Kasus Corona di Indonesia
Pak RT Menangis dan Minta Maaf, Warganya Tolak Pemakaman Pasien Virus Corona di Jawa Tengah
Seorang ketua RT di Jawa Tengah menangis saat mengetahui bahwa warganya menolak pemakaman pasien terinfeksi virus corona atau Covid-19.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, JAWA TENGAH - Seorang ketua RT di Jawa Tengah menangis saat mengetahui bahwa warganya menolak pemakaman pasien terinfeksi virus corona atau Covid-19.
Meski begitu, ia tak bisa memberikan bantahan lantaran penolakan tersebut merupakan aspirasi warga.
Hal tersebut disampaikan Purbo, saat menemui Ketua DPW PPNI Jateng, Edy Wuryanto, Jumat (10/4/2020).
Purbo merupakan ketua RT 6, Dusun Suwakul, Bandarjo, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Adapun, pasien terinfeksi virus corona atau Covid-19 yang hendak dimakamkan di TPU wilayah RT 6 adalah seorang perawat.
• TikTok Donasi Rp 5,9 Triliun untuk Perangi Virus Corona
• Viral Angin Utara Bawa Wabah Corona Lewati Indonesia, LAPAN Angkat Bicara
• Langgar PSBB Jakarta, Hukumannya Denda Rp 100 Juta atau Pidana 1 Tahun
• Bayi Terinfeksi Corona, Tertular Ayahnya yang Nekat ke Swalayan saat Wabah Covid-19
Dilansir Tribun Jateng, Purbo mengatakan, ia hanya meneruskan aspirasi warganya.
"Mereka meminta untuk tak dimakamkan di sini."
"Karena saya ketua RT, maka saya punya tanggung jawab moral untuk warga di RT saya," jelas Purbo, Jumat (10/4/2020).
Desakan itu membuat Purbo, pada akhirnya, meneruskan aspirasi warganya ke petugas pemakaman.
"Mereka kepanikan karena banyak mobil."
"Saya sudah tidak masalah, tetapi warga punya pendapat mereka sendiri," katanya.
Purbo mengaku, ia tak sampai hati meneruskan aspirasi warganya.
Terlebih sebenarnya, perawat yang meninggal tersebut memiliki keluarga, yang juga telah dimakamkan di TPU di wilayahnya.
"Meski bukan bagian dari warga kami, tetap harusnya dibolehkan," paparnya.
Maka di hadapan DPW PPNI Jateng, Purbo pun meminta maaf.
"Saya atas nama pribadi dan juga mewakili masyarakat saya, mohon maaf atas kejadian kemarin."
"Saya juga meminta maaf kepada perawat seluruh Indonesia," jelasnya.

Adapun, Ketua RW 8 dusun Suwakul, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Daniel Sugito, mengaku sempat ada mediasi antara Pemkab Semarang bersama warga terkait penolakan tersebut.
Meski sudah ada sosialisasi, warga pada akhirnya tetap menghendaki untuk dimakamkan tidak di wilayahnya.
"Karena warga menghendakinya seperti itu," jelasnya.
PPNI Kecewa
DPW Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah kecewa dengan kejadian penolakan pemakaman perawat yang meninggal karena wabah corona di Kabupaten Semarang.
Dilansir Tribun Jateng, PPNI Jateng menilai kejadian tersebut semestinya tidak terjadi.
Ketua DPW PPNI Jateng, Edy Wuryanto mengatakan, pihaknya telah bertemu dengan pihak RT dan RW daerah Suwakul, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Diketahui sedianya, perawat tersebut akan dimakamkan di TPU di Suwakul, Ungaran.
"Namun menurut mereka, ada kepanikan sebab mobil yang datang ke daerahnya banyak sekali."
"Kepanikan itu yang membuat adanya misinformasi, dan kemudian penolakan," jelasnya saat ditemui di kantornya, Kabupaten Semarang, Jumat (10/4/2020).
Sebenarnya, pihaknya sudah mengkaji ke ranah hukum terkait permasalahan tersebut.
Namun, pihak warga Suwakul Ungaran sudah mendatangi pihak PPNI Jateng.
"Setelah mendengar informasi dari perwakilan warga itu, kemudian kami masih akan mengkaji ulang apakah tetap membawa ini ke ranah hukum."
"Sebab, kami harus hati-hati juga, ini masalah yang sensitif," paparnya.
Meski begitu, dirinya ingin kejadian penolakan penguburan jenazah yang terkena wabah virus corona tidak lagi terjadi di manapun di Indonesia.
Tak terkecuali, di Kabupaten Semarang.
Edy melanjutkan, saat ini perawat, dokter, pekerja medis ialah garda terdepan yang rawan terpapar wabah corona.
"Tenaga kesehatan itu tingkat kerawanannya tinggi sekali."
"Sebab kalau di ruang isolasi, mereka harus sadar diri menggunakan alat pelindung diri," papar dia.
Lebih jauh, ia menuturkan untuk menghormati jasa perawat meninggal karena corona di Kabupaten Semarang itu.
Serta sebagai tanda duka cita, Edy meminta anggotanya mengenakan pita hitam di lengan kanan masing-masing mulai tanggal 10-16 April 2020.
Saat ini, ia melanjutkan bahwa di Jateng ada total 68 ribu perawat.
Ia meminta pemerintah serius memperhatikan keselamatan perawat sesuai standar WHO.
"Artinya, masyarakat juga perlu menceritakan riwayat perjalanan secara jujur agar memperoleh informasi selengkapnya," jelasnya.
Sebelumnya, seorang perawat RSUP Dr Kariadi Kota Semarang meninggal dunia disebabkan virus corona, Kamis (9/4/2020).
Sedianya jenazah dimakamkan di TPU Suwakul Kabupaten Semarang, tetapi ditolak warga sehingga dipindah pemakamannya di kompleks makam keluarga Dr Kariadi di Bergota Kota Semarang.
Bayi terinfeksi virus corona
Di luar negeri, seorang bayi terinfeksi virus corona akibat tertular dari ayahnya yang membawa pulang virus corona setelah pergi berbelanja ke swalayan.
Pria bernama Peter Jones mengaku menyesali perbuatannya yang berbelanja ke swalayan hingga mengakibatkan bayinya terinfeksi corona.
Peter Jones mengaku tak menyangka, perbuatannya untuk pergi sebentar ke swalayan telah membawa petaka bagi keluarganya.
Anak Peter Jones yang masih bayi dan kini terinfeksi corona bernama Devon.
Melalui akun Twitternya, pria ini mengungkapkan penyesalannya,
"Kami sedang dalam masa isolasi selama tiga minggu setelah saya membawa pulang virus corona dari kunjungan singkat ke Tesco."
Jones menyesal karena telah melanggar peraturan lockdown yang ketat di AS.
Akibatnya, putra Jones tertular virus corona dan harus dirawat di rumah sakit.
Pada pernyataan berikutnya, Jones mengatakan bahwa
“Tiga orang dari kami telah pulih dengan cepat,
(ada satu anggota keluarga kami yang berumur) 1 tahun (ternyata) kurang beruntung,” tulisnya.
“Bayi laki-laki saya di rumah sakit malam ini, dalam masa penyembuhan dari infeksi virus corona."
Jones mengatakan dia memublikasikan mimpi buruk keluarganya untuk menyoroti bagaimana aktivitas sekadar keluar sebentar dari lockdown dapat memiliki konsekuensi yang buruk.
Pesannya menggemakan menjadi sebuah berita di AS, melalui koordinator satuan tugas virus corona Gedung Putih, Dr. Deborah Birx.
Birx mengatakan kepada orang-orang di AS bahwa masa ini adalah masa untuk tidak pergi ke toko swalayan atau bahkan ke apotek sekalipun.
"Aku ingin orang-orang tahu bahwa hanya dengan satu perjalanan saja bisa mendapatkan risiko untuk semua anggota keluarga!"
Jones memperingatkan dalam serangkaian statusnya di Twitter mulai Jumat (3/4/2020).
"Tolong jangan keluar rumah dulu! Tetap di rumah, dan lindungi keluarga tercinta!
Silakan bagikan berita ini sehingga orang lain dapat belajar dari pengalaman kami."
Jones kemudian mengabarkan bahwa putranya sudah bisa dipulangkan dan pulih.
Kini posisi Devon ada di rumah, setelah mendapatkan oksigen dan antibiotik ketika perawatan di RS.
"Kita harus mencoba dan membatasi kunjungan juga mengikuti panduan dari pemerintah untuk membatasi risiko," katanya.
Dia mendesak orang agar hanya meninggalkan rumah ketika lockdown jika keadaan darurat, yang benar-benar darurat.
Artikel ini telah tayang di Tribun Jateng dengan judul Warganya Tolak Pemakaman Perawat Korban Corona, Pak RT di Ungaran Ini Menangis: Saya Minta Maaf.
Seorang ketua RT menangis saat mengetahui warganya menolak pemakaman pasien terinfeksi virus corona atau Covid-19 di Jawa Tengah. (Tribun Jateng)