Berencana Menyerang Masjid Hagia Sophia, Senior ISIS dan Anteknya Berhasil Diringkus Intelijen Turki
Soylu mengatakan, berkat pengumpulan intelijen Turki sendiri sehingga dapat membekuk anggota ISIS itu tanpa bantuan badan intelijen lainnya.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - ISIS merencanakan akan melakukan serangan ke Masjid Hagia Sophia.
Informasi ini disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu Rabu (2/9/2020) .
Satu hari sebelumnya, Selasa (1/9/2020), Soylu mengumumkan bahwa Turki telah menangkap seorang anggota senior ISIS.
"Daesh (senior ISIS) yang disebut 'Amir Turki' telah ditangkap dan ditahan dengan memiliki sebuah rencana penting,” katanya.
Soylu mengatakan bahwa, nama senior ISIS itu adalah Mahmut Ozden, menurut laporan Anadolu Agency.
Anadolu Agency awalnya mengatakan bahwa Ozden telah mengorganisir kelompok yang terdiri dari 10-12 orang untuk terlibat dalam kegiatan protes.

• Temukan Gas Alam Terbesar di Laut Hitam, Erdogan Sebut Negaranya Bertekad Menjadi Eksportir Energi
• Diundang Presiden Turki Erdogan, Takdir Feriza Hasan Bacakan Surat Al Fatir di Hagia Sophia
• Erdogan Trending di Twitter Setelah Undang Wali Kota Surabaya
Namun kelihatannya kegiatan kelompok tersebut lebih serius.
Soylu mengatakan, berkat pengumpulan intelijen Turki sendiri sehingga dapat membekuk anggota ISIS itu tanpa bantuan badan intelijen lainnya.
Dia menyatakan bahwa pada 18 Agustus 2020, anggota ISIS Huseyin Sagır telah ditangkap, dan ini yang menyebabkan penangkapan Ozden pada 20 Agustus 2020.
Huseyn Sagir merupakan teroris ISIS yang berencana untuk menyerang Lapangan Taksim yang terkenal di Istanbul.
Investigasi itu menghasilkan keterangan Sagir menerima instruksi dari Ozden, yang sudah membentuk sejumlah kelompok teroris.
Mereka mempunyai tugas untuk menyebar di kawasan pedesaan, termasuk melakukan perekrutan anggota baru, membeli bahan, hingga akomodasi.

Dari pernyataan Sagir itulah, pihak keamanan melancarkan operasi yang mematahkan sel teror aktif yang mendapat perintah dari Ozden.
Kepolisian mengungkapkan, Ozden segera dibawa ke Penjara Silivri yang berlokasi di Istanbul setelah mendapat perintah pengadilan.
Berdasarkan dokumen pengadilan, pria berusia 48 tahun itu mengaku menerima 7.000 dollar AS (Rp 103,3 juta) untuk setiap orang yang dia rekrut.