Tentara Bebaskan 2 Nelayan Indonesia dari Sandera Abu Sayyaf, Satu Marinir Tewas
Dua dari tiga warga negara Indonesia ( WNI) yang disandera selama 90 hari oleh kelompok gerilyawan Filipina, Abu Sayyaf, berhasil dibebaskan
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Dua nelayan asal Indonesia yang disandera gerilyawan Abu Sayyaf di Filipina, akhirnya berhasil dibebaskan.
Tentara Filipina mengerahkan pasukanya untuk membebaskan dua nelayan asal Indonesia.
Setelah melalui baku tembak selama kurang lebih 15 menit, militer Filipina akhirnya berhasil menguasai keadaan.
Para gerilyawan Abu Sayyaf melarikan diri.
Dua nelayan yang disandera pun berhasil selamat.
Sementara satu nelayan lain tidak berhasil dibebaskan.
Ini dikarenakan nelayan tersebut dibawa oleh gerilyawan Abu Sayyaf.
Dua dari tiga warga negara Indonesia ( WNI) yang disandera selama 90 hari oleh kelompok gerilyawan Filipina, Abu Sayyaf, berhasil dibebaskan tentara Filipina, Minggu (22/12/2019).
• Peran Penting Prabowo dan Budi Gunawan untuk Bebaskan Nelayan yang Disandera Abu Sayyaf
Kedua WNI yang berhasil dibebaskan tentara Filipina adalah: Marahudin Bin Lunani dan Samiuin Bin Manue.
Sedangkan Muhammad Farhan (27), yang merupakan anak Maharudin Bin Lunani (48) gagal diselamatkan setelah tertinggal dari rombongan pasukan Filipina.
Operasi pembebasan dua orang warga negara Indonesia (WNI) yang disandera Abu Sayyaf Group (ASG) pada Minggu (22/12/2019) didahului baku tembak.
Akibat baku tembak tersebut, seorang militer dari Filipina tewas saat menjalankan operasi pembebasan.
"Pemerintah Indonesia menyampaikan apresiasi atas kerja sama Pemerintah Filipina yang baik, sekaligus menyampaikan duka cita atas gugurnya satu personel militer Filipina dalam operasi tersebut," ujar perwakilan Kementerian Luar Negeri RI berdasarkan siaran pers Kementerian Luar Negeri RI, Minggu (22/12/2019).
Melansir informasi dari akun Philippine Marine Corps, pasukan Filipina yang berasal dari Naval Task Group Sulu (NTGS) terlibat baku tembak dengan kelompok ASG pada pukul 04:43 waktu Filipina selama dua puluh lima menit.
Pertempuran kedua terjadi selama lima belas menit terpisah lainnya yang terjadi antara Marinir dan militan terjadi pada pukul 06:27.
Setelah baku tembak tersebut, pasukan NTGS menyelamatkan dua korban penculikan Indonesia, yaitu Marahudin Bin Lunami dan Samiuin Bin Manue.
Sedangkan kelompok ASG kabur dan satu anggotanya tewas.
Namun satu orang Marinir Filipina gugur dan dua lainnya terluka selama pertemuan itu.
Marinir yang gugur adalah Corporal Romnick Estacio, yang ternyata juga berperang membebaskan Marawi yang dikuasai ISIS 2017.
Dalam pertempuran itu, Romnick Estacio, kehilangan adiknya Jethro Fil Estacio yang bertugas di Infrantri Angkatan Darat Filipina.
Jethro Fil Estacio gugur dalam pertempuran 14 Oktober 2017.
Marahudin Bin Lunani dan Samiuin Bin Manue diculik sekitar September 2019 lalu ketika sedang mencari ikan di perairan Lahad Datu, Malaysia.
Mereka berasal dari Baubau dan Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
Penyanderaan ketiganya diketahui melalui rekaman video di laman Facebook.
Dalam penculikan itu, penyandera meminta tebusan sebesar Rp 8 miliar.
Pembebasan dilakukan berkat kerja sama intensif antara Pemerintah Indonesia dan Filipina melalui berbagai langkah diplomasi.
"Pemerintah Indonesia bekerja sama erat dengan pemerintah Filipina berhasil membebaskan dua WNI yang telah disandera selama 90 hari dari penyanderaan ASG pada 22 Desember 2019.
Satu WNI masih terus diupayakan pembebasannya," menurut Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) melalui siaran pers yang diterima Kompas.com, Minggu (22/12/2019).
Langkah diplomasi yang dilakukan, menurut keterangan tersebut, antara lain melalui pembicaraan langsung Presiden Joko Widodo dan Presiden Rodrigo Duterte serta Menteri Luar Negeri (Menlu RI) Retno Marsudi dan Menteri Pertahanan Filipina.
Pembicaraan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan koordinasi internal antara Pemerintah RI yang dilakukan oleh Kementerian Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenkopolhukam) RI melalui kerja sama intensif antara badan intelejen Indonesia dan militer Filipina.
"Operasi pembebasan berhasil menjejak posisi penyandera dan terjadi kontak senjata pada 22 Desember 2019 pagi hari," kata dia.
"Dalam operasi tersebut, dua WNI atas nama SM dan ML berhasil dibebaskan.
Sementara, satu sandera WNI atas nama MF masih terus diupayakan pembebasannya," lanjut dia.
Kepolisian Republik Indonesia (Polri) memastikan Pemerintah Indonesia masih berjuang membebaskan 1 warga negara Indonesia (WNI) yang masih disandera Abu Sayyaf Group (ASG) di Filipina.
"Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Filipina masih terus berlanjut, karena masih ada satu WNI atas nama Muhammad Farhan yang saat ini masih dalam penyanderaan kelompok Abu Sayyaf," ujar Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Polri Kombes Pol Asep Adi Saputra di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta, Senin (23/12/2019).
Asep mengatakan, dari kerja sama ini juga mempertegaskan bahwa Filipina juga serius membantu membebaskan WNI yang ditawan ASG.
"Sekali lagi alhamdulillah, dua WNI sudah dapat dikembalikan. Saat ini keduanya sedang dalam proses untuk dapat kembali ke tanah air," kata dia.
Untuk misi pembebasan satu WNI lainnya, pihaknya meminta dukungan masyarakat agar Muhammad Farhan segera dapat dibebaskan.
"Kita doakan semoga saudara kita dapat segera dibebaskan dan kembali ke tanah air," kata Asep. (Tribun Medan)
Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul "Bebaskan Nelayan Indonesia Sandera Abu Sayyaf, Marinir dan Pahlawan Filipina Romnick Estacio Gugur"