Berita Nasional

Kritik Keras Fahri Hamzah untuk TV: Siarkan Omong Kosong dan Orang-orang Konyol

Fahri Hamzah lantas membandingkan kualitas penyiaran TV di Tanah Air dengan TV di negara maju.

Editor: wakos reza gautama
tribunnews
Fahri Hamzah 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Wakil Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Fahri Hamzah mengkritik tayangan TV selama pandemi Covid-19.

Menurut Fahri Hamzah, tayangan TV di tanah air lebih banyak menyiarkan soal omong kosong, orang tertawa tidak jelas, serta orang-orang yang berakting konyol tidak jelas.

Kata Fahri Hamzah, akan lebih baik TV membantu masyarakat memulai revolusi pendidikan.

Karena Menteri Pendidikan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim saat ini tengah kebingungan melaksanakan efektifitas pendidikan di tengah pandemi Covid-19.

"Ini TV menyiarkan omong kosong, orang-orang  ketawa gak jelas dan orang-orang konyol akting gak kelas. Padahal lagi rugi TV-nya, mendingan bantu rakyat memulai revolusi pendidikan," kata Fahri dalam keterangannya, Sabtu (12/9/2020).

Fahri Hamzah lantas membandingkan kualitas penyiaran TV di Tanah Air dengan TV di negara maju.

TV di negara maju, katanya, lebih menonjolkan sisi edukasi atau pendidikan.

Fahri Hamzah Posting Uang Honor Jadi Pembicara di ILC TV One

Prakiraan Cuaca Medan Hari Ini Minggu 13 September 2020, Info Cuaca Hari Ini BMKG 33 Kota

Sementara tayangan di TV Indonesia lebih banyak mengumbar aksi sadis, lucu, orang berjoget, atau kesedihan.

"Saya tuh nonton TV negara-negara  maju. Memang isi-nya pendidikan semua. Tapi TV kita isinya kalau gak sadis ya lucu, atau joget, atau sedih. Pagi diajar nangis,  malam diajar ketawa. Ampun deh pendidikan bangsa ku! Ini kan ada Corona! “ ujarnya.

Fahri Hamzah
Fahri Hamzah ((KOMPAS.com/AMBARANIE NADIA))

Mantan Wakil Ketua DPR Periode 2014-2019 ini menilai, ada kemubaziran dalam media pendidikan Indonesia.

Sebab, semua izin frekuensi pada setiap TV diberikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Sehingga di tengah masa pandemi dan krisis seperti sekarang, 'revolusi mental' tetap dapat dijalankan oleh TV melalui tayangan  yang mendidik, bukan diisi hal-hal yang tidak jelas dan konyol. 

"Mubazir saja medium 'public education'  kita. Dan semua ijin frekuensi diberikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa," katanya. 

Seharusnya, Mendikbud Nadiem Makarim dalam membuat kebijakan bisa manfaatkan TV nasional maupun lokal untuk menyiarkan materi pembelajaran kepada peserta didik. Untuk konten pendidikannya, kata Fahri,  dapat diambil dari YouTube atau dicari di Google. 

"Daring kan juga bisa pakai studio tv lokal. Ada lah caranya. Masak sih kita kehabisan akal," ujarnya.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved