Kasus Corona di Indonesia

Penjelasan Peneliti, Virus Corona Jarang Menyerang Bayi dan Anak-anak

Kasus Covid-19 pada bayi dan anak-anak tergolong rendah dibandingkan dengan orang dewasa dan lansia.

TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Siswa sekolah dasar negeri 002 Ranai melakukan aktivitas belajar menggunakan masker di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Indonesia, Selasa (4/2/2020). Proses belajar mengajar kembali berlangsung setelah sebelumnya sempat akan diliburkan selama 14 hari terkait lokasi observasi WNI dari Wuhan, China yang berada di Natuna. Penjelasan Peneliti, Virus Corona Jarang Menyerang Bayi dan Anak-anak. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Kasus virus corona semakin hari semakin bertambah di Indonesia.

Sampai Senin (23/3/2020), bahkan jumlah kasus positif virus corona atau Covid-19 di Indonesia mencapai 579 kasus.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 48 pasien virus corona dinyatakan meninggal dunia.

Jumlah tersebut disinyalir akan terus meningkat.

Virus Corona Sudah Menyebar di 22 Provinsi di Indonesia, Maluku Utara dan Jambi Kasus Baru

UPDATE Jumlah ODP Virus Corona di Lampung Tambah 75 Orang, Pasien Dalam Pengawasan Tetap 6 Orang

Ratusan Dus Berisi Masker Hilang di RS Saat Wabah Virus Corona, Kapolres: Sangat Tidak Manusiawi

Antisipasi Penyebaran Virus Corona, Jalanan di Bandar Lampung Disemprot Disinfektan

Dari kasus di Indonesia, terdapat beberapa kasus yang menimpa bayi.

Namun kasus Covid-19 pada bayi dan anak-anak tergolong rendah dibandingkan dengan orang dewasa dan lansia.

Sebelum virus ini sampai ke Indonesia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memang sudah meneliti bila wabah ini akan jarang menyerang bayi dan anak-anak.

Mengapa demikian?

Mengutip dari NewYorkTimes, sebagian besar pengidap virus corona ternyata berusia 45-56 tahun.

Wabah virus corona hingga saat ini masih terus menjadi ketakutan masyarakat luas.

Bahkan kini Indonesia makin tegas menggalakkan social distancing demi memutus mata rantai penularan virus Covid-19.

Hal tersebut tentu saja membuat masyarakat harusnya makin waspada, meski tak disarankan untuk panik.

Kini, pemerintah Indonesia terus berjibaku memerangi pandemik ini.

Bahkan pemerintah sudah membeli obat dan peralatan rapid test untuk menangani virus corona.

Sampai Minggu (22/3/2020), tercatat lebih dari 400 orang dinyatakan positif corona, dengan angka kematian yang semakin meningkat.

Kementerian Kesehatan mengungkapkan jumlah tersebut disinyalir akan terus meningkat.

Meski begitu, sebelum virus ini sampai ke Indonesia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah meneliti bila wabah ini akan jarang menyerang bayi dan anak-anak.

Mengapa demikian?

Mengutip dari NewYorkTimes, sebagian besar pengidap virus corona berusia 45-56 tahun.

Usia tersebut dianggap berisiko tinggi mengalami virus corona.

Jarang ditemukan kasus pada bayi dan anak-anak.

Bahkan di Indonesia, angka positif terinfeksi virus corona pada bayi dan anak-anak sangat rendah.

Dalam laporan yang ditulis New York Times beberapa waktu lalu, Dr Malik Peiris mengungkap bila bayi dan anak tetap bisa terinfeksi, namun risikonya sangat rendah.

"Dugaan saya adalah orang yang lebih muda tetap bisa terinfeksi, tetapi mereka mendapatkan risiko yang relatif lebih ringan,” kata Dr Malik Peiris, Kepala Virologi di Universitas Hong Kong, yang telah mengembangkan tes diagnostik untuk virus corona.

Mengutip dari Tribun Jogja, beberapa waktu lalu insiden virus corona menjangkit satu keluarga yang bepergian ke Wuhan, Cina.

Sekembalinya ke Shenzhen, anggota keluarga lain terinfeksi.

Usianya beragam, sekitar 36 hingga 66 tahun. Mereka menderita demam, sakit tenggorokan, diare, dan radang paru-paru.

Sementara itu, anak yang berusia 10 tahun itu juga memiliki tanda-tanda pneumonia di paru-paru, tetapi tidak ada gejala di luar.

Beberapa ilmuwan menduga bahwa ini merupakan tipikal infeksi virus corona pada anak-anak.

"Memang benar bahwa anak-anak dapat terinfeksi tanpa gejala atau memiliki infeksi yang sangat ringan," kata Dr Raina MacIntyre, seorang ahli epidemiologi di Universitas New South Wales di Sydney, Australia, yang telah mempelajari penyebaran virus corona.

Sama dengan kasus SARS dan MERS yang juga sempat mewabah, gejala pada anak-anak hanya ditunjukkan secara ringan.

Anak-anak di bawah usia 12 tahun memiliki kemungkinan lebih kecil untuk dirawat di rumah sakit atau membutuhkan oksigen atau perawatan lain. 

Para peneliti menemukan anak-anak di atas usia 12 memiliki gejala seperti orang dewasa.

“Kami tidak sepenuhnya memahami alasan peningkatan keparahan terkait usia ini. Tapi kami melihat itu sekarang dan dengan SARS, Anda bisa melihatnya lebih jelas,”  kata Dr. Peiris. 

Bukan hal yang aneh jika virus hanya memicu infeksi ringan pada anak-anak dan penyakit yang jauh lebih parah pada orang dewasa.

Cacar air, misalnya, sebagian besar tidak penting pada anak-anak, namun sangat berbahaya pada orang dewasa. (*)

Sebagian artikel ini telah tayang di Nakita dan TribunnewsWiki.com

Sumber: Nakita
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved