Ada Virus Corona Penjualan Kelelawar Turun, Sarimin Sebut Kelelawar Makan Buah, Gak Menularkan Virus
Marimin yang sudah berjualan selama tujuh tahun ini tak percaya kalau kelelawar bisa menularkan virus corona.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID -- Wabah virus corona yang merebak di China telah berdampak pada sejumlah pedagang hewan di wilayah Semarang, Jawa Tengah.
Sebab, mewabahnya virus corona ini diduga karena berasal dari kelelawar sehingga masyarakat pun dianjurkan untuk tidak mengonsumsi daging tersebut.
Marimin (55), salah satu pedagang kelelawar di Pasar Hewan Karimata, Jalan RA Kartini, Semarang, mengaku, saat ini penjualannya mengalami penurunan drastis.
"Sekarang sepi pembeli selama seminggu ini. Padahal, biasanya, satu dua orang pasti ada yang hubungi saya, paling enggak pesan satu atau dua ekor," kata Marimin, kepada Kompas.com, Jumat (31/1/2020).
Kendati demikian, Marimin yang sudah berjualan selama tujuh tahun ini tak percaya kalau kelelawar bisa menularkan virus corona.
• Cewek Cantik Santap Sup Kelelawar, Videonya Viral
• Kelelawar Pun Diberi Perawatan Kuku Manikur, Begini Proses Perawatan Satwa di Kebun Binatang
• Kelelawar Vampir Bisa Bertahan Hidup Hanya dengan Mengisap Darah
Sebab, dia menyebut kelelawar tidak bisa makan sembarangan.
Menurutnya, kelelawar hanya memakan buah-buahan di atas pohon.
"Saya rasa kelelawar enggak bisa menularkan virus. Makannya juga cuma buah, jadi enggak sembarangan yang dimakan. Saya sudah jualan kelelawar selama tujuh tahun enggak pernah kena penyakit apa-apa kok," terang pria asli Klaten ini.
Biasanya, Marimin kerap mendapat pasokan kelelawar maupun kalong dari para pemburu yang dibeli seharga Rp 5.000.
Lantas, ia jual lagi seharga Rp 20.000 Rp 50.000 per ekor kelelawar.
"Sekarang benar-benar enggak ada yang mau beli. Penghasilan saya juga turun banyak," kata Marimin, yang tergabung dalam Paguyuban Pesona Pedagang Burung Semarang (P3BS).
Marimin menuturkan, dia percaya kelelawar maupun kalong punya khasiat untuk menyembuhkan asma dan gatal-gatal pada tubuh.
"Biasanya yang laris pada beli kalong. Karena khasiatnya buat obat asma sama gatal. Kalau yang doyan, dagingnya bisa dimakan," ujar dia.
Sementara itu, pedagang lain yang bernama Sutoyo mengungkapkan, kelelawar jualannya saat ini masih menumpuk di dalam kandang, sebab tak ada satu pun pelanggan yang tertarik membeli.
"Kalau kelelawar itu masih ada banyak. Yang kalong ada dua ekor ukurannya besar-besar. Sekarang sepi. Jarang laku," ujar Sutoyo.
Wabah virus corona yang tengah berasal dari Kota Wuhan, di China telah menjatuhkan banyak korban.
Spekulasi mengenai penyebab virus pun bermunculan, salah satunya disebabkan kuliner ekstrem yang kerap dikonsumsi orang China.
Pasar Seafood Huanan yang terletak di pusat kota Wuhan, di mana virus corona berasal, menjual berbagai makanan berasal dari hewan-hewan liar seperti buaya, anjing, ular, tikus, landak, koala, dan hewan buruan lainnya.
Sejauh ini (29/1/2020), pihak berwenang China mengumumkan sekitar 132 orang tewas akibat virus corona tersebut.
"Asal mula virus corona baru adalah satwa liar yang dijual secara ilegal di pasar makanan laut Wuhan," kata Gao Fu, direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok.
Penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa virus Wuhan ditularkan dari ular ke manusia.
Tetapi penasehat media pemerintah, Zhong Nanshan, juga mengidentifiksasi luwak dan tikus sebagai sumber yang memungkinkan penularan virus.
Ternyata pasar yang menjual binatang-binatang liar tersebut juga ada Indonesia.
Namanya adalah pasar Ekstrim Tomohon yang terletak di Sulawesi.
Pasar tersebut terkenal karena kekejaman terhadap binatang termasuk kucing dan anjing yang disimpan di kandang kecil sebelum dipukuli sampai mati dan dijual, dilansir dari Daily Mail (18 Juni 2019)
Warga Norwegia, Alf Jacob Nilsen (64), pernah mengunjungi pasar tersebut.
Alf dari Hidra, Norwegia mengatakan, "Saya harus mengakui bahwa perasaan saya campur aduk di pasar itu - sangat sulit untuk digambarkan.
"Ratusan penduduk setempat menawarkan daging, daging anjing, kelelawar, ayam dan ikan untuk dijual.
"Perlakuan dan pembunuhan anjing seperti yang terjadi di Tomohon sekarang, dari sudut pandang saya, harus dihentikan.
"Bukan hanya karena hewan-hewan malang diperlakukan dengan cara yang paling brutal dan pasti menderita, tetapi juga karena harus jelas ada risiko penyebaran parasit dan penyakit serius ketika berurusan dengan anjing dan daging anjing dengan cara ini.
"Sungguh mengerikan melihat anjing-anjing liar yang dikurung ditarik keluar dari kandang mereka dan dipalu sampai mati dengan tongkat kayu.
"Saya mendapat firasat bahwa dalam satu hal ini dilakukan hampir sebagai daya tarik untuk menarik lebih banyak turis.
Tangkap layar foto Alf Jacob Nilsen Daging anjing dan kucing juga dijual di sana
"Aspek lain yang sangat mengkhawatirkan saya ketika saya di sana adalah saya percaya saya melihat spesies langka yang ditawarkan untuk dijual seperti monyet, kelelawar, burung, ular dan reptil lainnya."
Pasar Ekstrim Tomohon dulunya menjadi list teratas sebagai tempat wisata di aplikasi TripAdvisor.
Sampai, suatu ketika aktivis kesejahteraan hewan memprotesnya dan iklan itu diturunkan.
Namun, perdagangan hewan masih berlanjut di sana dengan izin otoritas regional, yang telah menolak untuk bertemu dengan para aktivis dan mendengarkan keprihatinan mereka.
Yang sangat mengganggu aktivis kesejahteraan bianatang adalah dijualnya anjing dan kucing.
Banyak di antaranya dicuri dari pemilik sebelumnya untuk diangkut secara ilegal ke pasar tersebut.

Terkunci dalam kandang besi kecil, hewan-hewan yang telah ditangkap itu sering dipaksa untuk menonton rekan-rekannya dipukuli hingga mati dengan potongan kayu besar.
Mereka tahu jelas, bahawa mereka adalah giliran selanjutnya.
Tubuh mereka, yang seringnya masih bergerak, kemudian dibakar untuk menghilangkan bulu sebelum mereka dijual.
Selain kekejaman terhadap hewan, para aktivis mengatakan pasar seperti Tomohon adalah tempat berkembang biaknya penyakit yang berpotensi fatal seperti rabies. (artikel ini sudah tayang di Kompas.com dan intisari)