Ciprut Craft Update Tren dan Terus Berkreasi untuk Bisa Bertahan
Kini dirinya semakin berkreasi menggunakan jenis bahan printing dengan ragam jenis kain.
Penulis: sulis setia markhamah | Editor: Reny Fitriani
Laporan Reporter Tribunlampung.co.id Sulis Setia Markhamah
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Memiliki usaha apapun baik skala rumahan ataupun besar, membutuhkan kreatifitas dan inovasi berkelanjutan terutama mengikuti permintaan pasar agar tetap bisa diminati konsumen.
Hal ini juga berlaku bagi Siti Nur Aisyah, owner Ciprut Craft yang awalnya berkreativitas mengolah bahan kain flanel sejak 6 Maret 2012.
Jika awalnya dirinya berkreasi menggunakan flanel untuk dibuat sovenir seperti gantungan kunci hingga hiasan kulkas, lalu merambah ke produk perlengkapan bayi, kini di kondisi pandemi Covid-19 dirinya membaca permintaan pasar terkait kebutuhan masker dan wadah hand sanitizer.
"Sekarang produksi masker juga, pouch hand sanitizer atau bisa buat make up, cover tisu 3 in 1, dan lainnya," beber Ayis kepada Tribunlampung.co.id, Selasa (27/10/2020) petang.
Kini dirinya semakin berkreasi menggunakan jenis bahan printing dengan ragam jenis kain.
"Pouch aku pakai kanvas linen, masker pakai taslan parasut, jadi disesuaikan sama produk yang mau dibuat," kata Ayis.
Bicara soal kesulitan dalam menjalankan usahanya, diakuinya terkadang justru terkendala mood.
"Jika mood lagi nggak bagus, lagi mentok, ya nggak jadi. Pending dulu daripada enggak bagus hasilnya," ungkapnya.
Lalu untuk marketing, dirinya masih terbatas pada pengelolaannya yang masih dilakukan sendiri bersama suami.
"Mengatasinya ya tetap harus rajin posting dan update. Mengikuti apa yang lagi tren di market place juga," jelas Ayis.
Pemasaran sendiri dirinya lebih memasifkan secara online baik itu melalui sosial media maupun Shopee.
Saat bicara omzet Ayis mengakui masih naik turun.
"Namun masih bisa bertahan di angka minimal Rp 5 juta dalam sebulan," beber dia.
Ayis berpesan bagi yang ingin terjun di dunia bisnis, yang diperlukan adalah fokus dan tekuni apa yang dirasa jadi passion.
"Jangan mudah atau gampang menyerah gara-gara nggak laku. Namanya orang jualan nggak harus setiap hari laku," tutupnya. (Tribunlampung.co.id/ Sulis Setia M)