Gundah Kopi dan Singkong Masih Impor, Gubernur Arinal Djunaidi Akan Perang Lawan Pengusaha Nakal
Tidak ada komoditas kita yang tidak masuk 10 besar. Kopi nomor satu di Indonesia. Begitu juga singkong nomor satu di dunia. Tapi, kita masih impor.
Penulis: ahmad robi ulzikri | Editor: Andi Asmadi
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Gubernur Lampung Arinal Djunaidi dengan tegas mengatakan, jika dirinya disuruh memilih antara rakyat dan pengusaha, maka ia pasti memilih rakyat.
Penegasan itu disampaikan Gubernur Arinal dalam acara coffee morning bersama jajaran pimpinan PT Pelindo II, Bea Cukai, dan pelaku usaha di Container Freight Station (CFS) IPC, Pelabuhan Panjang, Kota Bandar Lampung, Senin 9 Maret 2020.
Pilihan antara rakyat dan pengusaha itu terlontar sekaitan dengan masih banyaknya aktivitas impor produk pertanian yang dilakukan oleh pengusaha di Lampung yang dampaknya memukul petani.
"Saat ini penduduk di Lampung 9,7 juta jiwa. Sebagian besar petani. Kita lebih baik ekspor dari pada mengambil keuntungan di tengah kesulitan rakyat," kata Gubernur.
• GM Pelindo II Drajat Sulistyo Usulkan Pelabuhan Panjang Menjadi Pelabuhan Lampung, Ini Alasannya
• Arinal Terpilih Aklamasi Nakhodai DPD I Golkar Lampung Periode 2020-2025
Arinal menyayangkan, banyak komoditas unggulan Lampung yang masuk 10 besar nasional, seperti kopi dan singkong yang malah nomor 1, tetapi ternyata masih ada pengusaha Lampung yang melakukan impor komoditas tersebut.
“Tidak ada komoditas kita yang tidak masuk 10 besar. Kopi nomor satu di Indonesia. Begitu juga singkong nomor satu di dunia. Tapi, kita masih impor. Luar biasa permainan ini," katanya.
"Saya akan perang dengan pengusaha yang masih nakal melakukan impor. Ini akan saya temukan letak kenakalannya. Untuk apa kita impor dari Vietnam,” ujar Arinal berapi-api, disambut tepuk tangan peserta yang hadir.
Untuk itu, Gubernur Arinal menyampaikan komitmennya meningkatkan ekspor dan melakukan pengendalian impor.
Hal itu juga sejalan dengan visi dan misi Pemerintah Provinsi Lampung yaitu “Rakyat Lampung Berjaya. Aman, Berbudaya, Maju, Berdaya Saing, dan Sejahtera”.
• Artis Aurel Hermansyah Curhat Masa Lalu Saat Susah, Utang Jutaan Rupiah di Warung Pinggir Jalan
• Inilah 5 Fakta Kasus Ririn Ekawati yang Diperiksa Polisi Terkait Kasus Narkoba, Urine Negatif!
Ekonomi 6 Persen
Provinsi Lampung terus berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang dalam RPJMN 2020-2024 ditargetkan meningkat rata-rata 6% per tahunnya hingga 2024.
Oleh sebab itu, Gubernur Lampung Arinal Djunaidi mengajak PT. Pelindo II, Bea Cukai Lampung dan para pelaku usaha untuk meningkatkan ekspor dan mengendalikan impor di Provinsi Lampung.
"Atas nama Pemerintah Provinsi Lampung, Gubernur Arinal, menyambut baik diselenggarakannya acara coffee morning ini sebagai wahana untuk sinergitas Pemerintah Daerah, PT. Pelindo II, Bea Cukai, dan pelaku usaha guna meningkatkan ekspor dan mengendalikan impor di Provinsi Lampung," ujar Gubernur Arinal.
Gubernur Arinal menjelaskan Provinsi Lampung memiliki banyak potensi untuk mengejar target pertumbuhan.
"Lampung memiliki sumber daya alam (SDA) yang sangat bagus dan potensial. Dan sekarang Lampung sudah didukung transportasi sebagai penghubung ekonomi dalam kepentingan terkait dengan ekspor. Diharapkan ini suatu kejayaan untuk menuju Lampung Berjaya di masa mendatang," jelas Gubernur Arinal.
Pemerintah Provinsi Lampung sendiri juga terus menggalakkan peningkatan perekonomian daerah dengan diversifikasi produk (menganekaragamkan) dan hilirisasi (peningkatan nilai tambah) produk ekspor.
Diversifikasi ekspor tidak hanya dilakukan dari sisi produk, tetapi juga memperluas negara tujuan ekspor.
“Untuk mendukung target tersebut, para stakeholder di Provinsi Lampung, dalam hal ini pemerintah daerah, instansi terkait, eksportir, dan importir perlu adanya penetapan target dan arah kebijakan secara nasional dan daerah," ujar Gubernur.
• Tangkap Pria, Polwan Cantik Vani: Sampe Ketangkep Juga Pilinggut
Hal tersebut akan dijadikan Gubernur acuan bagi daerah mulai dari Provinsi, Kabupaten/Kota, sampai tingkat desa.
Lebih lanjut, Gubernur Arinal menjelaskan bahwa di era Globalisasi ini di mana persaingan semakin kompetitif serta dunia industri yang sudah memasuki Era 4.0, maka Lampung harus dapat bersaing dengan produk-produk luar.
Komoditas unggulan ekspor seperti CPO, nanas, kopi robusta, lada hitam, udang beku, karet, molases, kakao, dan kelapa harus dijaga kualitasnya.
Berdasarkan data BPS Provinsi Lampung, kinerja perdagangan luar negeri Provinsi Lampung, pada tahun 2019 ekspor mengalami penurunan sebesar -15,14% dengan nilai 2,93 miliar USD dan impor mengaIami peningkatan sebesar 0,83 % dengan nilai 2,85 miliar USD. Kondisi tersebut menghasilkan surplus sebesar 84,32 juta USD.
"Ini harus kita balik, ekspor harus diprioritaskan dibandingkan dengan import. Kalau import dilakukan ketika emergency. Untuk itu diperlukan sinergitas dari seluruh pemangku kepentingan,” ujarnya.
Arinal juga akan mengambil langkah dalam menyiapkan lahan, supaya Pelabuhan ini tidak dicampur adukkan pemanfaatannya untuk komoditas ternak.
"Lampung akan menjadi lumbung ternak nasional, kalau tidak disiapkan pelabuhannya, maka nantinya akan menyebabkan masalah,” tambah Gubernur Arinal.
(tribunlampung.co.id/ahmad robi ulzikri/*)