Puluhan Siswa Dipaksa Makan Kotoran Manusia sebagai Hukuman di Sekolah, Pimpinan Sekolah Klarifikasi

Puluhan siswa mengaku dipaksa makan kotoran manusia sebagai bentuk hukuman di sekolah. Kejadian itu menimbulkan reaksi para orangtua siswa tersebut.

KOMPAS.COM/NANSIANUS TARIS
Suasana setelah rapat bersama orangtua siswa dan pihak sekolah di aula Seminari Bunda Segala Bangsa (BSB) Maumere, Kabupaten Sikka, NTT, Selasa (25/2/2020). Puluhan Siswa Dipaksa Makan Kotoran Manusia sebagai Hukuman di Sekolah, Pimpinan Sekolah Klarifikasi. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Puluhan Siswa mengaku dipaksa makan kotoran manusia sebagai bentuk hukuman di sekolah.

Peristiwa tersebut terungkap di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kejadian itu menimbulkan reaksi para orangtua Siswa tersebut.

Mereka merasa geram.

4 Pria Mengaku Polisi Masuk dalam Kelas Langsung Seret dan Pukuli Siswa SMK di Hadapan Guru

6 Bocah Ditinggal Wafat Kedua Orangtuanya Secara Bersamaan

Pecatan Polisi Rampok Sopir Truk di Jalan Lintas Sumatera

Heboh Foto Kades & Sekdes Tanpa Busana, Polisi Turun Tangan

Mereka pun meminta pihak sekolah segera bertindak tegas.

Peristiwa Siswa dipaksa makan kotoran manusia terjadi di Seminari Bunda Segala Bangsa Maumere, Kabupaten Sikksa, Nusa Tenggara Timur.

Sebanyak 77 Siswa dipaksa makan kotoran manusia.

Para orangtua menganggap, perlakuan para oknum tersebut sudah tidak manusiawi.

"Menurut saya, pihak sekolah beri tindakan tegas bagi para pelaku. Yang salah ditindak tegas. Bila perlu dipecat saja," ujar seorang orangtua Siswa, Martinus, Selasa (25/2/2020).

"Saya juga memutuskan untuk pindahkan anak dari sekolah ini."

"Biar pindah dan mulai dari awal di sekolah lain saja," tegasnya.

Kasus terkait sejumlah Siswa yang dihukum untuk makan kotoran manusia itu terungkap setelah ada laporan dari murid kepada orangtuanya.

Seorang Siswa kelas VII Seminari Bunda Segala Bangsa, yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan, dalam kasus itu, ada sebanyak 77 Siswa dari 89 Siswa yang disiksa oleh dua orang pendamping.

Kejadian terjadi pada Rabu (19/2/2020).

Hal tersebut bermula dari satu pendamping Siswa yang menemukan kotoran manusia.

Kotoran manusia dalam kantong itu ditemukan di sebuah lemari kosong di asrama.

Karena temuan itu, pendamping kemudian memanggil para Siswa.

Mereka menanyakan siapa yang menyimpan kotoran tersebut.

Karena tidak ada yang mengaku, pendamping itu kemudian menyendok kotoran itu, lalu disuapkan ke dalam mulut Siswa.

"Kami terima dan pasrah. Jijik sekali. Tetapi kami tidak bisa melawan," ujarnya.

Setelah melakukan penyiksaan itu, para pendamping juga meminta para Siswa untuk tidak menceritakan kejadian itu ke luar.

Hanya saja, setelah kejadian itu, ada satu murid yang menjadi korban menceritakan kepada orangtuanya.

Klarifikasi pihak sekolah

Seminari Bunda Segala Bangsa Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur ( NTT), mengklarifikasi kabar 77 siswa dari 89 siswa kelas VII yang dipaksa makan kotoran manusia oleh dua pendamping mereka.

Pimpinan Seminari Bunda Segala Bangsa Maumere, Romo Deodatus Du'u mengatakan, insiden iu terjadi pada Rabu (19/2/2020) sekitar pukul 14.30 WITA.

"Terminologi 'makan' yang dipakai oleh beberapa media saat memberitakan peristiwa ini agaknya kurang tepat sebab yang sebenarnya terjadi adalah seorang kakak kelas menyentuhkan sendok yang ada feses pada bibir atau lidah siswa kelas VII," kata Deodatus, dalam keterangan yang diterima Kompas.com, Selasa (25/2/2020).

Deodatus juga membantah aksi itu dilakukan oleh pembina atau pendamping.

Kejadian itu, kata dia, dilakukan dua siswa kelas XII.

Saat itu, mereka bertugas menjaga kebersihan area asrama siswa kelas VII.

Deodatus menceritakan, insiden itu bermula ketika seorang siswa kelas VII membuang kotorannya sendiri di kantong plastik.

Kantong plastik itu lalu disembunyikan dalam lemari kosong di kamar tidur.

Setelah makan siang, dua kakak kelas yang ditugaskan menjaga kebersihan kamar tidur kelas VII menemukan plastik berisi kotoran manusia itu.

Dua kakak kelas itu mengumpulkan siswa kelas VII.

Mereka menanyakan asal muasal kotoran tersebut.

Tetapi, tak ada siswa kelas VII yang mengaku.

Dua kakak kelas itu berkali-kali meminta siswa kelas VII untuk memberi tahu asal dari kotoran tersebut.

Tetap tak ada yang mengaku.

Karena kesal, seorang kakak kelas mengambil kotoran dengan sendok makan.

Ia lalu menyentuhkannya ke bibir dan lidah siswa kelas VII.

Perlakuan yang didapat setiap siswa kelas VII berbeda.

Setelah itu, dua siswa kelas XII itu meminta para juniornya merahasiakan insiden tersebut dari pembina dan orangtua.

Kejadian itu terbongkar ketika satu siswa kelas VII mendatangi para pembina pada Jumat, 21 Februari 2020.

Siswa itu datang bersama orangtuanya.

Menyikapi laporan itu, para pembina memanggil seluruh siswa kelas VII.

Termasuk, dua kakak kelas tersebut.

Hal tersebut untuk diminta keterangan lebih lanjut.

Pada Selasa (25/2/2020), sekitar pukul 09.00 WITA hingga 11.15 WITA, para pembina dan orangtua siswa mengadakan pertemuan.

Pertemuan itu juga dihadiri seluruh siswa kelas VII dan dua kakak kelas.

Masalah itu dibicarakan secara terbuka dan jujur dalam pertemuan tersebut.

Deodatus mengatakan, pihak Seminari telah meminta maaf di hadapan orangtua terkait masalah tersebut.

Dua kakak kelas itu pun dikeluarkan dari Seminari Bunda Segala Bangsa.

Seminari juga mendampingi para siswa kelas VII untuk pemulihan mental dan menghindari trauma.

Romo Deodatus menegaskan, pihak seminari tak pernah membiarkan segala bentuk kekerasan atau bully terjadi di lingkungan sekolah mereka.

“Bagi kami, peristiwa ini menjadi sebuah pembelajaran untuk melakukan pembinaan secara lebih baik di waktu-waktu yang akan datang."

"Kami berterima kasih atas segala kritik, saran, nasihat, dan teguran yang bagi kami menjadi sesuatu yang sangat berarti dengan harapan agar lembaga ini terus didoakan dan didukung supaya menjadi lebih baik,” jelas Deodatus.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Bantah Siswa Makan Kotoran Manusia, Ini Klarifikasi Seminari BSB Maumere dan Puluhan Siswa Dihukum Makan Kotoran Manusia, Orangtua Minta Pelaku Dipecat dari Sekolah.

Sebanyak 77 Siswa mengaku dipaksa makan kotoran manusia sebagai bentuk hukuman di sekolah di Nusa Tenggara Timur (NTT), pihak sekolah kemudian memberikan klarifikasi. (kompas.com)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved