Video Berita
Video Lebih Dekat dengan Iin Muthmainah, Maestro Dongeng asal Lampung
Video YouTube Iin Muthmainah adalah maestro dongeng asal Lampung. Bersama sang suami, Iin Muthmainah kemudian membentuk Komunitas Dongeng Dakocan.
Penulis: Wahyu Iskandar | Editor: Daniel Tri Hardanto
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Video YouTube Iin Muthmainah adalah maestro dongeng asal Lampung.
Terjun ke dunia dongeng sejak 18 tahun yang lalu, Iin Muthmainah berupaya menghidupkan kembali geliat dongeng yang ada di tanah Sang Bumi Ruwa Jurai.
Bersama sang suami, Iin Muthmainah kemudian membentuk Komunitas Dongeng Dakocan.
Latar Belakang
Maestro dongeng berambut pendek ini lahir dengan nama lengkap Iin Muthmainah.
• VIDEO Komunitas Dongeng Dakocan, Komunitas Dongeng Pertama di Lampung
• VIDEO Standupindo Lampung, Komunitas Stand Up Pertama di Lampung
• VIDEO Profil Arie Nanda Djausal, Pengusaha Ternama Asal Lampung
• VIDEO Profil Rendika Cindra Reranta, Musisi Asal Lampung
Iin lahir di Plaju, 24 April 1977.
Saat ini Iin masih aktif mendongeng keliling, mengisi seminar, menulis dan serangkaian aktivitas lainnya.
Meski begitu, ibu empat anak ini juga tetap menjadi ibu rumah tangga yang cekatan memantau tumbuh kembang putra-putrinya.
Kental Darah Seni
Menjadi pegiat dongeng ternama di Lampung, Iin Muthmainah ternyata lahir dari keluarga yang menghargai seni.
Dahulu, sang ibu yang berprofesi sebagai guru amat menyenangi puisi sekaligus mengidolakan Chairil Anwar.
Iin menuturkan, ibunya merupakan sosok yang aktif mengajak anak-anaknya bercerita.
Beliau juga kerap membawa buku-buku bacaan sehingga membentuk Iin menjadi pribadi yang senang membaca hingga memiliki perpustakaan pribadi.
Suka Seni Sejak SD
Dengan darah seni yang mendarah daging, sosok Iin Muthmainah sudah terjun ke dunia seni sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD).
Kala itu, Iin menyenangi puisi, drama, dan segala hal yang berkaitan dengan seni.
Kegemaran tersebut berlanjut ketika Iin masuk sekolah menengah dan mulai menggeluti teater hingga kuliah.
Jadi Pendongeng
Terbiasa di panggung kesenian, cerita menjadi berbeda ketika Iin dikaruniai anak pertama.
Iin sulit menekuni hobinya karena harus membawa serta sang anak ke manapun ia pergi.
Beberapa waktu berselang, semangat Iin kembali ketika melihat temannya yang juga anggota teater sedang mendongeng.
Dari sana, Iin terinspirasi untuk terjun di dunia dongeng juga.
Iin merasa bisa tetap berkarya tanpa harus mengabaikan keluarga.
Keputusannya tersebut kemudian disampaikan kepada sang suami dan dibuat dalam bentuk komunitas dongeng yang dinamakan Komunitas Dongeng Dakocan.
Bersama dengan rekan-rekannya, Iin belajar mendongeng secara otodidak dan diskusi.
Kuliah Psikologi
Memiliki latar belakang seorang pemain teater, Iin mengatakan perlu penyesuaian terlebih dahulu untuk masuk ke dunia dongeng.
Sebab, keduanya memiliki tujuan dan target penonton yang berbeda.
Jika teater dikemas untuk orang dewasa, dongeng dirancang khusus untuk anak-anak.
Tantangan tersebut membuat Iin belajar lebih banyak sampai menempuh kuliah di jurusan psikologi.
Iin ingin tahu bagaimana hubungan antara psikologi anak dengan dongeng.
