Kisah Sang Jenderal Kopassus yang Tak Dikenali Anak Sendiri
Lewat akun Facebook nya, Luhut Binsar Pandjaitan bercerita panjang lebar mengenai sosok dirinya.
Penulis: Wakos Reza Gautama | Editor: wakos reza gautama
Semua itu, kata Luhut, ia lakukan karena kecintaan dan janji pada Sumpah Prajurit dan Sapta Marga.
Sumpah Prajurit dan Sapta Marga menjadi pedoman dan sumpah seorang perwira ketika masih digembleng di Lembah Tidar.
"Jadi saya tidak akan pernah mengingkari sumpah saya sebagai seorang prajurit," tuturnya.
Menurut Luhut momen kehilangan anak buah saat di medan tugas membuatnya tersadar.
"Ternyata manusia memang terdiri dari darah daging dan tulang, juga emosi," tulisnya.
Momen lain yang membuat dirinya terpukul adalah ketika pulang ke rumah seusai menjalani tugas di daerah operasi.
Ketika itu Uli, anak Luhut, masih berumur 3 tahun.
Sang anak ternyata tak mengenali ayahnya yang pulang ke rumah.
Anaknya sampai menangis melihat Luhut karena merasa ada orang asing masuk ke dalam kamarnya.
"Dia tidak mengenali saya. Sebagai seorang ayah, hal itu sangat membuat saya terpukul," tulis Luhut.
Sejak itu, Luhut berjanji pada diri sendiri bahwa setiap berangkat menjalankan tugas negara, ia harus memastikan dirinya dan prajurit lainnya bisa pulang dengan selamat.
"Artinya, semua misi harus diselesaikan dengan sebaik-baiknya, sehingga kami bisa pulang untuk menebus utang waktu kami dengan keluarga," tulis Luhut.
Setelah pensiun sebagai tentara, semangat pantang menyerah tak pernah luntur di diri Luhut.
Sapta Marga tetap ia jadikan pedoman dalam mengambil keputusan sebagai pejabat publik.
"Saya selalu meyakini bahwa apa yang terbaik untuk masyarakat Indonesia maka harus diwujudkan, dengan berbagai macam risiko dan konsekuensinya. Sapta Marga mengajarkan saya untuk terus membela kejujuran, kebenaran, dan keadilan," tulisnya.