Sosok Faye Hasian Simanjuntak, Anak Jenderal Paspampres yang Terjun Jadi Aktivis
Faye Hasian Simanjuntak terpilih sebagai anak muda berpengaruh di bidang Pengusaha Sosial & Filantropi.
Penulis: Wakos Reza Gautama | Editor: wakos reza gautama
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Mengenal sosok Faye Hasian Simanjuntak, salah satu anak muda yang paling berpengaruh di Indonesia versi Forbes Indonesia.
Forbes Indonesia merilis 30 anak muda paling berpengaruh di Indonesia.
Satu diantaranya adalah Faye Hasian Simanjuntak.
Faye Hasian Simanjuntak saat ini masih berusia 17 tahun.
Faye Hasian Simanjuntak terpilih sebagai anak muda berpengaruh di bidang Pengusaha Sosial & Filantropi.
• Luhut dan Prabowo Dibully Penakut Soal Natuna, Sang Jenderal: Saya Pernah Hampir Mati karena Perang
• Beredar Video Perawat Hamil Rawat Pasien Corona, Awalnya Menyentuh, Akhirnya Buat Warga China Marah
• Jakarta Banjir, Eks Konsultan Politik Ahok Sindir Anies, 7 Tahun di Pulomas Baru Sekarang Banjir
Faye Hasian Simanjuntak dan 29 anak muda lain yang masuk dalam daftar ini terpilih berdasarkan riset para editor Forbes Indonesia yang melibatkan tiga juri.
Mereka yang masuk dalam daftar 30 anak muda paling berpengaruh ini adalah anak-anak muda di bawah usia 30 tahun yang memiliki kontribusi nyata di masyarakat.
Anak-anak muda ini juga dianggap memiliki inovasi dan prestasi di bidangnya masing-masing.
Ada 7 bidang yang masuk dalam daftar ini.
Yaitu Seni,Gaya & Hiburan; Bisnis & Pengusaha; Politik & Hukum; Pengusaha Sosial & Filantropi; Olahraga; Teknologi; dan Modal Ventura.
Faye terpilih sebagai anak muda berpengaruh di bidang pengusaha sosial dan filantropi.
Lalu siapakah Faye Hasian Simanjuntak?
Pendiri Rumah Faye
Dilansir dari akun Instagram Forbes Indonesia, Faye adalah pendiri lembaga Rumah Faye.
Faye mendirikan Rumah Faye di usianya yang baru 11 tahun bersama sang ibu di tahun 2013.
Saat itu Faye baru duduk di bangku kelas 1 SMP.
Lembaga Rumah Faye ini fokus pada advokasi dan pendampingan bagi anak-anak dan perempuan yang menjadi korban perdagangan orang dan kekerasan seksual.
Ada tiga hal yang dilakukan Rumah Faye.
Yaitu pencegahan, pembebasan dan pemulihan bagi anak-anak dan perempuan korban perdagangan manusia dan kekerasan seksual.
Rumah Faye berdomisili di Batam, Kepuluan Riau.
Kenapa di Batam? Karena Batam adalah lokasi perbatasan antara Indonesia dengan Singapura dan Malaysia.
Di perbatasan inilah sering ditemukan kasus perdagangan manusia.
Faye berani mengambil risiko membebaskan para korban yang terjebak dalam pelacuran seperti di Batam.
Bekerja sama dengan polisi setempat, Rumah Faye membebaskan anak-anak dan perempuan dari lingkungan prostitusi.
Rumah Faye menyediakan tempat penampungan dan rumah aman bagi para korban, serta pelatihan keterampilan untuk anak-anak.
Rumah Faye adalah rumah aman di Indonesia yang menawarkan layanan konseling dan terapi seni termasuk tembikar, melukis, merajut dan menjahit.
Anak dan Cucu Jenderal
Faye Hasian Simanjuntak berasal dari keluarga berada.
Faye Hasian Simanjuntak adalah anak dari Maruli Simanjuntak dan Paulina Pandjaitan.
Maruli Simanjuntak adalah seorang jenderal di lingkungan TNI.
Jabatannya tak main-main. Komandan Pasukan Pengamanan Presiden.
Sementara sang ibu, adalah anak dari Menteri Koordinator Kelautan dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.
Artinya Faye Hasian Simanjuntak adalah cucu dari Menko Luhut.
Luhut pun turut bangga dengan prestasi yang diraih cucunya.
Luhut menuliskan rasa bangganya terhadap Faye di akun Instagramnya.
"Suatu kebanggaan tersendiri untuk saya sebagai kakek dari seorang perempuan belia bernama Faye, yang mendedikasikan cita-cita hidupnya untuk membuat sebuah 'Rumah' perlindungan bagi anak-anak dari bahaya kejahatan perdagangan manusia dan kekerasan seksual," tulis Luhut di akun instagram pribadinya @luhut.pandjaitan, Sabtu (22/2/2020).
Terinspirasi dari Keluarga
Dilansir dari channel YouTube BINUSTV Channel yang tayang 10 September 2019, Faye terlibat dalam aksi sosial karena terinspirasi dari orang tuanya.
"Semua dimulai dari keluarganya," ujar Faye.
Menurut dia, keluarganya menekankan pada kepedulian sosial, kesadaran politik dan cinta negara.
"Kebanyakan keluargaku di TNI. Jadi diajari untuk mencintai Indonesia," tutur Faye.
Faye menceritakan, dirinya setiap akhir pekan diajak ibunya mengunjungi ke panti, sanggar.
"Di sanalah aku sadar bahwa aku harus melakukan sesuatu. Akhirnya aku sadar ada remaja perempuan yang terjebak dalam prostitusi dan perdagangan manusia," ucap dia.
"Dari situlah aku melihat ketidakadilan. Dan aku melihat apa yang bisa aku lakukan," tuturnya.
Cerita Luhut tentang Faye
Di akun Instagramnya, Menko Kelautan dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menceritakan sosok Faye.
Luhut mengaku tidak membayangkan cucunya paling besar menjadi seorang aktivis.
Menurut Luhut, Faye mulai menjadi aktivis di bidang "child trafficking" sejak usia 11 tahun.
Sebelumnya, di usia 8 tahun, kata Luhut, Faye menggalang "fund raising" untuk anak-anak korban meletusnya Gunung Merapi di 2010.
"Baru beberapa hari ini saya kaget juga dia bisa raising fund dari berbagai macam sumber dan mendapatkan hampir Rp 1 milyar untuk membantu anak-anak korban pelecehan seksual," tulis Luhut.
Ada hal yang Luhut takutkan dari Faye.
"Yang saya takutkan bukanlah bidang yang dia pilih. Tapi saya lebih khawatir Faye menjadi lebih cepat dewasa. Inilah PR kami, terutama orang tuanya, untuk menjaga Faye," ujarnya.
Luhut pun bangga dengan aktivitas Faye sebagai seorang aktivis perempuan dan anak.
"Saya bangga dengan Faye @chocodaawg , cucu saya yang paling besar ini. Karena dia melakukan betul apa yang kami ajarkan, yaitu “giving back”. Jangan mau menerima saja, tapi kita juga musti mau memberi. Inilah salah satu nilai kehidupan yang kami tanamkan pada anak-anak dan cucu-cucu di keluarga kami," tulis Luhut.
(tribunlampung.co.id)