Tribun Bandar Lampung

Kisah Mahasiswa di Bandar Lampung Produksi Face Shield: Kami Ingin Terlibat Menangani Covid-19

sejumlah mahasiswa di Bandar Lampung yang membuat face shield gratis bagi warga Lampung.

Editor: Reny Fitriani
Tribunlampung.co.id/Deni Saputra
Proses pembuatan face shield industri rumahan mahasiswa di Bandar Lampung. Kisah Mahasiswa di Bandar Lampung Produksi Face Shield: Kami Ingin Terlibat Menangani Covid-19 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Pandemi Corona telah membuat banyak pihak tergerak untuk saling menolong satu sama lain agar tidak ikut terpapar virus tersebut.

Hal ini juga dilakukan sejumlah mahasiswa di Bandar Lampung yang membuat face shield gratis bagi warga Lampung.

Seperti apa ceritanya?

Bobi (22), mahasiswa Jurusan Perikanan dan Kelautan Universitas Lampung menceritakan, ia bersama temannya membuat face shield (pelindung wajah) sejak beberapa bulan ini.

Face shield itu dibuat dari bahan mika PVC.

 

Cerita Jurnalis Jalani Profesi di Tengah Pandemi, Khawatir Terpapar hingga Tak Leluasa Temui Narsum

Kasus Positif Covid-19 di Lampung Utara Bertambah, Punya Riwayat ke Gowa

Warga di Bandar Lampung Melawan saat Ditegur Marinir Tak Pakai Masker

4 OTG Positif Corona, Kini Ada 140 Kasus Covid-19 di Lampung

Produksinya dilakukan secara manual.

Bobi dan rekan satu komunitasnya membagikan gratis face shield tersebut kepada masyarakat.

Selain ada juga yang dijual.

"Saya awalnya dagang masker, lama kelamaan saya berpikir bagaimana caranya saya harus terlibat dalam penanganan Covid 19," cerita Bobi, Rabu (3/6/2020).

Dari sana muncul ide untuk memproduksi face shield.

Bobi mengaku mendapatkan referensi pembuatan face shield dari salah satu temannya yang tergabung sebagai relawan di PMI pusat Jakarta.

Referensi yang ia terima itulah menjadi percontohan untuk memproduksi face shield.

"Kebetulan kita juga dalam satu komunitas Insan Cekatan. Selain anggota komunitas, ada empat orang karyawan yang sengaja kita pekerjakan untuk bikin face shield," tuturnya.

Pembuatan face shield ternyata tak semudah yang dibayangkan.

Terlebih lagi kendala peralatan yang bisa dikatakan ala kadarnya.

Bobi mengatakan, tempat atau rumah produksi yang berada di Labuhan Dalam, Kecamatan Tanjung Senang menumpang bekas bimbel (bimbingan belajar).

Pasalnya, sejak pandemi merebak, bimbel tersebut tak dimanfaatkan lagi.

Bobi yang mengenal pemilik bimbel akhirnya mendapatkan izin untuk sebagai tempat produksi sementara.

Kendati demikian, produksi face shield sejak medio Maret lalu ini sudah mampu memproduksi 300 face shield perhari.

"Tergantung banyaknya pesanan, tapi maksimal perhari kita kerjakan 300 sampai 500 face shield," kata Bobi.

Modal awal pembuatan face shield tersebut diakuinya berasal dari kantong pribadi.

Namun, lambat laun komunitas yang ia bentuk bersama rekannya mulai mendapatkan suntikan dana dari para donatur.

Alhasil, face shield buatan mahasiswa unila ini tidak hanya dijual namun juga untuk didonasikan kembali.

Bobi (kanan), mahasiswa Perikanan dan Kelautan Universitas Lampung, bersama rekannya, Agus, Rabu (3/6/2020). Bobi dkk membuat face shield di bengkel kerjanya yang berada di Kelurahan Labuhan Dalam, Kecamatan Tanjung Senang, Bandar Lampung.
Bobi (kanan), mahasiswa Perikanan dan Kelautan Universitas Lampung, bersama rekannya, Agus, Rabu (3/6/2020). Bobi dkk membuat face shield di bengkel kerjanya yang berada di Kelurahan Labuhan Dalam, Kecamatan Tanjung Senang, Bandar Lampung. (Tribunlampung.co.id/Joviter Muhammad)

Ia menyebut sudah mendonasikan APD dan face shield ke tenaga medis.

Selain itu, donasi juga disampaikan kepada korban puting beliung di Kabupaten Tulang Bawang.

Sementara rekan satu komunitas, Fadel mengatakan untuk pembuatan satu buah face shield memakan waktu sekitar satu menit.

Prosesnya, setiap anggota komunitas punya tugas masing masing.

"Ada yang motong bahan, nempelin bahan, dan finishing," imbuh Fadel.

Alumni Universitas Bandar Lampung Jurusan Teknik Sistem Informasi ini mengaku bagian yang paling sulit adalah merekatkan kaca mika dengan busa pelindung.

Namun itu hanya dialami saat awal pembuatan.

"Kalau sekarang sih gak ada kendala, cuma kadang susah beli bahan. Bahan nya kita beli di sini (Bandar Lampung) kadang kosong," katanya.

Fadel pun tak keberatan harus menghabiskan waktu hingga dini hari, agar pesanan konsumen bisa segera terpenuhi. "Kadang kita kerjain sampe jam tiga subuh," katanya.

Tidak hanya dijual satuan, tak sedikit instasi membeli dalam jumlah banyak. Kata Fadel, pernah ada satu perusahaan rokok yang membeli 300 face shield.

"Reseller juga ada, mereka beli murah di kita kemudian jual lagi dengan harga tinggi. Ya bagi kami gak masalah," jelasnya.

Sementara itu, Bela (20) karyawan resto cepat saji di wilayah Kedaton, Bandar Lampung mengaku membeli 10 unit faces shield untuk karyawan tempat ia bekerja.

Pasalnya, aktivitas dalam bekerja yakni melayani pembeli harus berhadapan langsung dengan konsumen.

"Manajer kami yang pesan, jadi kita wajib pake face shield," ungkap Bela.

Bela menyebut ini kali pertama ia mengorder face shield buatan komunitas insan cekatan.

Namun tidak menutup kemungkinan, untuk menambah jumlah pesanan.

"Sudah ketentuan dari pusat, jadi semua karyawan harus pake face shield. Apalagi selama pandemi ini," tukasnya.(Tribunlampung.co.id/m joviter husein)

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved