Hari AIDS Sedunia

Sepanjang 2019 Ada 200 Kasus HIV/AIDS di Bandar Lampung

Sebanyak 30 puskesmas yang ada di Bandar Lampung sudah bisa melakukan pemeriksaan HIV/AIDS.

Tribun Lampung/Sulis
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Bandar Lampung Budi Ardianto memberi penjelasan terkait upaya pencegahan HIV/AIDS rangka peringatan Hari AIDS Sedunia di Tugu Adipura, Bandar Lampung, Minggu (1/12/2019). 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Dinas Kesehatan Bandar Lampung merilis data sedikitnya ada 200 kasus HIV/AIDS di Kota Tapis Berseri sepanjang tahun 2019.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Bandar Lampung Budi Ardianto mengatakan, angka kasus HIV/AIDS tersebut mengalami penurunan cukup signifikan dibandingkan tahun 2018 yang mencapai 300 kasus.

"Angka kasus HIV/AIDS ini sudah mengalami penurunan dari tahun kemarin yang 300 orang. Di tahun ini 200 orang," kata Budi seusai mengikuti senam bersama dalam rangka peringatan Hari AIDS Sedunia di Tugu Adipura, Bandar Lampung, Minggu (1/12/2019).

Menurutnya, pencegahan penyebaran penyakit HIV/AIDS sebenarnya terus diintensifkan. 

Pihaknya mengimbau masyarakat agar terhindar dari HIV/AIDS yaitu dengan tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah dan setia kepada satu pasangan. 

Lalu menggunakan kondom jika melakukan hubungan seks yang berisiko dan tidak mengonsumsi narkoba, khususnya menggunakan suntik.

Peringati Hari AIDS Sedunia, KDS Lampung Bagikan Ratusan Bunga dan Pita

Dokter Tertular HIV/AIDS Tetap Bekerja Normal, Dinas Kesehatan Lakukan Langkah Ini

"Yang kita juga lakukan adalah memberi edukasi kepada masyarakat mengenai bagaimana cara pencegahan HIV/AIDS itu sendiri," papar dia.

Sebanyak 30 puskesmas yang ada di Bandar Lampung sudah bisa melakukan pemeriksaan HIV/AIDS. 

Sementara untuk layanan pengobatan HIV/AIDS ada di enam puskesmas.

"Di Bandar Lampung ada 30 puskesmas. Tetapi untuk melakukan layanan pengobatannya ada di enam puskesmas, yaitu Puskesmas Sukaraja, Simpur, Pasar Ambon, Kedaton, Gedong Air, dan Sukabumi," jelasnya. 

Sementara itu untuk pelayanan di tingkat rumah sakit bisa didapatkan di RSU Abdul Moeloek, Klinik Angsa Putih, Amongs Medika, dan Lampung Medika.

Jangan Diskriminasi

Komunitas sosial peduli HIV/AIDS bernama Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI) Lampung mengajak masyarakat untuk tidak mendiskriminasi orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

Koordinator IPPI Lampung Ade Komariah mengatakan, pihaknya terus berupaya melakukan pendampingan dan pemberian wawasan ke masyarakat.

Dari data yang dihimpun IPPI Lampung, terusnya, penyebaran HIV pada ibu rumah tangga terus bertambah setiap tahun. 

Upaya pencegahan dan penanganannya pun, menurut Ade, tidak bisa dilakukan sendiri oleh IPPI maupun lembaga ODHA lainnya, atau bahkan dibebankan sepenuhnya kepada instansi kesehatan.

"Karena itu, kami menggandeng berbagai lembaga untuk saling bersinergi mengurai permasalahan ini," ujar Kokom, sapaan akrabnya.

Selain instansi kesehatan dan tenaga medis, IPPI Lampung mengajak lembaga masyarakat yang fokus pada masalah perempuan dan anak. 

Mulai dari Puspa Lampung, Damar, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia Lampung, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Lampung, hingga Dinas Pendidikan Bandar Lampung, dan unsur lainnya.

Dalam pertemuan "Technical Assistance Stakeholder" terungkap bahwa masing-masing pihak sebenarnya memiliki program beririsan yang menyasar perempuan dan anak, khususnya masalah hak kesehatan seksual reproduksi.

Berbagai pihak itu pun sepakat untuk saling bersinergi dalam program pencegahan penyebaran HIV baru.

Sebelumnya, IPPI Nasional menggelar pelatihan fasilitator "Petualangan Arumi", buku petunjuk Pencegahan Penularan HIV pada Ibu dan Anak (PPIA) serta Hak Kesehatan Seksual Reproduksi (HKSR). 

Hingga September Tercatat 6 Penderita Baru HIV/AIDS di Lampura

Pelatihan tersebut melibatkan tenaga medis, anggota IPPI, dan lembaga masyarakat.

"Buku PPIA menjadi pedoman pencegahan, penanganan, serta dukungan dari masyarakat dan tenaga medis dalam rangka menekan laju penularan HIV serta untuk menumbuhkan kesadaran seksual pada perempuan," jelas Ade. 

"Karena sebenarnya, menularkan virus atau penyakit menular tanpa dikehendaki adalah bentuk dari kekerasan," imbuhnya. (Tribunlampung.co.id/Sulis Setia M)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved