Berprestasi di Medan Tempur, Karier Militer 5 Jenderal Kopassus Berakhir Suram

Siapa saja para jenderal Kopassus yang memiliki prestasi mentereng di medan tempur?

Penulis: Wakos Reza Gautama | Editor: wakos reza gautama
tribunnews.com
Ilustrasi - Danjen Kopassus Resmi Tutup Pendidikan Komando Angkatan 103 di Cilacap 27 Peserta Gagal Lulus 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Banyak para jenderal Kopassus yang berprestasi di medan tempur.

Bahkan ada prestasi jenderal Kopassus yang sampai mendunia.

Namun sayang karier militernya tidak sampai ke jenjang tertinggi di TNI.

Mereka tidak pernah menjadi Panglima TNI walaupun memiliki segudang prestasi di medan peperangan. 

Siapa saja para jenderal Kopassus yang memiliki prestasi mentereng di medan tempur?

Berikut daftarnya

1. SINTONG PANJAITAN

Sintong Panjaitan
Sintong Panjaitan (Kompas)

Tanggal 28 Maret 1981 publik Indonesia digegerkan dengan peristiwa pembajakan pesawat Garuda Indonesia Woyla.

Prajurit Kopassus Pertama Kali Merasakan Turun dari Pesawat: Ternyata Landing Itu Wuenaak Sekali

Pembajak adalah kelompok teroris Jamaah Imran.

Mereka menyandera 57 penumpang di Bangkok, Thailand.

Kelompok teroris ini lalu meminta uang tebusan 1,5 juta Dolar Amerika serikat dan meminta 80 temannnya yang dipenjara dibebaskan.

Jika pemerintah Indonesia tidak memenuhi tuntutannya, pembajak mengancam akan meledakkan pesawat.

Pemerintah lalu menurunkan tim khusus dari Komando Pasukan Sandi Yudha yang kini bernama Kopassus.

Operasi pembebasan dipimpin Letkol Infanteri Sintong Panjaitan.

Hanya dalam waktu 3 menit, Sintong dan pasukannya berhasil melumpuhkan kelompok teroris.

Berkat prestasi ini, Kopassus menjadi pasukan elit yang disegani di dunia.

Sintong adalah lulusan Akmil tahun 1963. Karier militernya dihabiskan di korps baret merah.

Tahun 1985, Sintong menjadi Danjen Kopassus.

Perjalanan kariernya melesat dengan menjadi Pangdam Udayana.

Sayang, Sintong harus dicopot jabatannya sebagai Pangdam Udayana.

Penyebabnya, terjadi tragedi Santa Cruz di Timor Timur yang memakan korban jiwa.

Sejak itu karier Sintong redup. Ia pensiun dengan pangkat Letnan Jenderal.

2. HENDROPRIYONO

Jenderal TNI (Purn) AM Hendropriyono
Jenderal TNI (Purn) AM Hendropriyono (TRIBUNNEWS.COM)

Hendropriyono merupakan lulusan AKABRI 1967.

Lulus dari Akmil, Hendropriyono bertugas di Komando Pasukan Sandi Yudha (Koppasandha) yang kini berubah nama menjadi Kopassus.

Sebagai prajurit Kopassus, Hendropriyono banyak terjun di medan laga.

Mulai dari peperangan di Kalimantan, Timor Timur hingga Papua.

Dari semua penugasannya, satu yang paling berkesan.

Yaitu saat Hendropriyono memimpin tim halilintar memberantas gerakan komunis di Kalimantan.

Gerakan komunis di kalimantan dilakukan Pasukan Gerilyawan Rakyaat Sarawak dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (PGRS Paraku).

Hendro bertempur di hutan pedalaman Kalimantan menghadapi PGRS Paraku pimpinan Ah san.

Di tahun 1973-1974, Hendro dan pasukannya mencium keberadaan Ah san dan anak buahnya di dalam hutan.

Hendro dan pasukannya harus merayap sejauh 4,5 km di hutan untuk sampai ke markas musuh.

Hanya bermodal pisau komando, Hendro dan pasukannya menyerbu markas Ah San di hutan Kalimantan.

Sempat terjadi duel antara Hendro dengan Ah San. Duel sengit dimenangi Hendro.

Ah san tewas di tangan Hendro. Sejak itu nama Hendro melejit sebagai salah satu perwira kopassus yang disegani.

Kehebatan Hendro di medan tempur tidak membuat kariernya cemerlang.

Hendro tidak pernah menjadi seorang Danjen Kopassus apalagi Panglima TNI.

Sama seperti Agum, Hendro dinilai Orde Baru sebagai jenderal yang punya hubungan khusus dengan Megawati Soekarnoputri.

Jabatan strategis yang pernah diembannya adalah Danrem 043 Garuda Hitam dan Pangdam Jaya.

Hendro pensiun dengan bintang tiga di pundaknya. Setelah pensiun, Hendro beberapa kali menjadi menteri di era Gus Dur dan Megawati.

Ia pun meraih bintang 4 sebagai jenderal kehormatan.

3. AGUM GUMELAR

Menpora Imam Nahrawi dan Agum Gumelar (kiri) bersalaman di kantor Kemenpora, Rabu (10/2/2016).
Menpora Imam Nahrawi dan Agum Gumelar (kiri) bersalaman di kantor Kemenpora, Rabu (10/2/2016). (KEMENPORA)

Agum Gumelar merupakan lulusan Akabri tahun 1969.

Agum banyak menghabiskan kariernya di korps baret merah.

Ia menjadi bahkan sempat menjadi orang nomor 1 di Kopassus.

Agum menjadi Danjen Kopassus di tahun 93-94 dengan pangkat Brigjen.

Sebagai prajurit kopassus, Agum ikut dalam beberapa operasi perang.

Yang paling membekas di dirinya adalah saat ikut dalam Operasi Seroja di Timor Timur.

Berpangkat letkol, Agum memimpin pasukan bernama Nanggala 55.

Misinya ketika itu adalah mengurangi kekuatan musuh dalam hal ini fretilin.

Agum lebih memilih jalan persuasif dalam menjalankan misinya. Ini terbukti berhasil.

Agum meyakinkan pimpinan Fretilin Vincencio Vieras untuk turun gunung dan bergabung dengan Indonesia.

Sayangnya karier Agum tidak cemerlang.

Agum disebut sebagai jenderal yang tidak loyal terhadap Presiden Soeharto ketika Orde Baru Berkuasa.

Agum bersimpati terhadap Megawati, Gus Dur,yang merupakan musuh Orde Baru.

Ketika menjadi Danjen Kopassus, Agum menyebut bahwa kalau Megawati, Gus Dur, kelompok petisi 50 adalah musuh maka sesungguhnya kita kebanyakan musuh.

Padahal kata Agum mengutip falsafah Cina Sun Tzu, seribu kawan masih kurang. Satu musuh kebanyakan.

Karena ucapannya inilah Agum dicopot dari jabatan Danjen Kopassus.

Agum dijadikan Kasdam Bukit Barisan. Agum merasa mutasi dirinya adalah hukuman.

Tak lama, Agum menjadi Pangdam Wirabuana Makassar. Pangkatnya naik menjadi Mayjen.

Di akhir kariernya Agum menjadi Gubernur Lemhanas dengan pangkat Letjen.

Agum akhirnya mendapat jenderal bintang empat kehormatan.

4. Luhut Binsar Pandjaitan

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan. (Tribunnews.com/Theresia Felisiani)

Luhut adalah lulusan terbaik AKABRI 1970.

Sebagai peraih Adhi Makayasa, Luhut memilih korps baret merah sebagai jalan pengabdiannya.

Ia langsung diutus ke medan tempur di Timor Timur dalam Operasi Seroja.

Pada saat itu, Luhut ikut dalam pertempuran merebut kembali kota Dili dari tangan pemberontak Fretilin.

Banyak korban jiwa dari ABRI yang jatuh saat penyerbuan itu.

Luhut adalah salah satu yang berhasil selamat.

Luhut adalah perwira yang pintar.

Ia sering mengikuti pelatihan militer di luar negeri.

Luhut 11 kali menempuh pendidikan militer di Royal Army Spesial Air Service (SAS), pasukan khusus Inggris.

Ia juga pernah menjalani pendidikan di US Army Spesial Force, Amerika Serikat dan di polisi khusus Jerman BArat GSG-9.

Setelah menjalani pelatihan di Jerman Barat, ia dipercaya sebagai pemimpin pertama Detasemen 81 Penanggulan Teror (Den 81 Gultor).

Den 81 Gultor adalah tim khusus Kopasuss yang bertugas dalam penanggulangan teror.

Luhut ketika itu berpangkat mayor ditunjuk sebagai komandan dan Prabowo Subianto sebagai wakil.

Sayang karier militer Luhut tidak cemerlang.

Ia tidak pernah mendapat jabatan-jabatan strategis di militer.

Luhut tak pernah menjadi Danjen Kopassus, Pangdam atau Kasdam.

Ia hanya sekali menjadi Danrem Madiun di tahun 1995.

Saat itu ia terpilih sebagai Danrem terbaik se-Indonesia.

Mandeknya karier militer Luhut karena adanya isu bahwa Luhut ingin mengkudeta Presiden Soeharto.

Ia pun mengakhiri karier tentaranya dengan pangkat Letjen.

Luhut menjadi jenderal bintang empat karena mendapat pangkat sebagai jenderal kehormatan.

5. PRABOWO SUBIANTO

Interupsi Mewarnai Rapat Perdana Menhan Prabowo Subianto dengan Komisi I DPR RI, PDIP yang Pertama
Interupsi Mewarnai Rapat Perdana Menhan Prabowo Subianto dengan Komisi I DPR RI, PDIP yang Pertama (youtube DPR RI)

Prabowo Subianto adalah perwira TNI AD yang lulus dari Akmil tahun 1974.

Prabowo banyak menghabiskan karier militernya di Kopassus.

Prabowo saat itu adalah perwira dengan karir cemerlang.

Prabowo bisa naik pangkat 3 kali hanya dalam waktu 1,5 tahun.

Banyak yang iri dengan karier Prabowo.

Cemerlangnya karir Prabowo ini dikaitkan dengan statusnya ketika itu sebagai mantu Presiden Soeharto.

Sebagai prajurit tempur, Prabowo pernah bertugas di Timor Timur.

Di sinilah Prabowo berkenalan dengan Hercules.

Hercules adalah preman yang terkenal di DKI Jakarta.

Di Timtim, Prabowo dikabarkan pernah menembak mati pimpinan gerilyawan Faintil, Nicolau Lobato.

Aksi heroik Prabowo yang paling diingat adalah saat ia menjabat sebagai Danjen Kopassus tahun 1996.

Pada saat itu terjadi penyanderaan tim peneliti Ekpedisi Lorentz di Papua.

Prabowo turun langsung memipin pembebasan sandera.

Prabowo dan pasukannya menyerbu markas OPM yang menyembunyikan 11 sandera yang terdiri dari beberapa warga negara asing.

Dua orang sandera tewas dalam aksi penyerbuan ini.

Nama Prabowo makin melambung.

Namun seiring kejatuhan Presiden Soeharto, karirnya meredup.

Prabowo bahkan dituding terlibat penculikan beberapa aktivis.

Prabowo akhirnya disidang oleh Dewan Kehormatan Perwira.

Putusannya Prabowo dipecat sebagai prajurit TNI.

Ketika itu Prabowo sudah berpangkat Letnan Jenderal.

Itulah daftar jenderal Kopassus berprestasi di medan tempur.

(Tribunlampung.co.id)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved