Video Berita
Video Komunitas Dongeng Dakocan, Komunitas Dongeng Pertama di Lampung
Video YouTube Komunitas Dongeng Dakocan adalah komunitas dongeng pertama yang ada di Lampung.
Penulis: Wahyu Iskandar | Editor: wakos reza gautama
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Video YouTube Komunitas Dongeng Dakocan adalah komunitas dongeng pertama yang ada di Lampung.
Diinisiasi oleh pasangan suami istri Iin Muthmainnah dan Ivan Sumantri Bonang, Komunitas Dongeng Dakocan resmi terbentuk pada tanggal 28 November 2002.
18 tahun berupaya mensosialisasikan kembali peranan dongeng di masyarakat, Komunitas Dongeng Dakocan berhasil menginspirasi terbentuknya komunitas serupa yang tersebar di seluruh Provinsi Lampung.
Bertepatan Hari Dongeng Nasional
Terbentuk pada tanggal 28 November 2002, Komunitas Dongeng Dakocan diinisiasi oleh Iin Muthmainah besama dengan sang suami Ivan Sumantri Bonang.
• VIDEO Intip Kegiatan Komunitas Penikmat Kopi di Lampung (KPKL)
• VIDEO Standupindo Lampung, Komunitas Stand Up Pertama di Lampung
• VIDEO Profil Newendi Septian, Jebolan Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) 4 Asal Lampung
• VIDEO Profil Taufik Qurohman, Putra Tenun dan Songket Lampung 2019
Iin yang seorang pegiat seni, kala itu beranggapan bahwa dongeng adalah salah satu cabang seni yang bisa ia geluti tanpa harus mengesampingkan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga.
Setelah dibentuk, Iin kemudian mengajak rekan-rekannya yang juga pemain teater untuk bergabung.
Tanpa disangka, pada tahun 2015 tanggal tersebut kemudian ditetapkan sebagai hari Dongeng Nasional untuk mengenang hari kelahiran legenda dongeng Pak Raden.
Seiring berjalannya waktu, Dakocan tak hanya berjalan atas dasar alasan pribadi, melainkan untuk membangkitkan kembali antusias dongeng kepada masyarakat Lampung.
Harapannya, orangtua bisa mendongeng untuk anaknya, dan anak-anak tidak kehilangan masa kecil mereka.
Dengan demikian, dongeng bisa berkontribusi menciptakan generasi yang lebih baik dan berkarakter.
Terjalnya Awal Perjuangan
Di tahun-tahun pertama, Komunitas Dongeng Dakocan aktif mensosialisasikan dongeng dari sekolah yang satu ke sekolah yang lainnya.
Sekitar 20 hingga 30 TK di wilayah Bandar Lampung telah disambangi sembari disurvei mengenai pandangan masyarakat terhadap keberadaan dongeng.
Sayangnya, dari hasil survei diketahui bahwa sebanyak 90 persen orangtua menganggap dongeng dan pendidikan karakter tidak lebih penting dibandingkan pendidikan formal.
Dari hasil tersebut, Komunitas Dongeng Dakocan menyadari perjalanannya tak akan mudah.
Akhirnya mereka membuat semacam rencana strategis untuk dilakukan dalam lima tahun ke depan.
Lima tahun pertama, kegiatan yang dilakukan hanyalah dongeng keliling dari satu tempat ke tempat yang lain.
Para anggota yang awalnya terhimpun, satu persatu terjangkit seleksi alam yang akhirnya hanya menyisakan Iin beserta suami.
Beberapa waktu berselang, Dakocan kembali mendapatkan anggota yang berasal dari berbagai latar belakang.
Mulai dari sutradara, pemain alat musik tradisional, pemusik, wartawan, serta pemain teater.
Tak peduli apapun latar belakangnya, selagi yang bersangkutan mampu berkomitmen membawa dongeng Lampung menjadi lebih baik, akan diterima dengan senang hati oleh Dakocan.
Trial and Error
Tepat di tahun ke lima, Dakocan pertama kalinya mendapatkan tawaran mengisi workshop.
Namun, mengisi workshop tentang dongeng di kala itu bukan perkara mudah.
Sang founder Iin Muthmainah mengatakan dirinya sudah mencari tahu materi tersebut se-Indonesia tetapi sulit ditemukan.
Akhirnya ia membuat sendiri materi tersebut dengan metode trial and error, selalu diperbarui ketika diperlukan.
Workshop yang dirancang untuk para guru TK dan SD tersebut berlangsung selama beberapa kali.
Tujuannya, agar para guru bisa mandiri dan percaya diri untuk mendongeng.
Kesuksesan workshop tersebut kemudian menarik perhatian Dinas Pendidikan.
Dakocan diminta mengisi selama lima hari agar para guru tak sekadar khatam memberikan teori, tapi juga terampil dalam prakteknya.
Seiring berjalannya waktu, para anggota Dakocan memahami bahwa dongeng merupakan bagian dari pendidikan.
Karena itu, kurikulum yang diracik kemudian disempurnakan untuk bisa bersinergi antara kesenian dengan ilmu pengetahuan.
Pelaksanaan workshop semacam ini dirasa lebih efisien dibanding mengajari satu per satu ke sekolah.
Hemat waktu, lebih efisien dan penyebarannya bisa lebih luas.
Bangunkan Geliat Dongeng di Lampung
Mensosialisasikan dongeng kurang lebih 18 tahun, Komunitas Dongeng Dakocan berhasil membangkitkan kembali semangat dongeng yang ada di Lampung.
Hal ini terbukti dengan tumbuhnya banyak komunitas serupa di berbagai kota dan kabupaten se-Provinsi Lampung.
Belum lagi pelatihan-pelatihan dongeng juga sudah mulai banyak.
Di samping itu, para guru yang pandai mendongeng juga menjadi daya tarik sendiri.
Fakta tersebut merupakan suatu kemajuan yang bisa merangsang kreativitas dongeng pada guru.
Hal ini disyukuri Iin karena berhasil memberikan semangat dan inspirasi bagi banyak orang.
Dengan catatan tambahan, para guru bisa mengembangkan gaya mendongengnya sekreatif mungkin sesuai dengan pembawaan masing-masing.
Raih Empati Anak
Mendongeng di depan banyak anak-anak bukanlah perkara mudah.
Selain butuh persiapan mental, dialog, ekspresi dan penjiwaan, juga perlu daya tahan tubuh yang prima.
Mereka harus memeragakan tokoh yang ada di dalam dongeng dengan penuh penghayatan.
Pertunjukkan semacam drama kecil tersebut dilakukan agar mampu menjangkau seluruh anak dalam jumlah besar.
Misalnya, ketika membawakan cerita tentang Musang Ayam, para aktor akan memerankannya sesuai bagian.
Bahkan, karena Dakocan mampu menumbuhkan chemistry yang kuat melalui ceritanya, seringkali yang berperan sebagai tokoh antagonis akan habis diserbu anak-anak selepas penampilan.
Anak-anak akan emosional dan berempati dengan tokoh-tokoh yang ada.
Sampaikan Cerita yang Sarat Nilai
Dalam pementasannya, cerita yang dibawakan Komunitas Dongeng Dakocan bisa bermacam-macam.
Ada yang berasal dari naskah sendiri, hasil diskusi, sampai cerita rakyat Lampung.
Untuk bisa mementaskan sebuah naskah, terlebih dahulu dilakukan pengkajian secara mendalam.
Mulai dari penyesuaian jenis cerita dengan usia anak sampai kepada nilai-nilai yang coba disampaikan di dalamnya.
Contohnya untuk cerita Timun Mas.
Iin mengatakan, cerita tersebut tidak mengajarkan anak-anak untuk bertanggung jawab atas janji yang diperbuat, melainkan melarikan diri.
Padahal, seharusnya ibu Timun Mas wajib menunaikan janjinya kepada raksasa terlebih dahulu bukan malah membuat Timun Mas kabur dari tanggung jawab.
Tak Ada Tambah dan Kurang Anggota
Sejauh ini jumlah anggota Komunitas Dongeng Dakocan mencapai 15 orang.
Sejak tahun 2005, jumlah tersebut tidak pernah berkurang karena sama-sama memaklumi kesibukan satu sama lain.
Sedangkan untuk penambahan anggota, Iin lebih menganjurkan kepada mereka yang tertarik dongeng untuk membentuk kelompoknya sendiri.
Selain mempermudah mobilisasi, hal ini juga dirasa lebih efektif dan bisa menjangkau lebih banyak peminat dongeng.
Adakan Festival Dongeng
Harapan besar Komunitas Dongeng Dakocan tahun ini adalah bisa mengadakan Festival Dongeng se-Sumatera.
Acara yang rencananya digelar selama dua hari tersebut bisa memberikan tontonan dongeng kepada anak-anak sampai puas.
Iin menambahkan, banyak pihak yang harus diajak demi terlaksananya mimpi yang sudah dicanangkan sejak dua tahun lalu tersebut.
Adapun sejauh ini upaya yang sudah dilakukan adalah mendata para pegiat dongeng yang ada di Lampung.
Hal ini dilakukan untuk mencari tahu siapa saja pendongeng yang bisa diajak kerja sama dan memenuhi target 20 pendongeng.
Biodata
- Nama: Komunitas Dongeng Dakocan
- Tanggal pembentukkan: 28 November 2002
- Pendiri: Iin Muthmainah dan Ivan Bonang
- Jumlah anggota: 15 orang
- Tujuan: Menghidupkan kembali semangat mendongeng di masyarakat Lampung.
(Tribunlampungwiki.com/Kiki Novilia)
Videografer Tribunlampung.co.id/Wahyu Iskandar