Sekaligus mendapatkan gambaran cara mengemas dongeng yang sesuai dengan usia anak.
Mengingat, tiap rentang usia memiliki masanya sendiri dan membutuhkan perlakuan yang berbeda-beda agar tepat sasaran.
Dongeng Keliling
Di awal Iin memasyarakatkan kembali dongeng di Lampung, tepatnya tahun 2002, Iin sempat mengalami kesulitan.
Iin mengunjungi banyak tempat seperti sekolah, lembaga, atau bahkan kecamatan tertentu untuk memperkenalkan dongeng yang hampir punah.
Akan tetapi, banyak orang tua maupun muda yang menganggap dongeng bukan sebuah hal penting yang harus dipelajari.
Di tempat-tempat yang seharusnya menjadi ruang berkembangnya dongeng seperti Taman Kanak-kanak (TK) bahkan sulit ditemui.
Fakta tersebut didapatkan Iin dari riset yang ia lakukan di beberapa sekolah di Bandar Lampung.
Hasil mengejutkan tersebut membuatnya paham bahwa perjalanan yang akan ia tempuh sebagai pendongeng tak akan mudah.
Beruntung, pemerintah provinsi dan Dewan Kesenian Lampung memberikan dukungan finansial dan moral hingga akhirnya memudahkan mobilitas Iin.
Dongeng keliling tersebut berlangsung beberapa tahun.
Hingga akhirnya, di tahun kelima para awak media baik tv maupun cetak mencium kiprah Iin dan mulai mengangkatnya ke permukaan.
Lebih dari Sekadar Bercerita
Banyak yang beranggapan, dongeng adalah kesenian tempo dulu yang tak relevan lagi di era modern seperti saat ini.
Para orang tua enggan membacakan dongeng untuk anaknya karena keterbatasan waktu atau tidak tahu bagaimana cara untuk memulainya.
Sedangkan di sisi lain anak-anak saat ini dimanjakan dengan gadget dan perangkat elektronik lain.
Hal ini membuat dongeng semakin tersingkir.
Padahal, banyak hal penting yang bisa didapatkan hanya melalui dongeng.
Pertama, bekal hidup.
Iin mengaku, dongeng adalah media yang sangat unik.
Ia mampu memberikan nasihat tanpa terlihat seperti sedang menasehati, dan menyindir tanpa terkesan menyindir.
Nilai-nilai dan nasihat yang ada dalam dongeng kemudian akan mengendap di alam bawah sadar anak dan menjadi bekal dalam hidup anak-anak.
Implementasi nilai tersebut memang tidak bisa dilihat saat itu juga, melainkan menjadi radar pengingat di masa-masa yang akan datang.
Kedua, mempererat bonding dengan anak.
Dongeng adalah proses penyampaian cerita dari orang tua atau orang yang lebih tua kepada anak.
Hal ini memungkinkan terciptanya suasana kekeluargaan yang erat dari komunikasi-komunikasi yang terjalin.
Ketiga, menstimulus anak untuk lebih aktif.
Tayangan-tayangan televisi atau gadget memang sangat praktis untuk disajikan ke hadapan anak.
Namun, hal itu hanya akan membuat anak menjadi pasif, hanya menerima pesan-pesan yang disampaikan secara mentah.
Hal ini berbeda dengan dongeng yang bisa menstimulus anak untuk lebih aktif dengan mengajukan pertanyaan dan terbangun rasa empatinya.
Keempat, membangun daya imajinasi anak.
Mendongeng erat kaitannya dengan imajinasi.
Anak yang didongengkan akan lebih kaya daya imajinasinya dan lebih kreatif.
Harapannya, di masa depan ketika anak sedang berada dalam situasi terjepit, ia tumbuh menjadi pribadi yang tidak mudah putus asa dan selalu punya jalan keluar.
Pendongeng untuk Anak-Anaknya
Sukses berkelana menjadi pendongeng terkenal, Iin tidak pernah absen menjadi pendongeng hebat bagi anak-anaknya.
Masing-masing dari keempat anaknya selalu diberi asupan dongeng hingga berusia enam tahun.
Iin mengungkapkan merasakan langsung dampak positif dongeng dalam tumbuh kembang anak-anaknya.
Mereka tumbuh menjadi pribadi yang kritis dan memiliki kemampuan verbal yang lebih baik dibanding anak-anak seusianya.
Bicaranya fasih dan tidak cedal.
Biodata
- Nama: Iin Muthmainah, S.P.
- TTL: Plaju, 24 April 1977
- Hobi: Membaca, Menulis, dan Jalan-Jalan
- Alamat: Kemiling, Bandar Lampung
- Suami: Ir Ivan Sumantri Bonang
Anak:
1. Nada Khalisha Syifa Fadhilla
2. Luthfiyya Dyah Rhainaratri
3. Bhre Aryo Imaduddin Dzaky Bonang
4. Ken Jisnu Pranaja Prabaswara Bonang
Filmografi
- Anak Alang-Alang (2012)
- Sahabat Alam (2013)
- Perempuan di Seberang Meja (2014)
- Agus dan Agus (2015)
- How Can I Help You (2015)
- Run Boy Run (2017)
- Maaf Salah Kubur, Cinta, Isyarat dan Whatshap, My Little Angel (2018)
- Promise (2019)
Prestasi
- Pemenang Lomba Pembacaan Puisi Tingkat SMA se-Provinsi Lampung (1993-1995)
- Pemenang I Lomba Baca Puisi Tingkat Mahasiswa dan Umum se-Provinsi Lampung )1995-1998)
- Pemenang Lomba Baca Puisi Mahasiswa Tingkat Nasional (PEKSIMINAS III Jakarta 1995 dan Peksiminas VI Bandung 1997)
- Pemenang II Lomba Baca Puisi Tingkat Mahasiswa dan Umum se-Indonesia Ikatan Pencinta Retorika Indonesia tahun 1996
- Nominasi Sutradara Terbaik Liga Teater Pelajar Lampung Naskah Perempuan-Perempuan Kesepian karya Frederico Garcia Lorca (2002)
- Pemeran Pendukung Wanita Terbaik Festival Film Indie Dharmajaya (2013)
- Finalis Lomba Baca Puisi Festival Hari Puisi Indonesia ke II, Jakarta (2014)
- Penyaji Dongeng dalam Festival Dongeng Internasional bersama AYO Dongeng Indonesia, Jakarta (2015)
- Pemenang Terbaik I Sayembara Pendidik Inspiratif Indonesia Penyelenggara FIFASTRA dan Rumah Perubahan Prof. Rhenald Kasali (Jakarta, Oktober 2015)
- Menggagas Gerakan Nasional Pencanangan Hari Dongeng Tanggal 28 November Nasional Bersama Forum Dongeng Indonesia (November 2015).
Kepenulisan dan Karya
- Membukukan karya puisi dalam Festival Januari Dewan Kesenian Lampung (1995)
- Membukukan karya puisi dalam antologi bersama Dari Bumi Lada kumpulan Puisi Penyair Se-Sumatera, Jawa, dan Bali (1996)
- Membukukan karya puisi dalam antologi bersama Menikam Senja Membidik Cakrawala UKMBS Unila (1997).
- Sutradara dan penulis Naskah pada beberapa lakon anak (2006 SD 2010)
- Beberapa karya cerita anak dan puisi dimuat pada media cetak lokal maupun luar daerah seperti Lampung Post dan Riau Post (1996-2000)
- Antologi puisi bersama para Penyair penemuan asal Lampung di Rumah Tanka dengan judul "7 Carik Perca" (2017).
(Tribunlampungwiki.com/Kiki Novilia)
Videografer Tribunlampung.co.id/Wahyu Iskandar