Bacaan Niat Tayamum dan Syarat Bertayamum

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Tayamum adalah pengganti bersuci dari wudu. Tayamum adalah perkara yang ada di dalam Islam, terutama dalam fiqih. Bagaimana tata cara tayamum sesuai sunah Nabi Muhammad SAW?

Lalu, apa saja syarat tayamum dan bacaan niat tayamum?

Pengasuh Pondok Pesantren Darul Fattah Bandar Lampung, Ustaz Asep Abdullah menjelaskan syarat tayamum.

Ia mengatakan, tayamum dilakukan saat di antara dua kondisi kaum muslimin menjumpainya.

Kondisi pertama adalah ketika seorang muslim tidak mendapat air untuk bersuci.

Kondisi kedua di mana ada air tetapi tidak diperkenankan menggunakan air untuk berwudu,

"Maka, diperbolehkan untuk tayamum," kata Ustaz Asep Abdullah beberapa waktu lalu.

• Video Tata Cara Berwudu Sesuai Sunah Nabi Muhammad SAW

Perintah untuk bertayamum telah Allah sampaikan dalam surat An-Nisa ayat 43.

وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَىٰ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ

Artinya: "Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah(debu) yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu."

Adapun, sabda Rasululullah SAW tentang tayamum adalah

إِنَّ الصَّعِيْدَ الطَّيِّبَ وَضُوءُ لِلْمُسْلِمِ وَإِنْ لَمْ يَجِدِ الْمَاءَ عَشْرَ سِنِيْنَ

Artinya: "Sesungguhnya permukaan bumi (debu) yang bersih adalah alat berwudhu seorang muslim walaupun dia tidak mendapati air sepuluh tahun"

Berdasarkan hadis di atas, tayamum dianjurkan kepada orang yang tidak menemukan air setelah ia mencarinya.

Artinya, ada ikhtiar untuk mendapatkan air.

Dan ternyata, ia tidak menemukannya.

Sementara, waktu salat sudah tiba.

Atau, ia mendapatkan air tetapi tidak ada kemampuan untuk menggunakan air karena sakit.

Kalau dia pakai air maka akan bertambah sakitnya, atau memperlambat proses penyembuhannya.

Mengenai syarat tayamum disampaikan Abu Bakar Jabir Al jazairi.

Empat hal dalam tayamum, menurut Abu Bakar Jabir Al jazairi yang disampaikan dalam bukunya Minhajul Muslim, yaitu:

1. Niat

Niat adalah fondasi yang harus dimiliki. 

Niatan menjadi wajib.

Niat adalah perkara pertama tayamum.

Ada dua niat dalam tayamum.

Pertama untuk menghilangkan hadas kecil.

Kedua untuk menghilangkan hadas besar.

Tayamum untuk menghilangkan hadas besar seperti jinabat, untuk wanita seperti haid dan nifas.

Apabila ingin membersihkan diri dari hadas besar sementara air tidak ada, tayamum diperbolehkan untuk mengganti mandi.

Niatnya untuk menghilangkan hadas besar.

2. Debu yang suci

3. Ketiga pukulan yang pertama saat tayamum

4. mengusap wajah dan dua telapak tangan.

Perkara sunah dalam tayamum:

1. Bismillah

Sebelum niat membaca Bismillah.

2. Kedua pukulan yang kedua

Ini merupakan perkara sunah.

Kalau ada yang mau memukul kedua kalinya membersihkan kedua telapak tangannya, ini sunah.

3. Mengusap dari ujung jari sampai siku-siku

Hal yang wajib dalam tayamum adalan mengusap sampai telapak tangan.

Apabila ada yang mengusap sampai siku-siku, ini adalah perkara sunah. 

Perkara yang membatalkan tayamum.

Pertama adalah semua perkara yang membatalkan wudu sama dengan yang membatalkan tayamum.

Kedua, adanya air.

Ketika kita menjumpai air, dan kondisi sakitnya sembuh, tayamum tidak bisa dijadikan cara bersuci.

• Cara Menghitung Zakat Mal, Berikut Penjelasan Ustaz Asep Abdullah

Berikut, tata cara tayamum.

1. Ucapkan Bismillah

2. Membaca niat tayamum dengan membaca Nawaitu tayammuma lisstibaahatish shalaati fardlol lillahi ta'ala

3. Memukulkan dua telapak tangan di atas tanah untuk mengambil debu atau pasir

4. Mengusap wajah sekali saja. Mulai dari atas ke bawah dan ke samping.

5. Memukul sekali lagi untuk mengusap dua telapak tangan hingga ke siku.

Simak, video penjelasan syarat tayamum dan tata cara tayamum di bawah ini.

Demikian, syarat tayamum dan bacaan niat tayamum serta tata cara tayamum sebagaimana disampaikan Ustaz Asep Abdullah. (tribunlampung.co.id/wakos gautama/wahyu iskandar)