Akhir Persembunyian Terduga Mata-mata China di Amerika Serikat

Keempat orang yang dituduh melakukan penipuan visa adalah Wang Xin, Song Chen, Zhao Kaikai dan Juan Tang.

Editor: taryono
(defensnews/AFP)
ilustrasi - Akhir Persembunyian Terduga Mata-mata China di Amerika Serikat 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Sempat bersembunyi di Gedung Konsulat China di San Francisco, seorang peneliti China yang diduga merupakan anggota tentara China, akhirnya ditangkap aparat Amerika, Jumat (24/7/2020).

Juan Tang, 37, ditahan otoritas federal Amerika dan diperkirakan akan dihadapkan di pengadilan federal Senin (27/7/2020). 

Departemen Kehakiman AS, Kamis (23/7/2020) mengumumkan dakwaan terhadap Juan Tang dan tiga ilmuwan lain yang tinggal di AS, diduga melakukan kegiatan mata-mata untuk tentara China.

Keempat orang yang dituduh melakukan penipuan visa adalah Wang Xin, Song Chen, Zhao Kaikai dan Juan Tang. 

Penyebab Editor Metro TV Diduga Bunuh Diri

Artis Asmirandah Merasa Jonas Rivanno Telah Berubah

Kabar Terkini Bayi Lina, Lengket Sama Putri Delina

Isi Obrolan 4 Mata Atta Halilintar dengan Anang Hermansyah

TONTON VIDEONYA:

Semua warga negara China dikatakan telah berbohong tentang layanan mereka di PLA, baik yang menyatakan bahwa mereka tidak pernah bertugas di militer atau tidak lagi bertugas.

Wang Xin ditangkap pada 7 Juni setelah diinterogasi oleh agen Pabean dan Perlindungan Perbatasan di Bandara Internasional Los Angeles.

Dia mengungkapkan bahwa dia tetap menjadi anggota PLA, dan bekerja di laboratorium universitas militer, kata rilis departemen kehakiman, setelah menyatakan dalam visanya bahwa dia telah meninggalkan militer pada tahun 2016.

Song Chen dan Zhao Kaikai keduanya ditangkap pada 18 Juli.

Jaksa penuntut menuding kasus itu adalah bagian dari program China mengirim ilmuwan dari militernya secara diam-diam ke AS.

Jaksa menyatakan bahwa Song mengaku sebagai ahli saraf yang telah meninggalkan angkatan bersenjata tetapi pada kenyataannya masih berafiliasi dengan rumah sakit Angkatan Udara PLA di Tiongkok.

Sementara Zhao Kaikai mengaku tidak pernah bertugas di militer tetapi sebenarnya adalah anggota dari lembaga penelitian PLA.

Juan Tang adalah yang terakhir ditangkap.

Merujuk laporan kantor berita Associated Press, sejumlah agen FBI menemukan foto-foto Juan Tang dalam seragam tentara China.

Mereka menganalisis beberapa artikel berbahasa China yang mengungkap afiliasinya dengan militer China.

Laporan berita yang sama mengutip University of California Davis yang menyebut Juan Tang meninggalkan pekerjaannya sebagai peneliti tamu di Departemen Onkologi Radiasi, Juni lalu.

Disebutkan pendidikan Juan Tang di University of California Davis didanai oleh program pertukaran studi yang berafiliasi dengan Kementerian Pendidikan China.

FBI telah mewawancarai pemegang visa di lebih dari 25 kota di Amerika yang dicurigai menyembunyikan hubungan mereka dengan militer China.

FBI menyatakan bahwa ketika Juan Tang ditanyai tentang dugaan penipuan visanya pada 20 Juni, yang bersangkutan bersikeras tidak ada hubungan dirinya dengan militer China (PLA) dan Partai Komunis China.

FBI mengatakan bahwa beberapa saat setelah wawancara, Juan Tang memutuskan untuk mencari perlindungan di Konsulat China, tempat dia tinggal, lapor Axios.

Juan Tang didakwa dengan penipuan visa pada 26 Juni setelah penyelidik menemukan bukti koneksi PLA-nya di rumahnya.

WN Singpara Mata-mata untuk China

Seorang pria berkewarganegaraan Singapura, Jumat (24/07), mengaku bersalah di pengadilan federal karena bekerja sebagai mata-mata China di Amerika Serikat.

Pengakuan ini menambah daftar insiden antara China dan AS yang hubungannya memanas dalam beberapa waktu terakhir.

Jun Wei Yeo, nama pria itu, dituduh menggunakan profesinya sebagai konsultan politik di AS untuk mengumpulkan informasi bagi intelijen China.

Yeo, yang juga dikenal sebagai Dickson Yeo, mengaku bekerja sebagai mata-mata ilegal pemerintah China selama 2015 hingga 2019. Pengakuan itu dirilis Kementerian Kehakiman AS.

Informasi yang dikumpulkan Yeo berkaitan dengan urusan non-publik. Dalam pengakuannya, dia berkata selama ini mencari orang-orang AS yang bekerja untuk dinas rahasia.

Mereka, kata Yeo, dipaksanya menulis laporan untuk klien-klien palsunya.

Persidangan ini bergulir setelah Yeo ditangkap tahun otoritas AS tahun 2019.

Mengapa hubungan AS-China memanas?
China baru-baru ini memerintahkan penutupan konsulat AS di Chengdu.

Ini adalah tanggapan mereka atas penutupan konsulat China di Houston, AS.

Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, mengatakan perintah penutupan konsulat di Houston itu berkaitan dengan tuduhan pencurian kekayaan intelektual oleh mata-mata China.

Sebaliknya, Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, mengatakan langkah AS didasarkan pada 'kebohongan anti-China'.

Terdapat sejumlah faktor yang memanaskan hubungan kedua negara ini. AS menuduh China menyebarkan Covid-19. Tanpa menjabarkan bukti, Presiden AS Donald Trump menyebut virus corona berasal dari sebuah laboratorium di kota Wuhan.

Sementara itu, dalam pernyataan tidak berdasar, seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Maret lalu, berkata bahwa militer AS membawa virus ke Wuhan.

Konsulat AS di Chengdu yang akan ditutup China
Konsulat AS di Chengdu yang akan ditutup China (chengdu expat)

Hubungan AS dan China tak kunjung membaik dalam perang tarif sejak tahun 2018.

Trump sejak lama menuduh China melakukan perdagangan yang tidak fair serta melakukan pencurian kekayaan intelektual.

Namun di China muncul persepsi bahwa AS berusaha menjegal China yang melesat sebagai kekuatan ekonomi global.

AS menjatuhkan sanksi kepada politikus China yang mereka tuduh bertanggung jawab atas pelanggaran HAM terhadap minoritas Muslim di Xinjiang.

Selama ini China dituduh melakukan penahanan massal, penganiayaan berbasis agama dan sterilisasi paksa terhadap warga Uighur.

China selalu membantah tuduhan itu dan balik menuduh AS mencampuri secara kotor urusan domestik mereka.

Bagaimana terkait Hong Kong?
Penerapan Undang-Undang Keamanan di Hong Kong juga menjadi sumber ketegangan mereka dengan AS dan Inggris.

AS pekan lalu mencabut status perdagangan khusus Hong Kong. Ini memungkinkan China menghindari tarif yang dikenakan kepada barang-barang mereka oleh AS.

AS dan Inggris menganggap undang-undang itu sebagai ancaman terhadap kebebasan yang telah dinikmati Hong Kong berdasarkan perjanjian tahun 1984 antara Cina dan Inggris.

Perjanjian itu diteken sebelum kedaulatan Hong Kong dikembalikan ke China.

Inggris belakangan juga memicu kemarahan China dengan menawarkan status kewarganegaraan untuk sekitar tiga juta penduduk Hong Kong.

China menanggapinya dengan mengancam akan berhenti mengakui jenis paspor Inggris. Paspor itu dipegang banyak penduduk Hong Kong. (taiwannews/bbc news)

Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Sempat Sembunyi di Konsulat China, Akhirnya Terduga Mata-mata China Ini Diciduk Amerika

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved