16 Orang Tewas Tertabrak Kereta, Tidur di Rel karena Pulang Kampung Jalan Kaki

Kebanyakan pekerja menempuh jarak yang sangat jauh di bawah terik mentari melalui ladang dan hutan agar bisa mudik.

Times of india
Sebanyak 16 pekerja migran tewas terlindas kereta api saat tertidur di rel lintasan kereta pada Jumat (8/5/2020). 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID -- Sebanyak 16 orang tewas tertabrak kereta api saat tidur di lintasan rel kereta api. Mereka mengira kereta api tidak beroperasi karena ada kebijakan lockdown.

Para pekerja tidur di lintasan kereta api setelah kelelahan karena pulang kampung dengan berjalan kaki sejauh 36 kilometer.

Para pekerja tidur di atas rel kereta api karena mengira tak akan ada kereta lewat saat pemerintah India memberlakukan lockdown.

Pekerja yang mau mudik ini akhirnya tewas terlindas kereta api pada Jumat (8/5/2020).

Para pekerja migran itu hendak pulang ke kampung mereka setelah kehilangan pekerjaan akibat aturan batasan (lockdown).

 Suami Lempar Istri dari Lantai 7 Apartemen karena Stres di Lockdown

 Tak Bisa Mudk karena Lockdown, Tukang Batu Potong Lidah Sendiri agar Wabah Corona Berakhir

 Cegah Warga ke Pasar Sayur saat Lockdown, Tangan Polisi Putus Dibacok

 Ditinggal Ibu ke Pasar saat Lockdown Corona, Gadis 13 Tahun Ditemukan Tewas di Rumahnya

Pekerja migran memadati terminal bus di perbatasan Uttar Pradesh dekat New Delhi, India, pada 28 Maret 2020 menyusul keputusan lockdown untuk mencegah corona
Pekerja migran memadati terminal bus di perbatasan Uttar Pradesh dekat New Delhi, India, pada 28 Maret 2020 menyusul keputusan lockdown untuk mencegah corona ((STR/EPA-EFE) via Kompas.com)

Dilansir Reuters, puluhan ribu orang di India berjalan kaki pulang ke kampung halaman mereka dari kota-kota besar setelah kehilangan pekerjaan akibat lockdown untuk menghentikan laju penularan virus corona sejak akhir Maret silam.

Dia juga menambahkan kalau pihaknya tengah meminta penyelidikan terkait kecelakaan ini.

Sementara itu dikutip dari BBC.com, pejabat perkeretaapian membantah meminta migran membayar ongkos kereta ke rumah.

Para pejabat kereta api mengatakan para pekerja berjalan di jalan menuju Aurangabad, dan kemudian di rel kereta api yang mengarah ke Aurangabad.

Setelah berjalan sejauh 22 mil (36 km), mereka kelelahan dan memutuskan untuk beristirahat.

Menurut laporan setempat, para pekerja berasumsi bahwa kereta tidak akan berjalan karena lockdown, dan karena itu tidur di rel.

Gambar di media sosial menunjukkan potongan roti berserakan di dekat rel.

Sebanyak 16 orang dinyatakan tewas dan 2 orang terluka atas insiden ini menurut pernyataan pemerintah negara bagian.

Buntalan berisi makanan, sepatu dan barang-barang lainnya tersebar di jalur rel kereta api pasca kecelakaan itu.

Kementerian Perkeretaapian, Piyush Goyal mengunggah pernyataan di Twitternya,

"Saya baru saja mendengar kabar duka tentang para pekerja yang tewas terlindas kereta api, tim penyelamat sedang bekerja," katanya.

Di bawah aturan lockdown, seluruh transportasi publik telah ditangguhkan sehingga para pekerja migran berjalan kaki dengan jarak yang jauh untuk dapat pulang ke rumah mereka di kampung halaman.

Pemerintah telah memanjangkan aturan lockdown sampai 17 Mei mendatang.

Polisi mengatakan para pekerja yang tewas itu bekerja pada perusahaan baja dan telah berjalan kaki menuju kampung halaman mereka di negara bagian Madhya Pradesh.

Mereka berharap bisa mendapat tumpangan dari truk-truk yang lewat.

Salah satu korban yang selamat, Virender Singh mengatakan mereka telah berada dalam perjalanan pulang setelah berpekan-pekan menunggu kontraktor mereka membayarkan uang jaminan yang sangat sedikit.

"Keluarga kami di kampung meminta kami pulang," ucapnya.

Para pekerja migran itu telah berjalan di sepanjang kereta api pada Kamis sore (7/5/2020).

Mereka merasa kelelahan setelah berjalan sejauh hampir 40 kilometer dan mereka berhenti di sana, ungkap Singh.

Menurut kepala hubungan masyarakat, C.H. Rakesh, "Sepertinya mereka (korban) tidur di jalur rel kereta."

Aturan lockdown di India termasuk yang paling ketat di dunia.

Lockdown telah menghentikan laju penularan virus corona namun menurut pejabat setempat telah berdampak buruk juga bagi warga miskin.

Kritik meningkat tentang bagaimana pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi telah mengatur rencana untuk mengembalikan para warga India dari berbagai belahan dunia.

Sementara negara membiarkan para pekerja terdampar di kota-kota besar dengan makanan atau pun uang yang sedikit.

Melalui Twitternya, Modi mengatakan kalau dia sangat sedih dengan korban tewas dalam kecelakaan kereta api dan semua bantuan yang memungkinkan telah disediakan.

Rahul Gandhi, pemimpin oposisi dari partai Kongres mengatakan,

"Syok dengan kematian para pekerja migran yang tewas akibat tertabrak kereta api.

Kita harus merasa malu tentang bagaimana kita memperlakukan pendiri bangsa kita."

Selama sepekan terakhir, beberapa pemerintah negara bagian menghadapi tekanan publik untuk mengatur kereta api dan bus untuk membawa pulang para pekerja migran.

Namun kebanyakan pekerja migran malah menempuh jarak yang sangat jauh di bawah terik mentari melalui ladang dan hutan agar bisa kembali pulang.

Terkait kecelakaan itu, pemerintah negara bagian Maharashtra yang pernyataannya diwakili oleh Kepala menteri Uddhav Thackeray, meminta pihak kereta api untuk mengoperasikan beberapa kereta api untuk membawa pulang pekerja migran yang terlantar.

Ketika industri ditutup pada 24 Maret, banyak pekerja migran takut mereka akan kelaparan dan berusaha berjalan kembali ke desa asal mereka.

Banyak yang tidak punya pilihan selain berjalan, karena layanan bis dan kereta dihentikan semalam. Nasib mereka telah menyebabkan kemarahan di dalam negeri.

Dengan pelonggaran pembatasan awal bulan ini, pemerintah mengumumkan bahwa para migran akan dapat kembali ke negara asal mereka dengan kereta api dan bus khusus.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "16 Pekerja Migran di India Tewas Terlindas Kereta Api Saat Pulang Kampung"

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved