Raja Keraton Agung Sejagat Ingin Jadi Youtuber, Kanjeng Ratu Menangis di Kantor Polisi
Bahkan di rumah kontrakan sempat dibangun bangunan ala kerajaan. Warga kemudian curiga dan melaporkan ke desa.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Ratu Keraton Agung Sejagat (KAS) Purworejo, Fanni Aminadia menangis di kantor polisi usai ditetapkan sebagai tersangka kasus penipuan dan keonaran.
Hal tersebut terlihat saat Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Rycko Amelza Daniel menggelar jumpa pers di kantor Mapolda Jawa Tengah, Rabu (15/1/2020).
Mengenakan baju tahanan berwarna biru, Fanni terus menundukkan kepalanya. Tidak lama kemudian ia meneteskan air mata.
Dengan tangan yang terborgol, Fanni mencoba menyeka air mata, kemudian seorang Polwan berbaju putih menghampirinya. Ketika sesi foto tersangka dan barang bukti, polisi membalikkan badan dua tersangka itu.
Sebelum Fanni menangis ia sempat cek cok dengan Raja Keraton Agung Sejagat (KAS) Totok Santoso.
Belum diketahui awal permasalahan hingga keduanya cekcok. Selain cekcok, dua orang yang mengaku sebagai raja dan permaisuri ini hanya terlihat menunduk di hadapan para wartawan.
• VIDEO Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagat Bukan Suami Istri? Begini Faktanya
Tribun sempat mewawancarai kedua pelaku yang mengklaim sebagai keturunan tahta dari Kerajaan Majapahit.
Totok Santoso mengaku, awal mula berdirinya kerajaan Keraton Agung Sejagat (KAS) karena mendapat ilham dari leluhur Raja Sanjaya, keturunan dari Kerajaan Majapahit.
Dalam ilham atau wangsit itu, kata Totok, kerajaan KAS harus berdiri di Kabupaten Purworejo. Dia mengklaim diperintahkan untuk melanjutkan kejayaan kerajaan majapahit dalam wangsit tersebut.
Sebenarnya, Totok dan Fanni bukanlah pasangan suami istri. Mereka pun bukan warga Purworejo.
Mereka berdua ber-KTP Jakarta, namun tinggal di sebuah kos-kosan di Yogyakarta. Dalam kerajaan ini, Fanni dipercayai Totok untuk mengemban amanah sebagai Permaisuri.
Dia mengungkapkan, kerajaan KAS didirikan sekitar pertengahan 2018 lalu. Totok langsung merekrut warga-warga setempat yang berminat menjadi Pejabat dalam kerajaannya.
• Raja Keraton Agung Sejagat dan Istri Ditangkap Polisi, Ini Alasannya
Hingga kini, Polda Jateng masih menyidik lebih lanjut kedua tersangka, mulai dari rekam jejak hingga total uang yang didapat. Kepada penyidik, Totok sendiri mengaku tengah mencari 13 menteri dari ratusan anggotanya.
Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Pol Iskandar Fitriana Sutisna mengatakan ada susunan jabatan pemerintahan yang dibentuk Totok dan Fanni.
"Nanti itu, dia ingin menunjuk Resi (menteri) bagian politik, ekonomi, militer, sosial, dan budaya. Bawahan Resi, ada Bhre (Gubernur). Lalu bawahnya lagi Bekel (Lurah)," jelas Kombes Pol Iskandar.
Dia juga mengetahui bahwa Totok sempat hendak membangun kerajaan serupa di Yogyakarta pada tahun 2016 silam. Kala itu, Totok membentuk Jogjakarta Development Committee atau Jogja DEC.
"Namun, warga di sana (Yogya) langsung menolak. Kemudian, dia melakukan hal serupa di Purworejo. Anggotanya sampai 450 orang," jelasnya.
• Keraton Agung Sejagat Terus Dibangun di Purworejo, TNI Akhirnya Turun Tangan
Kasi Pemerintahan Desa Sidoluhur Adi Arya Pradana menyebut Totok sempat mengaku berpakaian ala raja dan ratu demi sebuah konten Youtube.
Bahkan di rumah kontrakan sempat dibangun bangunan ala kerajaan. Warga kemudian curiga dan melaporkan ke desa.
"Alasannya shooting film kolosal di angkringan, seperti zaman Majapahit," ucap Arya. Ketika ditanya kembali, Fanni menjelaskan bahwa shooting film ini untuk kepentingan konten Youtube.
"Bu Fanni ini sangat canggih berkata-kata, waktu itu tren nya YouTube. Mereka mengatakan ingin menjadi YouTuber," tambah Arya.
Gaji Dolar
Kombes Pol Iskandar juga mengungkapkan, para pengikut Keraton Agung Sejagat di Desa Pogung, Kecamatan Bayan, Purworejo, Jateng, dijanjikan jabatan dengan gaji besar dalam bentuk dollar AS.
"Ada iming-iming jabatan dengan gaji besar dalam bentuk dollar bagi pengikutnya. Jabatannya tergantung berapa besaran iuran mereka, mulai dari Rp 3 juta hingga Rp 30 juta.
Seluruhnya mencapai 450 pengikut dengan latar belakang yang berbeda," ujar Iskandar.
Namun, para pengikut keraton ini juga diminta membayar iuran mencapai jutaan rupiah. Dari hasil penelusuran, polisi menemukan semua dokumen identitas yang dibuat di Keraton Agung Sejagat adalah palsu.
Bahkan penetapan raja dan ratu dipilih sendiri.
"Semua dokumen palsu dibuat sendiri dicetak sendiri. Yang menentukan raja dan ratu juga dari mereka sendiri. Atribut seragam dirancang sendiri oleh permaisuri," kata Iskandar.
Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Rycko Amelda Daniel mengatakan simbol-simbol yang dipakai di Keraton Agung Sejagat di Desa Pogung, Jurutengah, Kecamatan Bayan, Purworejo adalah palsu.
Hal tersebut terungkap saat dilakukan penyelidikan terkait fenomena eksistensi keraton yang membuat resah masyarakat Purworejo tersebut.
"Ternyata semua simbol-simbol yang dia pakai selama ini palsu. Termasuk identitas KTP dan surat dokumen lainnya," kata Rycko. (*)