Happy Camp Institute, Pelopor Pendidikan Karakter di Lampung

Bagi kamu yang aktif di organisasi, pasti tidak asing dengan Happy Camp Institute (HCI).

Penulis: Wahyu Iskandar | Editor: Daniel Tri Hardanto
Dokumentasi: Ahmad Herryandi
Happy Camp Institute, pelopor pendidikan karakter di Lampung. 

TRIBUNLAMPUNGWIKI.COM, BANDAR LAMPUNG - Bagi kamu yang aktif di organisasi, pasti tidak asing dengan Happy Camp Institute (HCI).

HCI adalah lembaga pendidikan karakter pertama di Lampung yang kerap menyelenggarakan pelatihan kepemimpinan (LDK) di sekolah-sekolah maupun universitas.

Kegiatan-kegiatan yang digelar oleh HCI berfokus pada pembentukkan karakter yang baik kepada generasi muda Lampung.

Struktur Organisasi

Founder: Yosrinaldo Syarief
General Manager: Ahmad Herryandi
Manager HRD: Woro Hartati
Manager Operasional: Dini Maria Alqipti
Manager Digital Marketing: Agista Reza Putra
Manager Bussiness Development: Nur Aida Purshita Sari
Manager Administration and Finance: Erisa Aprilia
Resah

VIDEO Komunitas Jendela Lampung, Rumah Baca untuk Anak-anak

VIDEO Tak Cuma Buku Usang, di Perpusda Lampung Ternyata Ada Bioskop Mini

VIDEO Komunitas Jalan Inovasi Sosial (Janis)

Cikal bakal terbentuknya HCI terjadi pada tahun 2013.

Kala itu, sang founder sekaligus aktivis pendidikan Yosrinaldo Syarief berkumpul bersama beberapa rekannya untuk membuat sebuah wadah yang kelak akan bermanfaat bagi pendidikan di Lampung.

"Belum ada kejelasan HCI itu mau dibawa kemana, dan baru tahun 2015 baru mulai mateng konsepnya," ujar General Manager HCI Ahmad Herryandi alias Herry kepada Tribunlampungwiki.com, Jumat (27/12/2019).

HCI kemudian berjalan dengan konsep pendidikan karakter.

Maksudnya, masyarakat khususnya pelajar Lampung akan ditanamkan pengetahuan tentang karakter, softskill, budi pekerti dan sikap yang baik.

Konsep tersebut dipilih atas dasar keresahan HCI terhadap abainya berbagai elemen masyarakat.

"Pendidikan karakter itu penting tapi kurang diperhatikan, orang-orang cuma fokus ke akademik yang hasilnya adalah nilai," katanya menambahkan.

Padahal, di beberapa negara maju seperti Jepang dan Finlandia, pendidikan karakter justru lebih diutamakan.

Hal ini membuat masyarakat di negara-negara tersebut mampu membawa diri dengan baik dan terpelihara dalam budi pekerti luhur.

"Sekarang banyak siswa yang melawan guru, ngegombalin guru jadi viral, ini kan contoh yang ngga baik," ujarnya.

Heri mengatakan, fenomena tersebut tentu tidak terjadi begitu saja.

Ada stimulus-stimulus yang membuat mereka demikian, seperti kurangnya perhatian dari orang tua dan sekolah.

"Kenakalan-kenakalan remaja ini dikhawatirkan akan menyebabkan kriminalitas," ujarnya.

Terinsipirasi dari Lembaga Tetangga

Terbentuknya HCI sebagai pionir lembaga pendidikan karakter di Lampung tak terlepas dari referensi pada pendirinya terhadap lembaga sejenis di Pulau Jawa.

"Ada namanya Badan Diklat Bandung di Bandung sama ada yang di Jakarta juga," ujarnya.

Lembaga-lembaga tersebut berkontribusi banyak di awal pembentukan HCI.

Akhirnya, setelah konsep HCI tersebut matang, diharapkan dapat membentuk karakter pelajar di Lampung untuk bisa menjadi pribadi yang memiliki softskill, berbudi pekerti luhur, dan pandai membawa diri dengan baik.

Bukan perkara mudah menjadi pelopor pendidikan karakter di Lampung.

Masyarakat masih awam dan belum mengetahui sepak terjang HCI.

"Di tahun-tahun pertama itu kita jemput bola, jadi kita yang datengin sekolah-sekolah," kata Herry.

Selama bertahun-tahun hingga 2018, HCI masih menjaring massa dengan cara demikian.

Barulah pada tahun 2019 HCI menuai benih yang ditanam.

Sekolah-sekolah atau lembaga yang dahulu pernah dikunjungi, meminta HCI memberikan materi kembali.

"Karena katanya ada dampaknya, maksudnya ada perubahan nyata setelah kita ngisi materi, jadi dikontak lagi," terangnya.

Rangkaian Kegiatan

Ada beberapa kegiatan yang difasilitasi oleh HCI.

Mulai dari latihan dasar kepemimpinan, seminar, kegiatan sosial, outbound serta trainer dengan sasaran pelajar SMA, mahasiswa dan perusahaan-perusahaan atau lembaga.

Salah satu kegiatan besar yang pernah diselenggarakan HCI terjadi di tahun 2015.

Bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung, HCI mengadakan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) SMA se-Provinsi Lampung di Hotel Sahid.

"Untuk pesertanya kita ambil anak OSIS, karena mereka satu-satunya organisasi sentral di sekolah dan harapannya bisa menyalurkan ke teman-temannya yang lain," ungkap Herry.

Kegiatan tersebut rutin tiap tahun kecuali tahun 2019 karena ada pergantian program pemerintahan di provinsi.

HCI mengelola kegiatan sosial bertajuk Sedekah Akbar.

Kegiatan yang diadakan setiap tiga bulan sekali tersebut akan disalurkan kepada orang-orang yang membutuhkan.

Selain itu, HCI juga menggiatkan program donor darah bagi para anggotanya.

Sedangkan untuk outbound, biasanya diminta oleh perusahaan-perusahaan atau lembaga tertentu dengan output meningkatkan team building.

"Banyak hal yang diambil dari outbond seperti kerja sama tim dan kepercayan diri," katanya menambahkan.

Beberapa waktu lalu, bersama Dinas Pariwisata HCI turut berpartisipasi dalam kegiatan Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N).

"Ini eventnya nasional dan kemarin kebetulan Lampung yang jadi tuan rumah dan HCI yang koordinir salah satu rangkaian acaranya Wisata Edukasi," jelas Herry.

Di acara tersebut, HCI akhirnya mengadakan wisata edukasi ke Pantai Sari Ringgung dan outbound.

Selalu Terpantau

Setelah dilakukan kegiatan, HCI menghimpun para peserta tersebut ke dalam satu wadah yang bernama Forum Komunikasi Siswa (Fokus).

Dari sana, akan terpantau perkembangan dari para peserta yang dahulu pernah dididik oleh HCI.

"Forumnya bisa diakses di Instagram, Facebook dan grup WhatsApp," ujarnya.

Saat ini jumlah anggota Fokus mencapai ribuan dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan HCI.

"Jadi setiap ada kegiatan HCI kita ajak mereka gabung," kata Herry.

Bukan Trainer Biasa

Bercita-cita memberikan pendidikan karakter yang baik kepada masyarakat, HCI menyadari kehadiran trainer yang kompeten.

Trainer atau pelatih yang mengisi materi di HCI wajib mengikuti ujian terlebih dahulu.

Mereka akan diminta untuk mempresentasikan topik tertentu yang disaksikan oleh beberapa orang.

"Sebagai trainer paling enggak harus punya kemampuan menyampaikan informasi yang baik, jadi kita uji dulu di situ," jelasnya.

Ujian tersebut baru bisa dilaksanakan ketika anggota HCI sebelumnya sudah menjadi asisten trainer terlebih dahulu.

Mereka belajar tentang materi, cara penyampaian dan detail teknis dari trainer yang didampingi tersebut.

Tak berhenti sampai sana, para trainer juga diwajibkan mengikut beberapa rangkaian pelatihan lainnya.

"Kita ada yang namanya TOT atau Training of Trainer, ini untuk internal trainer setiap tiga bulan," ujarnya.

TOT tersebut bentuknya bisa bermacam-macam, seperti materi, outbound dan lain-lain.

Untuk TOT terakhir kemarin dilaksanakan dalam bentuk outbond di Wira Garden.

"Mereka outbond itu nggak cuma main, ada value yang didapet dan bisa diteruskan ke pada para peserta," kata dia.

Selain itu, HCI juga mewajibkan trainer untuk turut serta dalam acara atau seminar di luar HCI.

"Biasanya seminar-seminar ESQ Ari Ginanjar yang kita wajibkan untuk ikut," kata Herry.

Harapannya, ilmu yang didapatkan dari seminar tersebut bisa di sebarkan kepada peserta pelatihan atau training mereka.

Materi Jempolan

Keistimewaan lain yang ditawarkan HCI adalah materinya yang selalu berkembang.

Dari seminar ke seminar selalu ada pembaruan dalam informasi yang disampaikan oleh para trainer.

"Ini cara kita untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman," terangnya.

Dengan demikian, tidak ada istilah kurang update (kudet) di HCI.

Hanya saja, memang ada beberapa poin-poin pokok yang berusaha disampaikan di setiap materi.

Yakni himbauan jangan merokok, pacaran dan narkoba.

"Pokoknya hal-hal yang tidak mereka dapatkan di ruang kelas dan berkaitan dengan attitude, kepemimpinan, dan kepedulian sosial," jelas Herry.

Setiap materi yang diberikan juga disampaikan secara padat.

"Contohnya kalo tentang rokok, kita sajikan juga video-videonya, dampak-dampaknya," kata dia.

Perumusan materi yang sangat matang tersebut seringkali menuai respon positif, baik dari para peserta maupun pendamping.

"Beberapa waktu lalu, HCI adakan kegiatan seminar tentang rokok buat siswa SMA, tapi pembinanya tersentuh dan ikutan nggak ngerokok juga," ungkapnya sambil mengenang.

Jangkauan Kian Meluas

Jika kini HCI masih berfokus pada pelajar, mahasiswa dan instansi-instansi tertentu, Herry mengatakan akan memperluas jangkauannya.

"Kedepannya kita bakal gandeng juga adik-adik di SMP," kata dia.

Memperluas cakupan ke pelajar tingkat yang lebih kecil diakui Herry membutuhkan metode khusus.

Mulai dari isi hingga cara penyampaian materi harus didesain khusus agar bisa diterima dengan baik.

"Kalau SMA, bisa dibilang sudah dewasa. Tapi kalau SMP masih banyak sifat anak maminya, itu masih jadi hambatan," paparnya.

Meski begitu, Herry dan tim mengaku siap untuk merambah ke siswa SMP di tahun 2020 mendatang.

Ketika ditanya soal kemungkinan menjangkau siswa SD, ia menjawab sudah kepikiran, namun masih harus menyiapkan formula yang tepat.

"Walaupun karakter anak SD sekarang nggak separah SMA, tapi ini juga jadi perhatian kita," katanya menambahkan.

Selain cakupan offline yang diperluas, HCI juga berevolusi secara masif di media sosial yakni Instagram.

Berdasarkan pantauan tribunlampungwiki.com, feednya selalu penuh dengan postingan-postingan kegiatan dan mulai merambah ke video motivasi.

"Itu masih belajar jugam harapannya bisa menjangkau banyak orang juga secara online," pungkasnya.

(Tribunlampungwiki.com/Kiki Kovilia)

Videografer Tribunlampung.co.id Wahyu Iskandar

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved