Tribun Bandar Lampung
Dosen-Mahasiswa Itera dan Unila Bikin Hand Sanitizer, Produk Sudah Dibeli Artis Ibukota
Dosen dan mahasiswa Program Studi Farmasi Itera serta Jurusan Teknik Kimia Unila tergerak bikin sendiri racikan cairan pembersih tangan.
Penulis: sulis setia markhamah | Editor: Reny Fitriani
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Susahnya mendapatkan produk hand sanitizer sebulan terakhir di tengah wabah Covid-19 alias Corona membuat beberapa pihak berinisiatif menciptakan hand sanitizer.
Di antaranya dosen dan mahasiswa Program Studi Farmasi Institut Teknologi Sumatra serta Jurusan Teknik Kimia Universitas Lampung.
Mereka tergerak bikin sendiri racikan cairan pembersih tangan.
Dosen Prodi Farmasi Itera yang berinisiatif membuat hand sanitizer itu adalah Nur Adliani.
Ia sebagai koordinator pembuatan hand sanitizer tersebut mengajak sejumlah mahasiswanya berkolaborasi memproduksi hand sanitizer secara mandiri di kampusnya.
• Cara Mudah Membuat Hand Sanitizer Sendiri
• Unila Siap Produksi Hand Sanitizer, Cegah Penyebaran Corona
• Istri-Anak Pasien 01 Isolasi Diri, Enam Kerabat Pasien Positif Corona Warga Bandar Lampung Dipantau
• Petani di Tanggamus Ditemukan Membusuk di Gubuknya, Polisi: Diduga Sudah 5 Hari Tewas
Sementara di Unila, dua mahasiswi Teknik Kimia Fakultas Teknik Desi Permata Sari dan Nita Pita Sari bekerja sama meracik hand sanitizer di bawah bimbingan dosen.
Pembuatan hand sanitizer di Itera berlangsung di Laboratorium 3 mulai Selasa (17/3/2020).
Tak hanya dosen dan mahasiswa Farmasi, turut juga menjadi sukarelawan, yakni perwakilan mahasiswa dan dosen prodi lain.
Seperti Prodi Kimia, DKV, Biologi, serta Himpunan Mahasiswa Farmasi Itera dan Keluarga Mahasiswa Itera.
Pembuatan hand sanitizer ini mengacu standar World Health of Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia.
Bahan-bahannya antara lain etanol 96 persen yang diencerkan menjadi 833,33 ml.
Lalu H2O2 sebanyak 3 persen yang diencerkan menjadi 41,67 ml, gliserol 14,5 ml, dan aquadest secukupnya, hingga total volumenya menjadi 1.000 ml.
Setelah bahan-bahan tersebut selesai diracik, hasilnya yang berupa hand sanitizer kemudian dikemas ke dalam botol.
Selanjutnya ditempatkan di seluruh gedung yang ada di Itera.
"Untuk sementara, kami baru mampu memproduksi sebanyak 20 liter hand sanitizer. Karena memang keterbatasan bahan yang sudah mulai langka. Ke depan kami akan melakukan produksi kembali," tutur Dosen Farmasi Nur Adliani, Kamis (19/3/2020).
Pembuatan cairan antiseptik secara mandiri ini, jelas Nur, bertujuan memastikan tetap tersedianya hand sanitizer di lingkungan kampus Itera.
Langkah tersebut juga berselang sehari setelah Rektor Itera mengeluarkan edaran pencegahan Covid-19 di lingkungan kampus.
"Kami berharap fasilitas hand sanitizer ini dimanfaatkan oleh seluruh sivitas akademika guna mencegah penyebaran Covid-19," ujarnya.
Nur menambahkan Itera membuka kesempatan kerjasama dengan berbagai pihak untuk memproduksi hand sanitizer sesuai standar WHO.
Banyak Permintaan
Dua mahasiswi Teknik Kimia Unila, Desi Permata Sari dan Nita Pita Sari, awalnya terpikir membuat hand sanitizer setelah merebaknya virus corona pada Februari lalu.
Mereka kemudian mengalami kesulitan mencari produk tersebut di pasaran.
"Butuh untuk pribadi. Terus, melihat banyak orang butuh sanitizer juga dan di pasaran habis. Jadi, kami coba buat sendiri. Karena banyak permintaan, akhirnya dipasarkan juga," beber Desi, Kamis.
Formula pembuatan hand sanitizer, tutur anak pertama dari tiga bersaudara ini, berdasarkan hasil konsultasi dengan pembimbing.
Sekaligus Sekretaris Penelitian dan Pengembangan Biomasa Tropika Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unila Dr Eng Dewi Augustina A Iryani.
"Untuk formulanya, dibantu ibu dosen saya. Beliau yang ciptakan. Pada dasarnya, bahannya sama saja dengan yang ada di pasaran. Output-nya menjadi antiseptik yang terstandarisasi," paparnya.
Adapun bahan-bahannya mulai dari alkohol 69 persen, ekstrak lidah buaya, isopropyl alcohol, pengharum, dan destillate water.
Saat awal pembuatan, Desi dan Nita sempat mengalami kegagalan.
Berkali-kali takarannya kurang pas.
"Gagalnya seperti saat viskositas, di mana tidak sesuai, kadar etanol tidak sesuai. Terus pernah juga warnanya tidak jernih dan lainnya," tutur mahasiswi yang tengah menyusun skripsi ini.
Hingga akhirnya produk hand sanitizer berhasil dibuat dan dikemas menarik.
Mereka mengusung nama Herbal Tekila Shop Hand Sanitizer Gel.
Permintaan pasar, menurut Desi, terbilang tinggi meskipun baru dipasarkan tiga minggu terakhir.
"Produksi per hari 2.000 sampai 2.500 hand sanitizer untuk ukuran kemasan 30 ml. Dibantu lima mahasiswa Unila lainnya. Permintaan pasarnya tinggi dan justru mereka yang cari," jelas perempuan kelahiran 30 Desember 1997 itu.
Nita Pita Sari menambahkan produk hand sanitizer ini bahkan sudah menjangkau wilayah Sumbagsel, Jabodetabek, Pulau Jawa, dan Aceh.
Kemasannya ada yang ukuran 30 ml, 250 ml, dan 500 ml.
"Ada juga kalangan artis yang beli. Kak Helmalia Putri, dan itu bukan endorse," ungkap mahasiswi magister Unila kelahiran 27 Maret 1995 ini.
Sekretaris Penelitian dan Pengembangan Biomasa Tropika LPPM Unila Dr Eng Dewi Augustina A Iryani mengapresiasi kreasi mahasiswinya tersebut.
"Pastinya bangga. Mereka mampu membagi waktu kuliah dan bisnis dalam waktu bersamaan. Harapannya, bisa memotivasi mahasiswa lainnya untuk mengembangkan jiwa entrepreneur sejak mahasiswa dengan based riset dan teknologi," kata Dewi. (Tribunlampung.co.id/Sulis Setia M)