Gejala Baru Covid-19 Ini Beberapa Gejala yang Baru Terungkap Misalnya Suka Bingung Sendiri

Kini bermunculan gejala baru Covid-19, seperti delirium atau suka bingung sendiri, sakit mata, hingga munculnya penciuman bau menyengat atau parosmia.

Editor: Andi Asmadi
ISTIMEWA
Gejala baru Covid-19 bermunculan seperti sakit mata dan juga delirium atau kondisi di mana pasien kebingungan dan tidak sadar pada lingkungan sekitar. Juga muncul gejala mencium bau menyengat. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Gejala umum yang dialami penderita penyakit Covid-19 sudah diketahui banyak orang seperti batuk, demam, hingga hilang penciuman bau dan rasa.

Kini muncul beberapa gejala baru Covid-19 yang baru terungkap, di antaranya munculnya penciuman bau secara ekstrem seperti bau menyengat.

Contohnya penderita Covid-19 merasa sedang mencium bau ikan busuk, bau belerang, atau bau manis yang tidak enak.

Tapi, tak hanya itu, muncul juga beberapa bau lain yang dicium oleh sebagian penderita Covid-19.

Belakangan, muncul gejala baru Covid-19 seperti sakit mata dan delirium.

Baca juga: Gejala Baru Covid-19 Waspada Jika Mencium Bau Menyengat Seperti Ini

Baca juga: Perawat Wisma Atlet yang Berzina dengan Pasien Covid-19 Dibebastugaskan

Baca juga: Momen Haru Interaksi Nirina Zubir dan 2 Anaknya Terhalang Pintu Kaca, Ernest Sembuh Covid-19

Delirium adalah gangguan serius pada kemampuan mental yang menyebabkan kebingungan sendiri dan kurangnya kesadaran akan lingkungan sekitar.

Seperti dilansir Stat News, sebuah studi menemukan bahwa delirium kemungkinan menjadi gejala peringatan dini infeksi virus SARS-CoV-2 pada orang lanjut usia.

Lebih dari seperempat pasien yang lebih tua dalam penelitian itu tiba di IGD rumah sakit dengan mengigau dan 37 persen dari pasien ini tidak memiliki tanda Covid-19 yang khas, seperti demam atau sesak napas.

Umumnya, gejala delirium yakni kebingungan, kurang fokus, disorientasi, dan perubahan kognitif lainnya.

Terkait hal tersebut, ahli biologi molekuler Indonesia Ahmad Utomo mengatakan, Covid-19 adalah penyakit baru yang masih terus dipelajari hingga kini. Sehingga, wajar jika selalu ada hal baru yang ditemukan.

Menurut Ahmad, virus corona memang unik karena reseptonya ACE 2 (Angiotensin converting enzyme 2) yang ada di banyak sel tubuh.

“Reseptor ACE 2 ini kan bukan hanya di pernapasan, tapi juga di pencernaan. Itulah mengapa, sekitar 20% penderta Covid-19 memiliki gejala terkait pencernaan, seperi mual dan diare,” ujar Ahmad, belum lama ini.

Ahmad menambahkan, reseptor ACE 2 juga terdapat di jaringan saraf. Sehingga, ada gejala Covid-19 yang muncul terkait saraf, seperti delirium.

Meski demikian, dikatakan Ahmad, sejauh ini gejala delirium hanya ditemukan pada orang-orang berusia 65 tahun ke atas atau kelompok lansia.

“Itu juga tampaknya tidak pada semua lansia, lebih kepada lansia dengan kondisi fisik yang lebih lemah (frail), seperti yang mudah patah tulang. Sedangkan pada lansia dengan kondisi fit, hanya sedikit sekali yang mengalami gejala delirium,” ungkapnya.

Baca juga: Diduga Ribut dengan Suami, Seorang Istri dan 2 Anaknya Susuri Jalan Tol, Menangis Kedinginan

Baca juga: Baru Nikah, Istri Hilang Seusai Pamit ke Warung, Entis Sutisna Minta Bantuan Mantan Pacar

Baca juga: Pelecehan Seksual Mendominasi Kasus Kekerasan Perempuan dan Anak di Tulangbawang Barat Tahun 2020

Gelala Umum Covid-19

Dilansir dari laman resmi WHO, masing-masing orang memiliki respons yang berbeda terhadap COVID-19.

Sebagian besar orang yang terpapar virus ini akan mengalami gejala ringan hingga sedang, dan akan pulih tanpa perlu dirawat di rumah sakit.

Gejala yang paling umum adalah:

- demam

- batuk kering

- kelelahan

Gejala yang sedikit tidak umum:

- rasa tidak nyaman dan nyeri

- nyeri tenggorokan

- diare

- konjungtivitis (mata merah)

- sakit kepala

- hilangnya indera perasa atau penciuman

- ruam pada kulit, atau perubahan warna pada jari tangan atau jari kaki

Gejala serius:

- kesulitan bernapas atau sesak napas

- nyeri dada atau rasa tertekan pada dada

- hilangnya kemampuan berbicara atau bergerak

Segera cari bantuan medis jika Anda mengalami gejala serius. Selalu hubungi dokter atau fasilitas kesehatan yang ingin Anda tuju sebelum mengunjunginya.

Orang dengan gejala ringan yang dinyatakan sehat harus melakukan perawatan mandiri di rumah.

Rata-rata gejala akan muncul 5–6 hari setelah seseorang pertama kali terinfeksi virus ini, tetapi bisa juga 14 hari setelah terinfeksi.

Baca juga: Nagita Slavina Sebut Raffi Ahmad Enggan Dipeluk saat Tidur, Ashanty dan Aurel Ucap Istighfar

Gejala Baru Covid-19 Mencium Bau

Penyakit Covid-19 memperlihatkan sejumlah gejala, di antaranya kehilangan daya penciuman terhadap bau.

Namun, gejala baru Covid-19 yang terungkap ini justru sebaliknya, penderita Covid-19 akan mencium bau secara ekstrem seperti bau menyengat.

Beberapa laporan yang teridentifikasi menyebutkan, bau yang tercium bisa berupa bau ikan yang menyengat, bau belerang, dan bau manis yang tidak enak.

Profesor Nirmala Kumar, ahli bedah telinga, hidung dan tenggorokan (THT) menyebut gejala tersebut sangat aneh dan sangat unik sebagaimana dilansir SkyNews Minggu 27 Desember 2020.

Munculnya penciuman terhadap bau eskterm seperti bau menyengat dikenal degan gejala parosmia, yaitu distorsi penciuman.

Sebaliknya, kehilangan penciuman terhadap bau disebut anosmia, yang juga disebut sebagai salah satu gejala pada penderita Covid-19.

Prof Kumar inilah yang pertama kali mendesak Kesehatan Masyarakat Inggris untuk menambahkan anosmia ke daftar gejala Covid-19, beberapa bulan sebelum menjadi panduan resmi.

Dia sekarang mencatat bahwa di antara ribuan pasien yang dirawat karena anosmia jangka panjang di seluruh Inggris, beberapa mengalami parosmia.

Prof Kumar mengatakan bahwa pasien mengalami halusinasi penciuman, yang berarti "indra penciuman terdistorsi, dan sayangnya, sebagian besar tidak menyenangkan".

Ia menambahkan bahwa hal itu "sangat mengganggu pasien dan kualitas hidup mereka sangat terpengaruh".

Covid-19 panjang adalah istilah untuk menggambarkan efek virus corona yang dapat berlanjut selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan setelah penyakit awal.

Mendeskripsikannya sebagai "virus neurotropik", Prof Kumar menjelaskan, "Virus ini memiliki keterkaitan dengan saraf di kepala dan khususnya, saraf yang mengontrol indra penciuman."

"Tapi, itu mungkin juga mempengaruhi saraf lain dan itu mempengaruhi, menurut kami, neurotransmiter, mekanisme yang mengirim pesan ke otak," terangnya.

Dia menambahkan, "Beberapa orang melaporkan halusinasi, gangguan tidur, gangguan pendengaran."

"Kami tidak tahu mekanisme pasti, tetapi kami mencari cara untuk mencoba dan membantu pasien untuk pulih."

Daniel Savedki, seorang bankir berusia 24 tahun yang tinggal di London, mengatakan dia kehilangan indra perasa dan penciumannya selama 2 pekan.

Baca juga: Wakapolda Lampung: Ini Bukan Beras, tapi Sabu

Savedki tertular virus corona pada Maret, dan telah menderita parosmia sejak itu.

Saveski, dari West Yorkshire, mengatakan hal-hal berbau tajam seperti tempat sampah, sekarang memiliki bau, seperti belerang atau bau "seperti roti panggang".

Dia menambahkan, "Ini mengurangi kenikmatan makan saya, dan agak menyedihkan karena tidak bisa mencium bau makanan tertentu."

Lynn Corbett, seorang administrator untuk agen real estate, mengatakan dia "terkejut" untuk bangun pada hari ulang tahunnya yang ke-52 pada Maret dengan "sama sekali tidak berbau atau berasa".

Corbett, dari Selsey di Sussex, mengatakan, "Dari Maret sampai sekitar akhir Mei saya tidak bisa merasakan apa-apa, saya benar-benar berpikir saya bisa menggigit bawang mentah, sehingga saya kehilangan rasa."

Dia mengatakan indra penciumannya mulai kembali pada Juni, tetapi "tidak ada yang berbau seperti seharusnya".

"Kebanyakan hal berbau menjijikkan, bau manis yang memuakkan ini yang sulit untuk digambarkan karena aku belum pernah menemukan sebelumnya."

Dia mengatakan bahwa meskipun sebelumnya menjadi "pecandu kopi", minuman tersebut sekarang berbau "tak tertahankan", seperti halnya bir dan bensin.

Dia tidak yakin apakah dia akan bisa mendapatkan kembali indra penciumannya.

"Saya baik-baik saja dengan itu, saya hanya berpikir diri saya beruntung bahwa jika saya terkena virus corona, sepertinya saya mengalami sakit yang tidak parah, dirawat di rumah sakit atau meninggal karena itu, seperti banyak orang lainnya," ungkapnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Gejala Baru Covid-19 Terus Bertambah, Ahli Jelaskan Penyebabnya

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved