Rumah Sakit Imanuel
Dokter Spesialis Anak RS Imanuel dr. Arya Agustino Purba, Sp. A Membahas Ganguan Belajar pada Anak
Sekitar 5-10% anak di dunia mengalami gangguan belajar. Gangguan belajar adalah sebuah gangguan yang menyebabkan anak sulit menguasai keterampilan ter
Penulis: Advertorial Tribun Lampung | Editor: Advertorial Tribun Lampung
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Sekitar 5-10% anak di dunia mengalami gangguan belajar.
Gangguan belajar adalah sebuah gangguan yang menyebabkan anak sulit menguasai keterampilan tertentu atau menyelesaikan tugas tertentu, apabila ia belajar dengan cara konvensional.
Penyebab gangguan tersebut belum diketahui secara pasti, namun diduga terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kemampuan otak menerima dan memproses informasi, salah satunya faktor genetik.
Lalu apa saja gejala gangguan belajar? Hal ini terlihat apabila prestasi akademik seorang anak tidak sesuai dengan kemampuan intelektualnya.
Anak mungkin mengalami gangguan membaca, menulis, mengeja, berbicara, mendengarkan, berpikir, atau melakukan perhitungan matematika., anak tersebut Anak dengan gangguan belajar perlu mengerahkan usaha yang sangat keras untuk belajar.
Hal ini menyebabkan anak lelah, yang mungkin muncul dalam bentuk bosan sekolah, rasa cemas atau takut terhadap sekolah, perilaku yang mengganggu kegiatan belajar-mengajar (misalnya bercanda berlebihan atau mengganggu teman), dan membutuhkan waktu lebih banyak untuk menyelesaikan tugas dibandingkan teman-temannya.
Bila keadaan di atas berlarut, anak akan jatuh ke dalam fase school distress. Pada fase ini anak sering mendapat nilai jelek, sering absen, sering mendapat hukuman mulai dari yang ringan hingga diskors, menarik diri dari pergaulan, dan mungkin menunjukkan perilaku agresif hingga bullying.
Anak dengan gangguan belajar yang tidak tertangani terancam mengalami kegagalan sekolah, yaitu bila anak sampai tidak naik kelas, dikeluarkan dari sekolah, atau putus sekolah (drop out).
Berikut ini macam-macam bentuk gangguan belajar :
1. Disleksia atau kesulitan membaca, adalah gangguan belajar tersering. Umumnya anak dengan disleksia kesulitan memenggal kata (memecah suatu kata menjadi suku-suku kata) dan mengenali bunyi yang tepat dari kombinasi huruf tertentu. Akibatnya, anak seperti membaca terbalik-balik (misal: pesawat dibaca eswapat, matahari dibaca atmarahi).
2. Disgrafia, adalah kesulitan berekspresi dalam bentuk tulisan, termasuk kesulitan dalam membuat tulisan tangan, mengeja, dan mengorganisasikan pikiran.
3. Diskalkulia, adalah kesulitan dalam mempelajari konsep-konsep matematika mendasar, (misal jumlah, nilai, dan waktu), menghafal angka-angka (misal tanggal), mengorganisasikan angka, dan memahami sistem penomoran.
4. Gangguan bahasa reseptif juga dapat menyebabkan gangguan belajar.
5. Gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit/hyperactivity disorder (ADHD) dahulu dianggap sebagai salah satu bentuk gangguan belajar. Saat ini anggapan tersebut sudah ditinggalkan. Walaupun anak GPPH sulit duduk diam di kelas, sebagian besar dapat belajar secara normal terutama bila GPPH sudah mendapat terapi yang memadai.
Bila hal ini terjadi kepada anak Anda, maka segeralah mencari bantuan profesional, baik dokter spesialis anak, psikolog, atau psikiater anak.
Beberapa sekolah memiliki psikolog sekolah yang akan mengevaluasi anak. Diagnosis dini penting agar anak cepat mendapat penanganan dan terbebas dari label negatif seperti bodoh, malas, atau nakal.
Penegakan diagnosis gangguan belajar umumnya membutuhkan pendekatan tim yang terdiri atas dokter anak, psikolog, guru, serta terapis terkait (audiologis untuk masalah pendengaran, terapis wicara untuk gangguan bicara dan bahasa, terapis okupasi, dan lain sebagainya sesuai masalah yang mendasari gangguan belajar). Anak mungkin membutuhkan tutor khusus.
Sangat penting untuk menumbuhkan rasa percaya diri anak. Anak dengan gangguan belajar seringkali memiliki bakat atau kelebihan lain. Hal ini perlu dikembangkan semaksimal mungkin agar anak merasa spesial dan berprestasi.
Apakah gangguan belajar bisa sembuh? Menurut dokter spesialis anak RSIM, dr. Arya Agustino Purba, Sp. A., orang dewasa yang (pernah) mengalami gangguan belajar pada masa anak dapat mencapai sukses akademik dan profesional pada masa dewasa.
Namun, sebagian masih rentan terhadap masalah dalam pekerjaan maupun hubungan sosial. Dukungan orangtua, sekolah, dan lingkungan sangat menentukan hasil akhir yang dicapai anak.
Anak perlu dibimbing dan dipantau secara intensif khususnya pada masa remaja dan dewasa muda.
” Lanjut beliau, “Walaupun bermasalah di bidang akademik, orang dengan gangguan belajar dapat mencapai prestasi tinggi di bidang lain sesuai bakat dan minatnya.”(adv)