia tekuni dengan segala kemampuan.

Namun, dunia orba yang ia besarkan hingga mancanegara tidak bisa ditinggalkan begitu saja.

TNI-Polri Bahu Membahu Bersama Masyarakat Bedah Rumah Warga

Selama menjadi anggota DPA, Soekanto sering melatih Orhiba sesama rekan anggota DPA, dan mereka pun merasakan manfaatnya.

Satu di antaranya contohnya, mereka selalu menolak pemeriksaan kesehatan bila hendak dinas ke luar negeri, tapi setelah mengikuti program latihan Orhiba, hasilnya menunjukkan tes kesehatan mereka pun baik.

Setelah lima tahun menjadi anggota DPA, pada 23 Maret 1978, Soekanto diberhentikan dengan hormat, dan ia meninggalkan tugas tersebut dengan penuh kepuasan, bahwa pemerintah masih mempercayai dirinya untuk mengabdikan diri guna kepentingan rakyat dan negara lewat jalur formal.

Soekanto Tjokrodiatmodjo wafat pada 24 Agustus 1993. Namanya diabadikan dalam nama sebuah rumah sakit di Jakarta, Rumah Sakit Polri Soekanto di Kramat Jati, Jakarta Timur. (sumber kompas.com dan tribunjambi)

 
Artikel ini telah tayang di Tribunjambi.com dengan judul Dua Kapolri Sederhana pada 1960-an, Sosok Tegasnya Jadi Panutan Polisi Berbagai Generasi, 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Polri Terbitkan Telegram: Polisi Jangan Pamer Barang Mewah dan Gaya Hidup Hedonis"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved