Kasus Suap Lampung Tengah
Mustafa Gagal Dapat Rekom PKB, Musa Zainudin Sebut Mahar Dukungan Arinal Lebih Besar
Musa menuturkan jika DPW PKB Lampung telah sepakat mendukung Mustafa mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur.
Penulis: hanif mustafa | Editor: Reny Fitriani
"Namanya Khairudin orang Demokrat saat berkunjung Pak Anas Urbaningrum ketemu saya bilang PKB gak mungkin dukung Mustafa, soalnya PKB Jakarta sudah terima Rp 40 miliar dari Sugar groups semua sudah tahu," jelas Musa.
Musa pun tak mengetahui bagaimana proses sehingga Chusnunia Chalim berpasangan dengan Arinal Djunaidi.
"Saya gak tahu itu ketum yang memutuskan, tapi Bu Nunik sempat menyampaikan bahwa akan mendampingi Arinal jadi gubernur dan gak bisa menolak, dan dia katanya capek tapi dipaksa Pak Muhaimin untuk mendampingi, itu katanya kepada saya," jelas Musa.
"Apakah Muhaimin tahu jika Mustafa menyerahkan Rp 18 miliar?" tanya JPU Taufiq.
"Gak tahu, mungkin ada kebijakan dari Ketum," jawab Musa.
Mahar Rp 30 Miliar
Sempat muncul Rp 30 miliar untuk mahar rekomendasi PKB kepada Mustafa dalam pencalonan gubernur, uang perahu akhirnya disepakati Rp 18 miliar.
Hal ini terungkap setelah JPU KPK mencecar pertanyaan terhadap saksi Midi Iswanto mantan Anggota DPRD Lampung fraksi PKB dan Khaidir Bujung mantan Anggota DPRD Lampung fraksi PKB dalam persidangan suap gratifikasi terdakwa Mustafa eks Bupati Lampung Tengah di Pengadilan Negeri Tanjungkarang, Kamis (4/3/2021).
Dalam kesaksian Khaidir, mahar perahu untuk maju pilgub bermula saat ia bersama Midi Iswanto, Chusnunia Chalim dan Okta Rijaya sekertaris DPW PKB saat itu berkumpul di ruang Ketua DPW PKB di Jalan Semangka Bandar Lampung.
"Saya masih ingat saat itu jam 20.00 WIB, saat itu ada Bu Nunik, saya, Midi dan Okta berbicang terkait kekhawatiran jika PKB akan ditinggal dari proses Pilgub," ucapnya.
Kata Khaidir, Nunik menanyakan siapa yang bisa melakukan komunikasi dengan Mustafa dan saat itu yang bersedia Midi.
"Lalu sekitar jam setengah sepuluh, Bu Nunik bilang mau ada pertemuan dengan Mustafa, dia meminta kami menunggu sampai ia balik, dan jam setengah satu bu Nunik datang sambil tangan kanan ngangkat jempol bilang sip, dan tangan kiri nepuk jidat ora nawar'i (tidak nawar) dan dia bilang lagi besok sore ketemu ketua umum (Cak Imin) di Jakarta," kata Kaidhir.
Khaidir memahami maksud dari Nunik yakni terkait kesepakatan mahar perahu, dan Mustafa tidak menawar lagi.
"Kemudian?" tanya JPU KPK Taufiq.
Midi Iswanto pun menyahut, "Setelah itu saya dihubungi khaidir Ibrahim untuk ketemu di Ponpes Nurul Khodirin milik KH Imam Suhadi, di sana Bu Nunik menyampaikan untuk followup Pak Mustafa."