Tribun Bandar Lampung
Hobi Jadi Ladang Bisnis, Booming Sepeda saat Pandemi Covid-19 di Lampung
Hobi bersepeda sedang booming di tengah pandemi Covid-19 di Lampung. Bahkan tak sedikit orang yang memanfaatkan hobi ini sebagai ladang bisnis
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Hobi bersepeda sedang booming di tengah pandemi Covid-19 di Provinsi Lampung.
Bahkan tak sedikit orang yang memanfaatkan hobi ini sebagai ladang bisnis baru.
Hal ini salah satunya dilakukan pegawai Pemda Lampung Barat Mekal Novisa.
Mekal sebenarnya sudah menekuni hobi bersepeda sejak 2013 dan semakin intensif di tengah pandemi Covid ini.
Karena banyak orang yang juga menekuni hobi ini, Mekal akhirnya terpikir untuk menjual spare part.
Untung yang didapat digunakannya untuk upgrade atau tambah sepeda baru.
Baca juga: Kisah Goweser Lampung Bisnis Onderdil Sepeda di Tengah Pandemi Covid-19
Baca juga: Bertambah 13 Kasus Covid-19 di Lampung, 4 Daerah Bertahan di Zona Oranye
"Saya juga jual spare part sepeda, selain jual full bike. Kalau sepeda yang mahal itu kan spare part juga ada macam-macam seperti stang, sedel, dan lainnya. Saya ambil barang di Jakarta melalui ekspedisi," tutur anggota Liwa Gowes Community (LGC) ini.
Untuk harga spare part menurutnya tergantung merek dan selera.
Harga mulai ratusan ribu hingga belasan juta.
Menurut Mekal, saat ini tak sedikit masyarakat Lambar yang berani membeli sepeda dengan harga mahal, seperti di atas Rp 10 juta hingga di atas Rp 25 jutaan.
Mekal sendiri memiliki koleksi empat sepeda.
Dia tidak membocorkan harganya, namun memberitahu mereknya.
Di antaranya merek Scott Genius 50 kisaran Rp 25 jutaan, Commencal Premier kisaran Rp 5-8 jutaan, sepeda lipat Litepro Evo kisaran Rp 10-Rp 15 jutaan dan Turner dengan harga minimal Rp 15 jutaan.
Hal serupa dilakukan pengusaha Lampung yang juga penghobi bersepeda, Ahmad Dede Aulia.
Hobi bersepedanya dilakoni sejak 2017.
Dede juga melihat peluang yang ada.
Ia menjadikan hobi itu sekaligus ladang bisnisnya.
Ia membuka Tama Shop yang menjual sepeda dan aksesori di Jalan Untung Suropati.
"Jadi rekan-rekan satu komunitas juga mudah mendapatkan sepeda baru hingga aksesorinya. Apalagi bagi pemula. Di tengah pandemi ini, hobi bersepeda sedang tren, jadi banyak orang yang tadinya hobinya bukan bersepeda jadi hobi bersepeda, sehingga banyak yang beli sepeda baru," tuturnya.
Karena tren itulah, Dede mengaku, bisa menjual sepeda 3-12 unit sehari dengan harga bervariasi sesuai merek.
Seperti, MTB Rp 2 juta-Rp 6 jutaan, sepeda lipat rentang harga Rp 2-8 juta per unitnya.
Jual Onderdil
Anggota Komunitas Goweser Lampung Febby Prasetio Putra (22) warga Natar Lampung Selatan juga menjadikan hobi bersepeda ini sebagai peluang bisnis.
Ia membuka usaha sampingan berupa penjualan spare part sepeda.
Idenya berawal dari hobi dan mengikuti berbagai event sepeda bersama komunitasnya.
“Awalnya dulu tahun 2016 saya bergabung komunitas Goweser Lampung sebagai wadah para Goweser di Lampung. Saya sering ikut fun bike dan Alhamdulillah tahun 2018 saya dapat hadiah 1 unit rumah waktu kegiatan ulang tahun Brimob tahun 2018,” jelas Tio, kemarin.
Setelah itu nama Tio mulai dikenal di kalangan komunitas sepeda, hingga akhirnya ia melirik peluang usaha sepeda.
Tio mempromosikan produknya melalui media sosial seperti WhatsApp dan Facebook sesama komunitas sepeda di Lampung.
Menurut Tio, selama pandemi ini, banyak orang yang ikutan menjual spare part.
"Jadi sekarang itu banyak lapak dadakan gitu. Jadi untung sedikit berkurang," kata dia.
Yuslim, goweser dari Komunitas Goes Kita-Kita Lampung juga melihat adanya peluang usaha lewat hobinya tersebut.
“Masih kecil-kecilan, dulu awalnya hobi dari SD tahun 2010 sudah ikut komunitas sepeda, kemudian awal tahun 2020 mulai gabung bersama teman gabung di komunitas Gowes Kita-Kita,” kata Yuslim.
“Kemudian sejak Agustus 2020 kemarin karena mumpung masih pandemi juga banyak orang yang cari onderdil sepeda, jadi saya melihat peluang itu dan jual lewat online seperti Facebook dan WhatsApp Group sesama komunitas,” sambung Yuslim.
Spare part yang dijual Yuslim seperti sadel, lampu, dan lainnya.
Ia juga menjual sepeda bekas namun dengan kualitas seperti sepeda baru.
Sampai Oktober ini, sudah 3 sepeda bekas yang ia jual.
Berburu Spare Part
Bagi kalangan penghobi sepeda, berburu spare part merupakan kesenangan sendiri.
Hal ini seperti diakui Branch Manager PT Citra Van Titipan Kilat (BM TIKI) Provinsi Lampung Kukuh Rizal Pratama.
Ia mengatakan, sudah lima tahun terakhir hobi bersepeda dan sudah beberapa kali sepedanya dijual lalu diganti.
Menurut dia, bersepeda sudah menjadi bagian dari gaya hidup.
"Kalau kita pakai sepeda yang standar dibilang orang cupu, makanya saya selalu berburu spare part (aksesoris) pendukung agar sepeda saya terlihat lebih mewah," kata Kukuh yang juga tergabung di Subaru Cycling Club tersebut.
Kukuh memiliki sejumlah sepeda.
Seperti Polygon Siskiu d7 seri 2021 seharga Rp 15,7 juta, Polygon Siskiu d5 rakitan yang habis sekitar Rp 10 juta.
"Jadi berburu spare part itu suatu keharusan agar bisa melakukan upgrade. Spare part yang diganti seperti hand lebar (stang), stem, hub freehub dan beberapa item paling dasar untuk naik kelas," katanya.
Harga spare part sendiri beragam.
Mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
Pembelian di toko ataupun online.
Ahmad Safei, owner Safei Bike telah menekuni hobi sepeda sejak 2016.
Namun ia mengakui, sejak pandemi tren bersepeda benar-benar naik daun.
Banyak orang mencari sepeda.
"Saya juga selain hobi menjual sepeda. Jualannya online. Karena melihat tren orang bersepeda yang semakin booming," kata member di Gober (Gowes Bareng Ratulangi).
Jadi terus dia, ini hobi yang menghasilkan.
"Hobi tetap jalan, bisa mendapat uang sekaligus," kata dia. (Tribunlampung.co.id/byu/som/lis)