Sekeluarga Tewas Keracunan Asap di Dalam Rumah, Musibah Banjir di Jakarta Berujung Maut
Kasus empat orang sekeluarga tewas di dalam rumah karena asap terjadi di Pulogadung, Jakarta Timur.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Kasus empat orang sekeluarga tewas di dalam rumah karena asap terjadi di Pulogadung, Jakarta Timur.
Keempatnya tewas keracunan asap genset.
Peristiwa tersebut terjadi pada Kamis (2/1/2020) malam.
Para korban sekeluarga tewas adalah Mahmudi (35), Ayu Maryana Oktavia (29), Selvia Audy Pratiwi (9), dan Mahezha Kurniawan (5).
Mereka tewas di dalam rumah karena keracunan asap CO atau karbonmonoksida buangan genset.
• 3 Orang Sekeluarga Tewas Saat Tidur, Kecelakaan Maut Libatkan Truk Mundur di Cianjur
• Avanza Masuk Kolong Truk di Tol Cipali, Sekeluarga Tewas
• Sekeluarga Tewas dalam Kecelakaan Maut di Tanjakan Tarahan, Fakta yang Terungkap, Video Truk Hancur
Jasad pasangan suami istri dan dua anaknya itu ditemukan di atas kasur ruang kamar tidur rumah mereka di wilayah RT 01/RW 09 Kelurahan Pulogadung pada Kamis (2/1/2020).
Kakak Ayu, Imam Jumhari (47) yang pertama menemukan keempat korban.
Ia mengatakan, genset yang buangan gasnya jadi sebab kematian digunakan sejak Rabu (1/1/2020).

Pasalnya, kawasan RW 09 Kelurahan Pulogadung tempat adiknya terdampak banjir sejak dini hari.
Hal itu berujung pada pemadaman listrik.
"Banjirnya nggak masuk rumah, tapi tetap terdampak pemadaman listrik. Dari tanggal 1 jam 7 pagi gensetnya dinyalakan," kata Imam di RS Polri Kramat Jati, Jumat (3/1/2020).
Genset yang biasa digunakan keluarga Mahmudi berdagang gulali diletakkan di bagian dalam rumah, tepatnya belakang pintu rumah.
Genset berdaya sedang itu terus menyala hingga pukul 22.00 WIB saat Imam terakhir berbincang dengan Mahmudi dan keluarga.
Imam yang bermukim tak jauh dari rumah Ayu sehingga mendengar deru mesin, menuturkan, genset berhenti berfungsi pada Kamis (2/1/2020).
"Jam 3 pagi pas tanggal 2 saya kebangun, sudah nggak ada suara, gensetnya mati. Mungkin kehabisan bahan bakar tapi nggak sadar karena tidur," ujarnya.
Di hari itu, sekira pukul 08.00 WIB, listrik di permukiman warga RW 09 sebenarnya sudah menyala seiring surutnya banjir.
Namun karena saldo token listrik yang digunakan habis, Imam tak curiga keluarga adiknya masih mengoperasikan genset.
"Saldo tokennya habis jadi masih pakai genset."
"Sekira pukul 13.00 WIB, saya datang ke rumah tapi nggak ketemu. Waktu itu saya mikirnya mereka lagi pada tidur," tuturnya.
Imam baru curiga saat mengantar nasi berkat dari pengajian yang diikuti sekira pukul 23.30 WIB.
Ia kemudian menemukan keempatnya masih terlelap.
Dia baru sadar keempatnya sudah meregang nyawa kala menyentuh bagian kaki sang adik.
Lalu, ia mendapati tubuh Ayu terbujur kaku.
"Saya curiga, kok tidur seharian. Saya pegang kakinya, ternyata sudah dingin."
"Posisi mereka tidurnya di satu kasur yang sama. Langsung saya minta tolong tetangga," lanjut Imam.
Sekira pukul 00.30 WIB, jajaran Satreskrim dan Tim Identifikasi Polres Metro Jakarta Timur tiba di lokasi dan melakukan olah TKP.

Hasilnya tak ditemukan tanda-tanda penganiayaan pada jasad.
Polisi justru menemukan indikasi keracunan asap berupa tubuh yang memerah.
"Memang di kamar tempat mereka tidur nggak ada ventilasi, hanya lubang kecil."
"Jadi, nggak ada sirkulasi udaranya, mungkin karena itu penyebabnya," sambung dia.
Hidung Korban Keluarkan Darah
Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Timur AKBP Hery Purnomo menuturkan, dugaan empat orang sekeluarga tewas akibat keracunan asap buangan genset diperkuat keterangan satu kerabat korban, Imam Jumhari (47).
"Saat kakak ipar korban datang pukul 07.00 WIB, genset masih berfungsi. Tapi, saat saksi kembali datang pukul 13.00 WIB mengantar makanan, genset sudah mati," ujarnya.
Pada kedatangan Imam ketiga kalinya sekira pukul 23.30 WIB, yang hendak mengantar nasi berkat, Mahmudi dan keluarga didapati sudah tewas.
Mendapatkan keluarganya tewas, Imam bergegas melapor ke Polsek Pulogadung yang segera mengerahkan personel mengecek lokasi.
"Hasil olah TKP pada jasad korban ditemukan tanda-tanda keracunan gas."
"Tubuh para korban memerah dan dari hidungnya mengeluarkan darah," tuturnya.
Seusai olah TKP, Hery menyebut jasad keempatnya dibawa ke RS Polri Kramat Jati guna menjalani autopsi memastikan sebab kematian.
Hasil Uji Laboratorium
Penyebab sekeluarga tewas di RT 01/RW 09 Kelurahan Pulogadung, dipastikan karena keracunan gas CO atau karbonmonoksida buangan genset.
Kepala Instalasi Forensik RS Polri Kramat Jati Kombes Sumy Hastry Purwanti mengatakan kandungan CO ditemukan dalam darah keempat korban.
"Hasil uji laboratorium darahnya positif CO semua. Tidak ada tanda kekerasan apa pun selain racun CO positif dalam darahnya," kata Sumy di Jakarta Timur, Jumat (3/1/2020).
Merujuk hasil pemeriksaan tim dokter forensik RS Polri Kramat Jati yang dilakukan sekira pukul 03.00 WIB tadi saat jenazah tiba.
Sumy menuturkan keempatnya diperkirakan tewas lebih dari 12 jam, sebelum ditemukan pada Kamis (2/1/2020) sekira pukul 23.30 WIB.
"Jasadnya sudah pembusukan lanjut, perkiraan meninggal sudah lebih dari 12 jam. Diduga mereka dalam keadaan tidur dan tidak sadar menghirup CO," ujarnya.
Dia tak bisa memastikan apakah keempatnya sempat bangun karena tersedak gas CO atau tidak karena keluarga menolak diautopsi.
Sementara untuk mengetahui para korban sempat tersedak atau tewas dalam keadaan tidur, pemeriksaan dalam atau autopsi perlu dilakukan.
"Kalau dalam keadaan sadar pasti batuk-batuk."
"Untuk mengetahui mereka terbangun dan batuk-batuk atau tidak perlu dilihat jalur pernafasannya lewat autopsi," tuturnya.
Keseharian korban
Terungkap, keseharian Mahmudi sebelum tewas sekeluarga karena keracunan asap genset di Pulogadung, Jakarta Timur.
Keseharian Mahmudi itu diungkap oleh tetangganya, Ade (30).
Mahmudi yang ditemukan tewas di kediamannya pada Kamis (2/1/2020) malam ternyata memiliki niat untuk pulang kampung.
"Dia bilang kalau ingin tinggal di Kampung saja, bawa anak istri dan nggak mau di Jakarta lagi. Eh beneran dia ke 'Kampung' sekarang," ucap Ade.
Ade menilai, niat korban pulang kampung karena dagangannya tak laku saat musim hujan seperti sekarang.
Mahmudi yang berjualan arum manis dan mainan itu kesulitan untuk berdagang.
"Karena sekarang musim hujan susah jualan. Dia keliling pakai gerobak sama jualan mainan, kalau hujan susah, jadi nggak laku," imbuh Ade.
Lebih lanjut, Ade menjelaskan, keseharian Mahmudi dan keluarga yang dikenal baik.
Bahkan, Ade merasakan kebaikan sang almarhum dan keluarga.
"Di belakang rumah ada bengkel bajaj, dan banyak yang kerja di sana, kadang mereka ngasih makanan. Jadi, orangnya baik banget," imbuh Ade.
Selain itu, Ade memaparkan keseharian dua buah hati Mahmudi yang kerap kali bermain di belakang rumah yang bersebelahan dengan bengkel.
"Anak-anaknya juga sering main ke sini."
"Kadang nonton tv di belakang. Kita juga kaget (dengar kabar meninggal) padahal kemarin baru ketemu, sekarang sudah tak ada," tegas Ade.
Ade menuturkan, berdasarkan informasi yang didapatnya, Mahmudi dan keluarga akan dibawa ke kampung halaman mereka di Boyolali, Jawa Tengah dari RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.
"Dapat kabar katanya langsung dibawa dari RS Polri ke Boyolali. Mau dimakamkan di sana sama keluarganya," papar Ade.
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com
Penyebab empat orang sekeluarga tewas di dalam rumah karena keracunan asap terjadi di Pulogadung, Jakarta Timur, diketahui akibat buangan gas genset.