Lampung Tengah
Kisah Pilu Kakek Tumingan, 37 Tahun Hanya Bisa Terbaring di Tempat Tidur
Pria bernama Tumingan (66) itu lebih dari setengah usianya dihabiskan dengan terbaring lemah di ranjang yang terletak di samping rumahnya.
Penulis: syamsiralam | Editor: Daniel Tri Hardanto
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, LAMPUNG TENGAH - Di rumah sangat sederhana berdinding papan dan hanya beralas tanah di Kampung Buminabung Ilir, Kecamatan Buminabung, lelaki tua sedang tidur di atas ranjang terbuat dari papan kayu yang hampir reyot.
Pria bernama Tumingan (66) itu lebih dari setengah usianya dihabiskan dengan terbaring lemah di ranjang yang terletak di samping rumahnya.
Saat Tribunlampung.co.id menyambangi kediamannya, Rabu (10/3/2021), Kakek Tumingan masih mengingat awal mula kejadian saat mengalami kelumpuhan di bagian kaki dan tangannya.
Ia menceritakan, saat masih kecil ia terjatuh dari pohon jambu monyet pada tahun 1977.
Baca juga: Kondisi Nia Ramadhani Terbaring Lemas di RS, Rabun Jauh hingga Tendon Tangan Bermasalah
Baca juga: Siswi SMP Jadi Kuli Bangunan Demi Bantu Ibu, Tinggal di Gubuk Reyot
Awalnya ia hanya mengalami nyeri, sakit dan bengkak di bagian kaki dan pangkal pahanya.
"Setelah terjatuh dari pohon itu, saya hanya dipijit-pijit biasa ke tukang urut. Tapi, kondisi kaki saya masih sakit dan nyeri," kenang Tumingan.
Namun, ia membiarkan saja rasa sakit itu hingga bertahun-tahun.
Pada tahun 1984, Tumingan merasakan nyeri akibat terjatuh itu semakin parah.
"Di tahun 1984, tidak hanya nyeri biasa, tapi membuat kaki saya kaku total, tidak bisa digerakkan. Begitu juga kedua tangan saya gak bisa digerakkan. Selanjutnya tahun 2000 mata saya juga tidak bisa lagi dipakai melihat total," ucap Tumingan.
Tahun berganti, Tumingan harus kehilangan kedua orangtuanya karena meninggal dunia.
Setelah itu, Tumingan dirawat sang adik, Jainem (41), hingga saat ini.
Jainem bukan perempuan yang berkecukupan.
Bahkan, pernikahannya pun kandas.
Dengan bekerja sebagai buruh tanam dan panen kebun di kampungnya, penghasilannya tidak lebih dari Rp 50 ribu sehari.
Ditambah lagi, ia juga harus merawat kedua anaknya.
"Kakak saya tidak mau dipindah tidurnya dari ranjang itu. Dia cuma mau tidur di situ. Nyaman katanya. Selain itu, dia juga gak mau dipakaikan baju, cuma minta diberi selimut," terang Jainem.
Jainem hanya bisa mengiyakan keinginan Tumingan, walaupun khawatir kakaknya kedinginan dan kehujanan jika terus dibiarkan berada di samping rumahnya yang hanya beratapkan asbes tanpa pintu.
"Dia mengeluhnya cuma minta dibeliin kipas angin supaya tidak gerah. Tapi sampai sekarang belum kebeli, karena pendapatan saya terbatas. Dia juga minta dibeliin radio karena suka dengar musik" bebernya.
Dijenguk Bupati
Informasi mengenai Tumingan sampai juga ke telinga Bupati Lampung Tengah Musa Ahmad.
Musa pun menyambangi kediaman Tumingan.
Dalam kesempatan itu, Musa memberikan bantuan sembako.
Bupati juga menginstruksikan Dinas Kesehatan melalui puskemas untuk memeriksa kondisi Tumingan secara rutin.

"Saya akan selalu berdoa supaya Pak Tumingan selalu sehat. Kepada petugas kesehatan supaya juga melakukan pengecekan kesehatan rutin, agar apa yang menjadi keluhannya dapat diketahui," terang Musa Ahmad.
Musa juga mengucapkan terima kasih kepada perangkat kampung dan kecamatan karena keluarga Tumingan telah masuk ke program penerima bantuan dari pemerintah pusat dan daerah.
Tokoh masyarakat Buminabung yang juga anggota DPRD Lampung Tengah Baroji melalui Aliansi Masyarakat Cinta Damai (Almacida) ikut merasa prihatin terhadap kondisi Tumingan dan keluarganya.
Mengetahui kondisi rumah Tumingan yang sudah hampir lapuk beberapa bagian bangunannya, ia bersama Almacida memberikan bantuan untuk renovasi rumah.
"Alhamdulillah, dua tahun lalu saya bersama rekan-rekan Almacida membangun atap tempat Pak Tumingan tidur. Karena tadinya tidak ada atap sama sekali, sehingga kami prihatin," kata Baroji.
Tak hanya itu, pihaknya juga hampir setiap pekan memberikan bantuan untuk kebutuhan sehari-hari Tumingan. ( Tribunlampung.co.id / Syamsir Alam )