Tribun Pringsewu
Kedai Kopi Isyarat, Warung Kopi di Pringsewu yang Pekerjakan Tunarungu
Sesuai namanya, kedai kopi ini memberdayakan penyandang tunarungu sebagai pekerjanya.
Penulis: Robertus Didik Budiawan Cahyono | Editor: Daniel Tri Hardanto
Laporan Reporter Tribunlampung.co.id Robertus Didik B
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, PRINGSEWU - Di Pringsewu ada warung kopi yang tergolong unik.
Namanya Kedai Kopi Isyarat.
Sesuai namanya, kedai kopi ini memberdayakan penyandang tunarungu sebagai pekerjanya.
Setidaknya ada tiga pegawai yang mengalami keterbatasan pendengaran bekerja di kedai tersebut.
Mereka adalah seorang barista bernama Ravi (19), plus dua pelayan, yakni Arum (20) dan Tika (28).
Kedai yang berada di ujung Gang Sofa Marwah, Kelurahan Pringsewu Utara, Kecamatan Pringsewu, tepatnya di belakang kantor Dinas Lingkungan Hidup Pringsewu, ini dibuka sejak Maret 2019 lalu.
Baca juga: Video Viral Pasangan Pengantin Tunarungu Laksanakan Ijab Kabul di Negeri Sembilan
Baca juga: Dapur Oma Cinta Tawarkan Kue Soes Kopi dengan Harga Terjangkau
Pemilik kedai, Asih Wulandari (25), mengungkapan, awalnya kedai ini dibuka untuk mengakomodasi keluhan para penyandang tunarungu.
"Awalnya kami bersama-sama dengan mereka (komunitas tunarungu) sosialisasi bahasa isyarat di setiap acara Nggruput (pasar jajanan tradisional di kompleks Pemkab Pringsewu)," kata Asih, Kamis (26/11/2020).
Namun, masyarakat yang tidak mempunyai anggota keluarga penyandang tunarungu tidak tertarik dengan kegiatan tersebut.
Sementara itu belum ada tempat yang memberdayakan penyandang tunarungu ini untuk bekerja.
"Mereka sering ngeluh tidak diterima kerja di mana-mana. Makanya saya inisiatif membuka kedai kopi," tutur Asih.
Berbagai menu ditawarkan di kedai tersebut, seperti makanan dan minuman, termasuk kopi.
Pelayan kedai menawarkan kepada pengunjung dengan menyodorkan buku menu, pena, dan kertas.
Pengunjung dapat menuliskan pesanannya pada kertas tersebut.
Asih mengakui cukup kesulitan memanajemen pekerja dengan kondisi keterbatasan tersebut.
Namun, Asih terus berjuang dengan hati yang lapang.
Apalagi di era pandemi Covid-19 seperti saat ini, Asih terpaksa meliburkan seluruh pekerjanya. (Tribunlampung.co.id/Robertus Didik B)