Tribun Tanggamus

Kisah Korban Banjir Semaka, Butuh 3 Hari Singkirkan Batu dan Tanah Setinggi 1,7 Meter di Masjid

Tidak tanggung-tanggung, material banjir yang masuk ke dalam masjid mencapai setinggi orang dewasa, yakni sekitar 1,7 meter.

Penulis: Tri Yulianto | Editor: Daniel Tri Hardanto
Tribun Lampung/Tri
Masjid Baiturrahman di Pekon Way Kerap yang sempat kemasukan material banjir setinggi setengah bangunan. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, SEMAKA - Lantai keramik di Masjid Baiturrahman, Pekon Way Kerap, Kecamatan Semaka, Tanggamus kini sudah terlihat lagi.

Setelah tiga hari bergotong royong, warga akhirnya berhasil menyingkirkan material banjir yang mengubur setengah bangunan masjid.

Masjid tersebut termasuk yang paling parah terdampak banjir yang melanda Kecamatan Semaka pada Kamis (9/1/2020) malam.

Selain air bercampur lumpur, tanah dan bebatuan juga memasuki bangunan masjid seluas 10 x 10 meter persegi ini.

Tidak tanggung-tanggung, material banjir yang masuk ke dalam masjid mencapai setinggi orang dewasa, yakni sekitar 1,7 meter.

Tertutup Material Banjir, Jalinbar Masih Lumpuh

BREAKING NEWS 4 Pekon di Tanggamus Terendam Banjir, Ketinggian Air Capai 50 Cm

Lubang Jembatan Jalinbar Tempat Bocah Terperosok Sudah Ditutup

Polisi Imbau Waspada Jalan Licin, Kendaraan Diizinkan Lintasi Jalinbar Sedayu

Tinggi masjid bercat hijau itu sekitar 3 meter. 

Upaya pembersihan material pun memakan waktu tiga hari, dari pagi sampai malam.

Beruntung, listrik sudah menyala pada Jumat (10/1/2020) malam.

Proses membersihkan masjid melibatkan polisi, TNI, pramuka, Satpol PP, damkar, Banser NU, dan organisasi masyarakat lainnya.

"Saat kami tiba di sini mulanya membersihkan jalan lintas dulu. Terus sambil disusuri melihat kondisi masjid ini. Akhirnya kami putuskan fokus di masjid ini," ujar Ketua DPW FPI Tanggamus Muksin.

Ia mengatakan, banyak pihak yang turut menyingkirkan material banjir dari dalam masjid.

Namun, banyaknya material yang masuk dibutuhkan waktu tiga hari untuk membersihkan masjid.

Bahkan FPI sendiri sudah mengerahkan 30 anggotanya secara bergantian membersihkan material.

"Kendala kami jumlah material yang banyak sekali, terus bercampur tanah dan batu. Jadi tidak bisa disiram pakai air saja," ujar Muksin.

Selama ini upaya pembersihan dengan berbagai alat, seperti cangkul, linggis, dan tangan kosong.

Halaman
12
Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved