Sriwijaya Air SJ182 Hilang Kontak
KNKT Ungkap Kronologi Sriwijaya Air SJ 182 Jatuh, Miring Kiri dan Hidung Pesawat ke Atas
Komite Nasional Keselamatan Transportasi atau KNKT ungkap kronologi Sriwijaya Air SJ 182 jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada 9 Januari 2021.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Komite Nasional Keselamatan Transportasi atau KNKT ungkap kronologi Sriwijaya Air SJ 182 jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada 9 Januari 2021.
Tercatat, sebelum jatuh ketinggian pesawat Sriwijaya Air SJ-182 berada pada 10.900 kaki dan posisinya, hidung pesawat sempat terdeteksi ke atas sementara pesawat miring ke kiri.
Kronologi tersebut diungkapkan Kepala Sub Komite Penerbangan KNKT, Kapten Nur Cahyo Utomo, dalam preliminary report atau laporan awal investigasi kecelakaan Sriwijaya Air SJ-182, Rabu (10/2/2021).
KNKT mengungkapkan, setelah lepas landas, pesawat SJ-182 mengikuti jalur keberangkatan yang sudah ditentukan sebelumnya, yakni jalur dengan kode ABASA 2D.
• Viral Pembeli Barang Tak Paham Sistem COD, Tak Mau Bayar Sebelum Buka Paket
• Kecelakaan Maut, Ibu Tergilas Truk Pasir
"Data FDR merekam sistem autopilot aktif (engage) di ketinggian 1.980 kaki," ungkap Kapten Nur Cahyo Utomo saat memaparkan kronologi Sriwijaya Air SJ 182 jatuh, seperti dikutip dari Kompas TV.
Kemudian pada saat melewati ketinggian 8.150 kaki, tuas pengatur tenaga mesin (throttle) sebelah kiri bergerak mundur (tenaga berkurang) sedangkan yang kanan tetap.
"Pukul 14.38.51 WIB, karena kondisi cuaca, pilot meminta kepada pengatur lalu lintas udara (ATC) untuk berbelok ke arah 075 derajat dan diizinkan," ungkapnya.
Adapun ATC memperkirakan perubahan arah tersebut akan membuat SJ-182 berpapasan dengan pesawat lain yang berangkat dari Landas Pacu 25L tujuan sama.
"Oleh karenanya, ATC meminta pilot untuk berhenti naik di ketinggian 11.000 kaki," lanjut Kapten Nur Cahyo Utomo.
Sebelum Sriwijaya Air SJ 182 jatuh, pada pukul 14.39.47 WIB, ketika melewati 10.600 kaki dengan arah pesawat berada di 046 derajat, pesawat mulai berbelok ke kiri.
• Plt Kepala Dinas Parekraf DKI Ditikam di Kantornya
• KNKT Beberkan Detik-detik Kecelakaan Sriwijaya Air SJ 182 di Kepulauan Seribu
"Tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri kembali bergerak mundur sedangkan yang kanan masih tetap," ungkap Kapten Nur Cahyo Utomo.
ATC lalu memberi instruksi untuk naik ke ketinggian 13.000 kaki dan dijawab oleh pilot pukul 14.39.59 WIB.
"Ini adalah komunikasi terakhir dari SJ-182," ujarnya.
Kemudian pada pukul 14.40.05 WIB, FDR merekam ketinggian tertinggi, yaitu 10.900 kaki.
"Selanjutnya pesawat mulai turun, autopilot tidak aktif (disengage) ketika arah pesawat di 016 derajat."
"Sikap pesawat pada posisi naik (pitch up) atau hidungnya ke atas, dan pesawat miring ke kiri (roll)."
"Tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri kembali berkurang sedangkan yang kanan tetap," jelas Kapten Nur Cahyo Utomo.
Lalu pada pukul 14.40.10 WIB, FDR mencatat autothrottle tidak aktif (disengage) dan sikap pesawat menunduk (pitch down).
"Sekira 20 detik kemudian FDR berhenti merekam data," ungkapnya.
Adapun diketahui, pesawat Sriwijaya Jakarta-Pontianak jatuh di perairan antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu pada Sabtu (9/1/2021) sekira pukul 14.40 WIB.
Pesawat tersebut mengalami kecelakaan empat menit setelah lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta, Tangerang.
Pesawat Sriwijaya SJ-182 mengangkut 62 orang yang terdiri dari 12 kru, 40 penumpang dewasa, tujuh anak-anak, dan tiga bayi.
Tak Pecah di Udara
Sebelumnya, KNKT telah menyampaikan, jika pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Jakarta-Pontianak tidak pecah di udara.
Demikian dikatakan Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono.
"Jadi ada yang mengatakan, pesawat pecah di atas udara itu tidak benar."
"Jadi pesawat secara utuh sampai membentur air, tidak ada pecah di udara," kata Soerjanto dalam rapat kerja dengan Komisi V DPR, Rabu (3/2/2021).
Soerjanto menjelaskan beberapa alasan yang mendasari hal tersebut.
Pertama, berdasarkan data tim SAR gabungan, puing pesawat tersebar di wilayah sebesar 80 meter dan panjang 110 meter pada keadalaman 16 sampai 23 meter.
Puing-puing yang ditemukan itu pun mewakili seluruh bagian pesawat dari depan hingga ke belakang.
"Misalnya, instrumen dari ruang kemudi, beberapa bagian roda pendarat utama, bagian dari sayap, bagian dari mesin, bagian dari kabin penumpang, dan bagian dari ekor."
"Luas sebaran yang ditemukan pesawat dari depan sampai belakang konsisten dengan bukti bahwa pesawat tidak mengalami ledakan sebelum membentur air," kata Soerjanto.
Ia melanjutkan, temuan pada turbin pesawat juga menunjukkan konsistensi jika mesin masih dalam keadaan hidup sebelum membentur permukaan air.
"Ini diindikasikan, turbin-turbinnnya rontok semua, itu menandakan, ketika mengalami impact dengan air, mesin itu masih berputar," kata dia.
Soerjanto menambahkan, temuan awal data automatic dependent surveillance broadcast (ADS-B) juga masih merekam data pesawat saat berada di ketinggian 250 kaki dari permukaan laut.
"Hal ini mengindikasikan, sistem pesawat masih berfungsi dan mampu mengirim data."
"Kondisi tersebut menunjukkan, mesin masih dalam kondisi hidup atau menyala sampai sebelum pesawat membentur air," kata Soerjanto.
Kendati demikian, Soerjanto menekankan, KNKT masih terus berupaya menginvestigasi penyebab kecelakaan pesawat tersebut.
Satu di antaranya adalah mengolah data dari black box flight data recorder serta terus mencari black box berisi cockpit voice recorder.
Pesawat Sriwijaya Air penerbangan SJ 182 rute Jakarta-Pontianak jatuh di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1/2021).
Pesawat itu mengangkut 62 orang yang terdiri dari enam kru aktif, 46 penumpang dewasa, tujuh anak-anak, dan tiga bayi.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kronologi Sriwijaya Air SJ 182 jatuh, KNKT: Hidung Pesawat Sempat ke Atas, Pesawat Miring Kiri