Wawancara Eksklusif
Bank Lampung Kejar Modal Inti Rp 1 Triliun, Optimistis Akhir Tahun Capai Rp 1,2 Triliun
Wawancara Eksklusif dengan Direktur Bisnis Bank Lampung Nurdin Hasboena di kantor Bank Lampung, Telukbetung Utara, Bandar Lampung, Jumat (24/7/2020).
Penulis: Debby Rizky Susilo | Editor: Noval Andriansyah
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Pada awal Tahun 2020, beredar isu Bank Lampung bakal turun kelas menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Ada juga rumor Bank Lampung bakal merger dengan bank-bank lain.
Apa yang terjadi sebenarnya?
Tribun Lampung berkesempatan melakukan Wawancara Eksklusif dengan Direktur Bisnis Bank Lampung Nurdin Hasboena, di kantor Bank Lampung, Telukbetung Utara, Bandar Lampung, Jumat (24/7/2020).
Berikut petikan wawancara tersebut:
TONTON JUGA:
Sempat beredar isu Bank Lampung bakal turun jelas menjadi BPR, bagaimana tanggapan Anda?
Sebenarnya itu merupakan kesalahan persepsi.
Itu berawal dari pemeriksaan BPK (Badan Pemeriksa Keuangan).
Akan tetapi, di media terbentuk persepsi yang tidak tepat.
• Pembobol Rekening Bank Lampung Dapatkan Data Nasabah dari Data Pemilih KPU
• Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Sebut Lampung Bagai Maldives
• 3 Menteri Dukung Gubernur Arinal Djunaidi Kembangkan Bakauheni jadi Kota Wisata Pelabuhan
• Seusai dari Menara Siger, 3 Menteri Lakukan Pertemuan Tertutup di Bandara Radin Inten II
Apa yang terjadi sebenarnya?
Ada Peraturan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) Nomor 12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum (tertanggal 16 Maret 2020) yang mensyaratkan modal minimal Rp 3 triliun.
Peraturan ini ada tahapannya, di mana pada tahun 2020, modal bank harus mencapai Rp 1 triliun.
Kemudian, tahapan pada tahun 2021, (modal) Rp 2 triliun, dan sampai pada tahun 2024 menjadi Rp 3 triliun.
Untuk bank-bank yang tidak bisa melewati tahap itu, ada keputusan yang membuat bank-bank tersebut menjadi BPR atau bergabung dengan kelompok usaha bank lainnya.
Bagaimana dengan kondisi Bank Lampung terkait tahapan-tahapan tersebut?
Bank Lampung akan melewati tahapan Rp 1 triliun itu pada tahun 2020.
Kami memiliki perkiraan capaian hingga Rp 1,2 triliun modal inti pada 2020 ini. Mudah-mudahan tercapai target tahapan tersebut.
Untuk laba, sampai dengan akhir Juni ini, kami sudah memiliki laba mencapai Rp 99 miliar.
Target laba kami paling tidak Rp 132 miliar dapat tercapai pada Desember tahun 2020 ini.
Bagaimana dengan kondisi internal Bank Lampung saat ini?
Bank Lampung memiliki total empat direktur, yakni direktur utama, direktur bisnis, direktur kepatuhan, dan direktur operasional.
Akan tetapi, saat ini masih kosong untuk posisi direktur utama dan direktur operasional.
Hal itu menjadikan Bank Lampung saat ini baru memiliki dua direktur.
Direktur tersebut adalah Direktur Bisnis, saya sendiri, dan Direktur Kepatuhan Pak Mahdi Yusuf.
Apakah kondisi internal tersebut memengaruhi Bank Lampung?
Kondisi tersebut menjadi masalah terkait pencapaian kecukupan GCG, Good Corporate Governance.
Karena, salah satu syarat GCG adalah direksi dan komisarisnya komplet dalam perusahaan.
Apabila belum terpenuhi, akan berpengaruh pada penilaiannya.
Bagaimana upaya Bank Lampung mencapai GCG tersebut?
Kami sudah memproses itu. Saat ini menjelang fit and proper test (uji kelayakan dan kepatutan) oleh OJK.
Calon direktur utama sudah ada, calon direktur operasional sudah ada, termasuk calon komisaris independennya juga sudah ada.
Jadi apabila lulus dari OJK dan diangkat, GCG Bank Lampung akan komplet. (tribunlampung.co.id/debby rizky susilo)