Lebaran 2020

Masih Pandemi Covid-19, Jalan Protokol di Bandar Lampung Padat Kendaraan H-5 Lebaran 2020

Di Jalan Raden Intan misalnya, yang biasanya cukup lenggang di tengah pandemi Covid-19, pada siang menjelang sore hari ini terpantau padat merayap.

Penulis: ahmad robi ulzikri | Editor: Noval Andriansyah
Tribunlampung.co.id/Ahmad Robi
Suasana di Jalan Raden Intan, Bandar Lampung, tepatnya di depan Mal Ramayana, Senin (18/5/2020). H-5 Lebaran 2020, Jalan Protokol di Bandar Lampung Padat Kendaraan. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Lima hari jelang Lebaran 2020, sejumlah jalan protokol yang menjadi akses ke beberapa pusat perbelanjaan di Bandar Lampung, terpantau padat merayap, Senin (18/5/2020).

Di Jalan Raden Intan misalnya, yang biasanya cukup lenggang di tengah pandemi Covid-19, pada siang menjelang sore hari ini terpantau padat merayap.

Jalan Raden Intan merupakan akses vital menuju pusat kota dan pusat perbelanjaan di Bandar Lampung.

Napi Asimilasi dari Lapas Kelas II Kalianda Budidaya Ikan, Mau Jadi juragan Ikan Lele

Masyarakat tidak hanya lewat saja, sebagian besar untuk berbelanja baik di Mal serta Pasar Tengah.

Nur Cahyati (43) salah seorang masyarakat mengatakan hendak berbelanja kebutuhan ramadhan dan lebaran.

"Ke sini mau belanja kebutuhan buka puasa, sayur dan bumbu dapur."

"Sekalian juga membeli kebutuhan jelang lebaran ada baju, celana, dan sandal," kata Nur, Senin (18/5/2020).

Tidak hanya di Jalan Raden Intan, Jalan RA Kartini yang juga akses vital jalan yang melewati beberapa pusat perbelanjaan tersebut juga terpantai padat merayap.

Bahkan sesekali kendaraan yang melintas harus menginjak pedal rem untuk berhenti di tengah antrean.

Melihat hal tersebut IB Ilham Malik, Kepala pusat studi kota dan daerah Universitas Bandar Lampung menilai apa yang terjadi saat ini menunjukan bahwa fungsi kota sebagai pusat kegiatan ekonomi.

"Aktifitasnya kegiatan di kota itu menunjukan kota memang pusat kegiatan ekonomi, dan warga yang ada di kota memang ter-setting untuk aktif dalam berbagai hal itulah yang membedakan masyarakat kota dan desa," jelasnya.

Merespon padatnya lalu lintas masyarakat yang melakukan aktifitas ditengah pandemi covid-19 sebagi respon atas simpang siurnya aturan pemerintag.

"Kenapa masyarakat kota cenderung mengabaikan ancaman pandemi ini. Terus terang saja soal ini sangat bergantung pada kemampuan warga kota yang cukup dalam beradaptasi dengan setiap tantangan yang ada," terangnya

"Masyarakat melihat bahwa berkaitan dengan pandemi ini simpang siur di satu sisi pengumuman pemerintah menunjukan bahwa masalah ini sangat serius, tetapi di sisi lain masyarakat kota juga melihat penanganan yang dilakukan pemerintah juga tidak serius," sambungnya.

IB Ilham Malik juga melihat masyarakat kota relatif tercerdaskan dengan mengakses media masa, mereka melihat ada ketidak konsistenan kebijakan yang diambil oleh pemerintah.

Suasana di Jalan Raden Intan, Bandar Lampung, tepatnya di depan Mal Ramayana, Senin (18/5/2020). H-5 Lebaran 2020, Jalan Protokol di Bandar Lampung Padat Kendaraan.
Suasana di Jalan Raden Intan, Bandar Lampung, tepatnya di depan Mal Ramayana, Senin (18/5/2020). H-5 Lebaran 2020, Jalan Protokol di Bandar Lampung Padat Kendaraan. (Tribunlampung.co.id/Ahmad Robi)

"Masyarakat kota relatif tercerdaskan dengan mengakses media masa, mereka melihat ada ketidak konsistenan kebijakan yang diambil oleh pemerintah, disatu sisi pemerintah melarang masyarakat untuk beraktifitas tetapi disisi lain pemerintah memiliki keterbatasan untuk menyuplai kebutuhan sehari-haru masyarakat," jelasnya.

"Maka disitulah masyarakat masyarakat mengambil keputusan tetap beraktifitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan menerapkan 3 pola yaitu jaga jarak, memakai masker, dan cuci tangan secara rutin," imbuhnya.

Kepala pusat studi kota dan daerah UBL tersebut juga tidak bisa menyalahkan sepenuhnya pada masyarakat.

"Saya tidak bisa menyalahkan masyarakat, sebab di satu sisi Bandar Lampung tidak menerpakan PSBB yang ada adalah himbauan menerapkan 3 pola hidup berdamai dengan covid cuci tangan, memakai masker, dan jaga jarak," jelasnya.

Tetapi IB Ilham Malik juga tidak membenarkan keduanya mengingat baik pemerintah maupun masyarakat sudah berupaya sesuai dengan kapasitasnya dalam memerangi covid-19 ini.

"Saya bukan membenarkan apa yang dilakukan oleh pemeritnah maupun masyarakat. Apa yang dilakukan pemerintah adalah apa yang bisa dilakukan oleh pemerintah begitupun apa yang dilakukan masyarakat adalah apayang bisadilakukan masyarakat untukmempertahankan hidup," jelasnya.

"Untuk mendamaikan dua kepentingan ini maka pemerintah harus komit betul-betul kalau misalnya melarang maka apapun yang dibutuhkan masyarakat harus disediakan," sambungnya

"Disisi lain masyarakat juga pasti akan patuh dengan mereka melihat kebutuhannya telah dicukupi oleh pemerintah. Tetapi kalau tidak bisa dipenuhi maka mereka akan mencari kebutuhan hidupnya sendiri," pungkasnya.(Tribunlampung.co.id/Ahmad Robi)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved