Reaksi Susi Pudjiastuti Diserang Politisi Gerindra, Buntut Polemik Ekspor Benih Lobster
Susi Pudjiastuti diserang rekan sesama partai Edhi Prabowo, yaitu Sufmi Dasco Ahmad.
Penulis: Wakos Reza Gautama | Editor: wakos reza gautama
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Eks Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti 'diserang' politisi Gerindra Sufmi Dasco Ahmad.
Elit Partai Gerindra ini menyerang Susi Pudjiastuti lewat dunia maya.
Serangan terhadap Susi Pudjiastuti ini terkait wacana ekspor benih lobster.
Susi Pudjiastuti adalah orang yang paling keras menentang rencana Kementerian Kelautan dan Perikanan membuka kembali kran ekspor benih lobster.
Di era Susi Pudjiastuti menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, ekspor benih lobster dihentikan.
Susi mengaku khawatir besarnya ekspor benih lobster ke Vietnam akan membuat kerusakan ekologi.
Tingginya permintaan benih lobster dari Vietnam membuat benih lobster dieksploitasi lewat penangkapan besar-besaran.
Padahal, kata Susi, jika benih lobster atau benur dibiarkan hidup di laut bebas, bisa bernilai sangat tinggi saat lobster dewasa ditangkap nelayan di masa mendatang.
• Dikritik Susi Pudjiastuti soal Ekspor Benih Lobster, Presiden Jokowi Bela Menteri Edhy Prabowo
Namun kebijakan ini sedang ditinjau ulang oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Edhi Prabowo.
Edhi Prabowo mengaku akan membuka kembali kran ekspor benih lobster.
Susi Pudjiastuti pun menentang rencana ini.
Akibatnya, Susi Pudjiastuti diserang rekan sesama partai Edhi Prabowo, yaitu Sufmi Dasco Ahmad.
Sufmi Dasco Ahmad mencuit di akun Twitter nya @Don_dasco.
Di dalam kicauannya, Sufmi memberi dukungan terhadap Edhi Prabowo sembari menyerang Susi Pudjiastuti.
Memang Sufmi Dasco tidak memention akun Twitter Susi Pudjiastuti di dalam kicauannya.
Beberapa netizen lah yang memention akun Susi Pudjiastuti terkait kicauan Sufmi Dasco.
Susi Pudjiastuti pun bereaksi.
Ini kicauan Sufmi Dasco di akun Twitter nya yang menyinggung Susi Pudjiastuti.
"Bro menteri @Edhy_Prabowo, ttp smgt jadi menterinya Nelayan Indonesia, jgn hirauin serangan Lobster yg blm moveon, nanti rakyat yg menilai. tetaplah sederhana dinas kemana2 ttp pakai pesawat komersil, jgn charter pesawat apalagi kemudian nyewanya maskapai sendiri. Gak keren bgt"
Karena mendapat mention dari netizen, Susi Pudjiastuti bereaksi.
Susi Pudjiastuti meminta Sufmi Dasco mengecek dari sisi tata kelola uang negara mengenai charter pesawat pribadi.
"Bpk Doctor Dasco, sebelum bicara di public, cek dr sisi tata kelola uang negara ttg charter pesawat pribadi, ada pelanggaran pk doctor bisa minta yg berwenang untk periksa. Pak Doctor mestinya tahu ada brp kali saya kasih tumpangan pesawat pribadi orang KKP jg lobster sitaan"
Susi Pudjiastuti kembali menegaskan bahwa maskapai miliknya Susi Air disewakan.
"Bapak Doctor, pasti tahu susiair menyewakan pesawatnya & jenis pesawatnya pasti tahu kemana saja susiair terbang. Bapak Doctor juga pasti tahu tentang sustainability sumber daya alam yg menjadi hajat hidup orang banyak. Bapak doctor juga pasti tahu tentang plasma nutfah itu apa."
Susi Pudjiastuti pun heran dengan sikap Sufmi Dasco yang tidak memention akun Twitter nya ketika membicarakan kebijakan dirinya saat menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan.
"Iya .. saya heran kenapa omong ttg saya kok nggak mention saya .. padahal langsung saja ya" tulis Susi.
Sufmi Dasco pun memberikan klarifikasi mengenai kicauannya tersebut.
"Saya memberi dukungan kepada Menteri @kkpgoid @Edhy_Prabowo untuk mengabaikan perihal ekspor lobster yang mendapat penolakan keras dari eks menteri KKP @susipudjiastuti. Edhy harus fokus dengan kebijakan yang direncanakan tanpa mempedulikan polemik mengenai ekspor lobster."
Menurut Sufmi Dasco, soal ekspor benih lobster ini masih wacana dan kajian di Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Tapi mengapa, kata Sufmi Dasco, orang seberang laut jadi kepo.
Sufmi Dasco menduga ada orang dalam KKP yang membocorkan hasil rapat mengenai ekspor benih lobster ini.
"soal ekspor benih lobster itu kan sebenar nya masih wacana dan kajian di KKP belum menjadi kebijakan menteri , kenapa orang seberang laut jadi kepo ? karena hasil hasil rapat di KKP yg baru mau mengkaji dibocorkan sama telik sandinya , move on donk boss" kicau Sufmi Dasco.
Menurut Sufmi Dasco, apa yang ia sampaikan hanyalah memberi saran kepada rekannya Edhi Prabowo bukan untuk nyinyir.
"memang saya memberi saran kepada sahabat saya sebagai menteri untuk tetap merakyat setiap kunjungan dinas pake pesawat komersil jangan kunjungan kerja pake charter pesawat ,dan charternya jangan pesawat punya perusahaan sendiri, masak saran yg baik dibilang nyiyir"
Samakan Ekspor Benih Lobster dengan Nikel
Menteri Kelautan dan Perikanan Edhi Prabowo menyamakan ekspor benih lobster seperti ekspor nikel.
Menurutnya, nikel dieskpor sejak tahun 2016 hingga 2019 untuk menunggu perusahaan siap membuka pengolahannya.
Begitu pun nantinya lobster yang diekspor guna menunggu industri pengolahannya siap.
Kemudian ekspor akan diberhentikan seperti bijih nikel yang akan berhenti diekspor mulai Januari 2020.
Ini disanggah Susi Pudjiastuti.
Menurut Susi, nikel adalah benda mati yang sewaktu-waktu memang bisa habis.
Sedangkan lobster adalah benda hidup yang bisa terus ada jika dijaga.
" Nikel adalah SDA yg tidak renewable/ yg bisa habis. Lobster adalah SDA yg renewable, yg bisa terus ada & banyak kalau kita jaga!!!!!," kicau Susi Pudjiastuti dalam akun twitternya @susipudjiastuti, Selasa (17/12/2019), dikutip dari Kompas.com.
Lebih lanjut Susi menyebut, lobster sebagai SDA yang renewable, cara penangkapannya maupun pemeliharaannya pun harus diperhatikan.
Menurut dia, pengambilan tidak perlu menggunakan kapal besar atau alat modern lainnya.
Negara pun wajib menjaga sumber daya ini dengan baik dan benar.
Oleh karena itu, pengelolaan sumber daya alam renewable yang ekstraktif dan masif harus dilarang.
"Pengelolaan SDA yg renewable secara instant extractive & massiv harus dilarang.
Apalagi pengambilan plasmanutfahnya. Its A NO NO !! Sblm thn 2000 an Lobster ukuran >100 gram di Pangandaran & sekitarnya pd saat musim bisa 3 sd 5 Ton per hari. Sekarang 100 kg/ hari saja tdk ada," ucap Susi.
Sebetulnya kata Susi, tak hanya di Indonesia saja ekspor benur dilarang.
Di negara-negara lain seperti Australia, India, dan Cuba, lobster tidak diambil bibitnya.
Di Australia misalnya, pengambilan lobster minimal berukuran 1 pound dan ukurannya pun turut diatur.
"Australia, India, Cuba dll yg ada Panulirus Hommarus mrk tidak ambil bibitnya, mrk ambil size tertentu saja. Australia min 1 pound &max size jg diatur. Yg besar bisa jadi indukan yg produktif. Mrk tidak budidayakan bibit, tidak ekspor bibit. Apakah krn mrk lebih bodoh dr kita????," sebut Susi.
Jokowi Beri Penjelasan
Polemik ekspor benih lobster ini mendapat respons dari Presiden Joko Widodo.
Menurut Jokowi, keinginan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo untuk mencabut larangan ekspor bibit lobster perlu memperhatikan efek kemanfaatan dan lingkungannya.
Negara wajib mendapatkan manfaat.
"Yang paling penting menurut saya negara mendapatkan manfaat, nelayan mendapatkan manfaat, lingkungan tidak rusak.
Yang paling penting itu," ujar Presiden Jokowi saat ditanya wartawan seusai meresmikan Tol Balikpapan-Samarinda, di Kabupaten Kutai Kertanegara, Selasa (17/12/2019), dikutip dari Kompas.com.
Namun, Jokowi mengingatkan ekspor bibit lobster harus tetap memperhatikan faktor keseimbangan.
Dalam hal ini, nilai tambah untuk dalam negeri harus diperoleh dan lingkungan juga tidak rusak.
"Jangan juga awur-awuran, semua di tangkapin, di ekspor, juga enggak benar," kata Jokowi.
Namun Jokowi juga menilai, pemerintah tidak bisa hanya melarang ekspor benih lobster.
Pasalnya, banyak nelayan tergantung dengan ekspor benih lobster ini.
"Keseimbangan itu paling penting bukan hanya bilang jangan (ekspor)," kata dia.
Oleh karena itu, pemerintah bersama para pakar masih mengkaji aturan terkait ekspor benih lobster ini.
Jokowi yakin akan mendapatkan formula terbaik dari kajian tersebut.
"Saya kira pakar-pakarnya tahu lah mengenai bagaimana tetap menjaga lingkungan, agar lobster itu tidak diselundupkan, tidak dieskpor secara aur-aturan, tapi juga nelayan dapat manfaat dari sana, nilai tambah ada di negara kita," ujarnya.
(Tribunlampung.co.id)