Kasus Corona di Lampung
Kisah Warga Lampung Jual Pajero untuk Sumbang Masker dan Hand Sanitizer ke Puskesmas
Ia menjual mobil Mitsubishi Pajero kesayangannya untuk bisa membantu penanganan dan pencegahan penyebaran Covid-19.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, KALIANDA - Di tengah wabah corona atau Covid-19, tak sedikit masyarakat yang tergugah untuk ikut membantu tenaga medis dengan menyediakan masker, hand sanitizer, hingga alat pelindung diri (APD).
Di Lampung, sesuai data per Jumat (27/3/2020), jumlah pasien positif corona sudah 4 orang.
Sementara pasien dalam pengawasan (PDP) 23 orang dan orang dalam pemantauan (ODP) berjumlah 432 orang.
Kebutuhan APD beserta sejumlah perlengkapan lainnya belum terpenuhi secara maksimal.
• Kondisi Pasien Positif Corona Keempat di Lampung Cenderung Menurun
• Perawat Meninggal di Rumah Hanya Ditemani Anak Balitanya, Hasil Pemeriksaan Positif Corona
• Reihana: Pasien Positif 04 di Lampung Pernah Ikut Seminar di Jakarta
Bantuan dari pemerintah pusat juga terbatas, belum bisa menjangkau semua puskesmas di daerah.
Kondisi itu menggugah Sariyanti (28), warga Sidomulyo, Lampung Selatan.
Ia menjual mobil Mitsubishi Pajero kesayangannya untuk bisa membantu penanganan dan pencegahan penyebaran Covid-19.
Hasil penjualan mobil tersebut ia belikan cairan disinfektan, hand sanitizer, masker, dan APD.
Sebagian cairan disinfektan, handsanitizer, masker, dan APD disumbangkan Sariyanti untuk membantu tenaga medis di puskesmas dan rumah sakit yang akan menangani pasien atau warga yang mungkin terpapar Covid-19.
Kemudian, sebagian lagi disumbangkannya kepada pihak desa.
Sariyanti mengaku tergugah untuk membantu pemerintah dan masyarakat mencegah penyebaran corona.
Ia bercerita memiliki pengalaman dan pembelajaran tentang bagaimana pentingnya menjaga kehidupan dan harapan.
“Tahun 2019 saya sempat kecelakaan dan mengalami koma. Saat itu banyak tetangga dan warga lain yang datang dan mendoakan kesembuhan saya, dan Tuhan mendengarkan doa tersebut. Tuhan memberikan kesempatan bagi saya untuk hidup,” cerita Sariyanti kepada Tribunlampung.co.id, Kamis (26/3/2020).
Dari pengalaman hidup itu, ia menyadari apapun yang dimiliki di dunia ini tidak ada artinya ketika seseorang kembali menghadap Yang Maha Kuasa.
“Tidak ada satu pun harta di dunia ini yang akan dibawa saat kita meninggal dunia. Saya engga akan mungkin dikubur dengan mobil Pajero milik saya,” ujar wanita kelahiran 1992 ini.
Sariyanti bekerja sama dengan IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Lampung Selatan untuk menyalurkan bantuan hand sanitizer, cairan disinfektan, masker dan APD.
Pemberian bantuan tersebut, lanjut Sariyanti, juga dilakukan kepada petugas di Pelabuhan Bakauheni.
Bantuan yang diberikan, kata Sariyanti, berupa sarung tangan sekali pakai (handscun), serta pemberian bantuan hand sanitizer dan cairan disinfektan kepada tempat ibadah Pura.
Tidak hanya memberikan bantuan, Sariyanti juga menggunakan sebagian hasil penjualan mobilnya untuk kegiatan usaha yang bisa menyediakan lapangan pekerjaan kepada warga sekitar.
Usahanya, kata Sariyanti, juga terkait dengan penyediaan hand sanitizer, cairan disinfektan serta masker dengan harga murah.
Sehingga, masyarakat yang membutuhkan bisa mendapatkannya dengan mudah dan murah di bawah harga pasaran saat ini.
Hasil dari usaha tersebut, imbuh Sariyanti, digunakannya untuk menggaji karyawan serta untuk membantu warga masyarakat yang membutuhkan.
Sepenuhnya hasil penjualan kendaraannya, digunakannya untuk hal yang bisa membantu penanganan penyebaran Covid-19.
Ketua IDI Lampung Selatan dr Wahyu Wibisana mengaku sangat kagum dengan yang dilakukan oleh Sariyanti.
Hal tersebut bukan saja membantu warga, tapi juga tenaga medis.
“Kita sebagai tenaga medis sangat berterima kasih kepada Saudari Sariyanti yang tidak segan menjual kendaraannya guna membantu penanganan pencegahan penyebaran Covid-19 ini,” kata Wahyu.
Wahyu berharap apa yang dilakukan oleh Sariyanti bisa menginspirasi banyak orang untuk bisa berbuat membantu bersama dengan pemerintah memerangi wabah penyebaran Covid-19 saat ini.
Masker Gratis
Sosok good citizen lainnya, yakni perajin ekonomi kreatif danowner Ciprutcaft Siti Nur Aisyah.
Ia membuat masker berbahan kain katun dan busa membantu sesama yang membutuhkan.
Perempuan akrab disapa Ais ini memproduksi masker berbahan dasar kain katun dan busa.
Ia memberikannya secara cuma-cuma kepada setiap pengendara ojek online yang datang ke rumahnya.
"Untuk driver ojek ini kita kasih gratis. Kebetulan kita juga sering pake jasa mereka buat pesan atau kirim barang. Jadi sekalianlah berbagi ke mereka," ujarnya, Kamis (26/3/2020).
Ais menambahkan, masker tersebut dibuat sendiri di kediamannya di Perum Ragom Gawi Permai 1, Rajabasa, Bandar Lampung.
Yang membedakan masker buatannya dengan masker medis adalah bahan yang dapat dicuci.
Mulanya, ia membuat masker hanya untuk dibagi-bagikan.
Namun, respon pasar yang begitu tinggi memicunya memproduksi jumlah banyak.
"Kurang lebih baru seminggu ini bikin masker, sebelumnya saya bikin pouch oil. Kebetulan order lagi sepi jadi coba bikin masker ternyata banyak yang suka," katanya.
Ais tak menyangka masker buatannya ini banyak peminat. Padahal, masker hanya diunggah di Instagram Story @ciprutcraft.
"Iseng posting di story Instagram gak taunya banyak yang nanya jual gak, harganya berapa. Dari situ akhirnya fokus bikin masker, pouch oil tetap bikin cuma jumlah produksi dikurangi," jelasnya.
Meski baru satu minggu memulai produksi, masker buatannya sudah sampai ke telinga konsumen di Jawa dan Bali.
Alhasil, untuk memenuhi banyaknya permintaan sekarang ia meminta tambahan bantuan tenaga empat orang.
Dalam sehari masker berbahan dasar kain katun dan busa ini bisa diproduksi sampai 8 lusin.
Pilihannya cukup unik, masker ini memiliki warna cerah dan gambar motif lucu.
Ais mengatakan, pembuatan masker ini terbilang mudah.
Banyak video tutorial dari kanal YouTube sebagai referensi.
Berbekal keterampilan sebagai perajin pouch oil atau wadah pelapis botol berbahan dasar kain, ia tak tak mengalami kesulitan membuat masker.
Masker buatannya ini dijual Rp 10 ribu per lembarnya.
Ais menyatakan, tidak ada batasan bagi konsumen yang ingin membeli masker.
Rata-rata konsumen merupakan personal yang ingin membagikan kembali.
Meski hanya dikerjakan oleh empat pasang tangan, Siti tetap menyanggupi banyaknya pesanan konsumen.
Paling banyak, konsumen memesan 15 lusin.
Ais berharap, wabah corona segera berakhir.
Ia pun tak ingin muncul tanggapan miring dan opini di mata masyarakat yang menganggap dirinya hanya mencari keuntungan di tengah kesulitan. (Tribunlampung.co.id/Dedi Sutomo/Joviter Muhammad)