Prosesi Pemakaman Jenderal Martir Iran Renggut 33 Nyawa
Rekaman yang beredar di internet menunjukkan sejumlah petugas berusaha matimatian untuk menyelamatkan pelayat yang terinjak-injak dan jatuh ke tanah.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Prosesi pemakaman Mayor Jenderal Qassem Soleimani, Komandan Pasukan Quds, Iran, membawa korban jiwa.
Setidaknya 32 orang pelayat kehilangan nyawa dan 200 orang lainnya menderita luka-luka akibat saling injak dan berdesak-desakan di Kota Kerman, Selasa (7/1/2019).
Korban pembunuhan yang dilakukan militer Amerika Serikat tersebut hendak dimakamkan di kampung halamannya, Kerman, setelah menjalani rangkaian prosesi sejak jenazahnya tiba di Iran, Minggu (5/1/2019) lalu.
Pemakaman Qassem menyedot ribuan pelayat dari berbagai wilayah di Iran. Mereka berupaya mendekati mobil yang membawa peti jenazah Qassem sehingga terjadi aksi desak-desakan dan saling injak
Televisi pemerintah menyebutkan 32 orang tewas dan 190 lainnya terluka.
Rekaman yang beredar di internet menunjukkan sejumlah petugas berusaha matimatian untuk menyelamatkan pelayat yang terinjak-injak dan jatuh ke tanah.
• Iran Siap Beri Hadiah Rp 1,1 Triliun Bagi Warga Berhasil Bunuh Donald Trump
Kepala Layanan Medis Darurat Iran, Pirhossein Koulivand, yang berbicara melalui telepon kepada stasiun televisi pemerintah menyatakan telah terjadi kekacauan dan saling injak di jalan-jalan yang penuh sesak oleh ribuan pelayat.
"Sebagai akibat dari dorong-dorongan, warga mengalami luka-luka, bahkan ada yang tewas, selama prosesi pemakaman," katanya. Kantor Berita ISNA kemudian melaporkan pemakaman ditunda namun tidak dijelaskan berapa lama.
Duta Besar Inggris untuk Iran, Rob Macaire, menyampaikan duka cita atas jatuhnya korban jiwa di Kerman melalui akun Twitternya.
"Saya sangat menyesal mendengar berita tentang hilangnya nyawa di Kerman," ujarnya.
Pria hebat
Sebelum terjadi kekacauan, kerumunan massa melambaikan bendera dan memegang foto-foto Qassem Soleimani, sambil meratap.
• Iring-iringan Jenazah Qassem Soleimani, Ratusan Ribu Warga Iran Turun ke Jalan
Anak-anak sekolah terdengar meneriakkan,"Kematian bagi Trump," sementara orang banyak meneriakkan, "Matilah Israel," ketika Hossein Salami bersumpah membalas dendam pada AS.
"Qassem Soleimani lebih kuat ... sekarang dia sudah wafat. Musuh membunuhnya secara tidak adil. Kami akan membalas dendam. Kami akan membakar mereka semua," ujar Salami dalam orasinya di depan massa.
Seorang pelayat, Hemmat Dehghan, mengatakan dia melakukan perjalanan dari Kota Shiraz, Iran bagian selatan, untuk memberi hormat kepada Qassem.
"Ia (Qassem Soleimani) tidak hanya dicintai di Kerman, atau Iran, tetapi juga seluruh dunia," kata veteran perang berusia 56 tahun itu.
Seorang pelayat lain mengatakan pembunuhan terhadap Qassem mendidihkan darah rakyat Iran.
"Dia dipandang sebagai pria hebat yang siap melayani rakyatnya baik di masa perang maupun sekarang. Kematiannya harus dibalaskan," kata Sara Khaksar, seorang siswa berusia 18 tahun.
• Qassem Soleimani, Jenderal Iran Paling Berpengaruh di Timur Tengah yang Tewas Diserang Rudal AS
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, yang sempat menangis di depan peti mati Qassem Soleimani, telah memerintahkan pasukan negaranya untuk menyerang kepentingan Amerika Serikat (AS).
Iran telah menetapkan 13 skenario balas dendam.
Komandan Garda Revolusi Hossein Salami mengatakan Iran akan 'membakar' sekutu-sekutu AS.
Presiden AS Donald Trump telah bersumpah akan melakukan balasan jika Iran menyerang kepentingan AS di manapun.
Di Kerman, pelayat berpakaian hitam berkumpul di Azadi Square, lokasi persemayaman peti mati Qassem Soleimani dan pembantu dekatnya, Hossein Pourjafari.
"Tidak ada kompromi! Balas dendam!" teriak massa ketika melihat peti mati Qassem Soleimani melintas.
Mayor Jenderal Qassem Soleimani tewas mengenaskan setelah mobil yang ditumpanginya dihantam rudal yang dilepaskan pesawat tak berawak (drone) milik militer AS, Jumat lalu.
Saat itu Qassem bersama rombongannya hendak meninggalkan Bandara Internasional Baghdad, Irak. Ia baru saja mendarat setelah penerbangan dari Suriah.
Presiden Trump yang memerintahkan pembunuhan itu menyebut Qassem dihabisi karena merencanakan sejumlah serangan terhadap kepentingan AS di Timur Tengah.
Selain itu ia juga dianggap bertanggungjawab terhadap sejumlah aksi terorisme yang menyasar warga AS dan sekutunya. (dailymail/cnn)