Dokter IDI di Puskesmas Ketakutan: Kalau Tidak Ada APD Mati Kami
Para dokter yang bekerja di puskesmas sempat ketakutan karena tidak tersedianya APD di puskesmas.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID – Dokter yang berada di sejumlah puskesmas di daerah mengeluhkan tidak adanya alat pelindung diri (APD) bagi tenaga kesehatan yang memeriksa pasien.
Padahal, tenaga kesehatan di puskesmas merupakan garda terdepan bersentuhan dengan pasien. termasuk pasien corona yang tanpa gejala.
Para dokter ketakutan mendeteksi virus corona pada pasien Orang Dalam Pemantauan (OPD) dan Orang Tanpa Gejala (OTG).
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Aceh Utara, dr Harry Laksmana mengatakan, sejawat dokter yang bernaung di bawah organisasi profesi itu berkali-kali meminta agar pemerintah pusat menyiapkan Alat Pelindung Diri ( APD) untuk penanganan pasien Covid-19.
Para dokter yang bekerja di puskesmas sempat ketakutan karena tidak tersedianya APD di puskesmas.
• Wabah Virus Corona Menggila di Amerika, Gubernur New York Menyesal Terapkan Lockdown
• Penyakit Ashanty Mendadak Kambuh saat Wabah Corona, Keluarga Anang Putuskan Lockdown
• Perawat Terinfeksi Corona dari Pasien, Anaknya Balita Dititipkan dan Suami Kerja Merantau
Kondisi itu mengancam keselamatan dokter.
Apalagi, dokter di puskesmas bertugas untuk mendeteksi Orang Dalam Pemantauan (OPD) dan Orang Tanpa Gejala (OTG).
“Teman-teman sejawat itu bilang, ketakutan juga mendeteksi OTG dan ODP. Ini garda depan. Kalau PDP sudah pasti di rumah sakit rujukan,” kata Harry saat dihubungi, Minggu (29/3/2020).
Harry sudah berkomunikasi dengan Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara, Amir Syarifuddin untuk menyediakan APD khusus di puskesmas.
“Saya dengar sudah ada sekarang APD di puskesmas dalam jumlah terbatas, ini kabar baik. Kami siap bertempur garda depan.
Namun, juga lindungi juga peralatan tempur kami. Kalau tidak ada APD, kami mati,” ucap Harry.
Harry menyarankan agar ODP dijaga oleh militer seperti TNI/Polri.
Sehingga tertib menjalani masa karantina di rumah selama 14 hari.
Untuk itu, Harry terus berkomunikasi soal strategi penanganan virus dengan sejumlah pihak di kabupaten itu.
Termasuk ruang isolasi khusus untuk dokter yang menangani pasien.