Lampung Surplus Rp 2,4 Triliun, Neraca Perdagangan April 2020

Neraca perdagangan Lampung pada April 2020 mengalami surplus yang cukup besar yakni 172 juta dolar AS atau sekitar Rp 2,45 triliun.

Editor: Reny Fitriani
Dokumentasi BPS
Ilustrasi Kepala BPS Lampung Faizal Anwar. Lampung Surplus Rp 2,4 Triliun, Neraca Perdagangan April 2020 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Ada kabar menggembirakan di tengah pandemi Covid-19 yang menerpa Lampung.

Dari hasil telaah yang dilakukan Tribunlampung.co.id terhadap data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung yang dirilis Juni 2020 ini, neraca perdagangan Lampung pada April 2020 mengalami surplus yang cukup besar yakni 172 juta dolar AS atau sekitar Rp 2,45 triliun.

Bandingkan dengan neraca perdagangan secara nasional yang pada April 2020 justru mengalami defisit 350 juta dolar AS.

Meski, pada Mei 2020 lalu, neraca perdagangan RI angkanya sudah sedikit membaik yakni surplus 2 juta dolar AS.

Neraca perdagangan atau Balance of Trade (BoT) adalah perbedaan antara nilai ekspor dengan nilai impor.

Tahun 2019 Lampung Selatan Surplus Sapi Potong 19.579 ekor

Harga Emas Hari Ini Senin 15 Juni 2020, Simak Harga Beli Logam Mulia dan Harga Jual Logam Mulia

Harga Emas Hari Ini Sabtu 13 Juni 2020, Simak Harga Beli Logam Mulia dan Harga Jual Logam Mulia

Dikatakan surplus jika nilai ekspor lebih besar ketimbang impor, dan disebut defisit jika terjadi sebaliknya.

Surplus neraca perdagangan sangat penting bagi suatu daerah karena akan membantu penciptaan lapangan kerja dan peningkatan permintaan atas suatu barang dan jasa.

Surplus neraca perdagangan Lampung, berdasarkan sajian data BPS, mulai melonjak pada Juni 2019 dan terus meningkat setiap bulan, dan surplus pada April 2020 adalah yang tertinggi.

Dimulai pada Juni 2019, surplus sekitar 50 juta dolar AS.

Padahal, bulan sebelumnya yakni Mei 2019, neraca perdagangan justru defisit di atas 230 juta dolar AS, dan pada April 2019 juga defisit sekitar 200 juta dolar AS.

Sementara itu, dari data BPS Lampung juga terlihat, nilai ekspor Lampung per April 2020 tercatat sebesar Rp 246,78 juta dolar.

Ini terus meningkat setiap bulan sejak setahun terakhir.

Pada April 2019, nilai ekspor hanya 195,81 juta dolar AS.

Berarti terjadi kenaikan nilai ekspor year on year sebesar 26,03 persen.

Demikian pula jika dibandingkan dengan data sebulan terakhir.

Pada Maret 2020, nilai ekspor tercatat 222,85 juta dolar AS.

Artinya, terjadi kenaikan nilai ekspor month on month sebesar 10,74 persen.

Pada sisi lain, pemerintah di daerah ini juga berhasil menekan impor dalam nilai yang cukup besar.

Pada April 2019, nilai impor masih sangat tinggi yakni 398,31 juta dolar AS.

Pada Juni 2019, impor terus ditekan hingga semakin kecil.

Pada Maret 2020, nilai impor hanya 103,66 juta dolar AS, dan terus turun pada April 2020 ini menjadi 74,53 juta dolar AS.

Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, Faizal Anwar menjelaskan, terdapat sejumlah komoditas yang tetap dibutuhkan negara tujuan ekspor meski di tengah pandemi global.

Itu kenapa, kinerja ekspor Lampung masih surplus. Seperti, komoditas Crude Palm Oil (CPO) dan batubara.

Namun, dari 7 komoditas ekspor yang mengalami kenaikan, tidak semuanya berasal dari Lampung.

Seperti, batubara.

Menurutnya, kenaikan ekspor tersebut akan sangat berarti bagi daerah jika komoditasnya berasal dari daerah tersebut.

Dan lebih berarti lagi jika ekspor tersebut merupakan hasil produk masyarakat Lampung sendiri.

Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Lampung Satria Alam mengungkapkan, tren positif ekspor Lampung tersebut tidak lepas dari upaya Pemprov Lampung yang sejak awal 2020 mendorong ekspor dan mengendalikan impor.

Menurutnya, sejak awal tahun, Gubernur Lampung Arinal Djunaidi bersama stakeholder ekspor impor telah duduk bersama guna mendorong ekspor.

Gubernur juga sedari awal menyatakan siap memfasilitasi serta memberi kemudahan untuk eksportir dan calon eksportir.

“Jadi komitmen ini ditindaklanjuti oleh pelaku usaha baik eksportir maupun importir dan pemangku kepentingan di bidang ekspor-impor seperti Pelindo dan KSOP,” sambungnya.

Meski begitu, Satria juga mengingatkan kepada para pelaku ekspor-impor di Lampung untuk mengantisipasi kemungkinan yang terjadi pada kuartal II tahun 2020 sebagai dampak pandemi global Covid-19.

“Jadi jangan bangga dulu sekarang. Mungkin bulan depan statistik akan berubah. Kita akan terus lihat (perkembangannya),” sambung dia.

Ia menambahkan, negara tujuan ekspor Lampung masih didominasi China, Amerika Serikat, dan sebagian negara di Asia.

Komoditas ekspor unggulan Lampung yakni CPO, buah-buahan, kopi, lada dan kakao.

Layanan Maksimal

Wakil Ketua Umum Bidang UMKM Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Provinsi Lampung Romi Junanto Utama menjelaskan, pelayanan maksimal di Pelabuhan Panjang ikut mendorong kinerja ekspor-impor Lampung.

“Kadin Lampung mengucapkan terimakasih kepada Pelindo II bahwa memasuki pandemi di awal Maret mereka sudah siap dengan protokol. Jadi pelabuhan ekspornya sangat siap sejak awal Maret,” jelas Romi, kemarin.

“Karena misal produksi bagus, kuantitas bagus, tapi pelabuhan ekspor tidak siap kita repot. Jadi langkah new normal bahkan sudah diterapkan di pelabuhan,” sambungnya.

Romi juga menjelaskan, tren positif nilai ekspor Lampung itu juga tidak terlepas dari jenis komoditas ekspornya.

Yakni sebagian besar barang konsumi yang dibutuhakan oleh negara tujuan ekspor meskipun di tengah pandemi Covid-19.

“Sebenarnya memang Lampung ini kuat di komoditas. Hasil komoditasnya memang dibutuhkan oleh negara-negara ekspor seperti kopi ke Eropa, China, dan lain-lain mereka tetap butuh,” jelas Romi.

Ia juga memprediksi, produk unggulan Lampung seperti hasil bumi dan buah-buahan akan meningkat di kuartal II Juni ini.

Bahkan ia optimistis, saat ini menjadi momentum pelaku ekspor untuk terus menjaga tren peningkatan.

Sementara dalam kesempatan sebelumnya, General Manager Pelindo II Drajat Sulistyo juga mengapreasiasi berbagai pihak termasuk pemerintah daerah dalam mendukung pengusaha lokal tetap bertahan di tengah pandemi global.

“Kita perlu mengapresiasi pemerintah daerah Lampung dalam membantu pengusaha eksportir, di mana kopi, lada, dan udang andalan Lampung tetap mengalami peningkatan. Ini menandakan sebagai sentra komoditas ekspor olahan agrikultur para pengusaha tetap optimis meskipun di tengah pandemi,” jelas Drajat dalam acara halalbihalal bersama stakeholder, Selasa (9/6/2020).

Selain itu melihat potensi besar yang ada di Bumi Ruai Jurai tersebut, IPC Panjang juga optimis akan menjadikan Lampung sebagai hub regional Sumatra bagian selatan.

“Kita ada kapal besar yang direct langsung inter Asia dengan kapasitas 4000 kontainer sekali angkut, untuk ukuran Sumatra ini yang terbesar. Jadi Lampung diharapkan menjadi hub regional Sumatra bagian selatan," kata dia.(Tribunlampung.co.id/Ahmad Robi)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved