Universitas Lampung
Mahasiswa Asing di Unila: Nyaman Kuliah di Kampus Penuh Toleransi
Mahasiswa asing yang menempuh jalur degree di Universitas Lampung (Unila) mengaku senang dan nyaman kuliah di Unila. Tidak hanya ketersediaan fasilita
Penulis: Advertorial Tribun Lampung | Editor: Advertorial Tribun Lampung
Menurut dia, global initiative Unila ini sesuai dengan Renstra Kemdikbud, Renstra Unila, dan Pemeringkatan Klasterisasi Perguruan Tinggi Berdasarkan Program Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM).
Ayi menjelaskan, saat ini, Unila konsen mencari mitra kerja sama dengan 100 universitas terbaik di tingkat dunia. Walau tidak mudah, ujarnya, tapi Unila sudah memiliki kerja sama detail dengan beberapa universitas luar negeri.
Di antaranya Monash University-Australia, New Castle University-Australia, Kentucky University-Amerika Serikat, Aoyama Gakuin University-Jepang, Gunma University-Jepang, serta beberapa universitas di Eropa, Jerman, Perancis, Hungaria, dan Kroasia.
Terkait mahasiswa asing, kata Ayi, sebelumnya terdapat sekitar 20 orang yang mengambil jalur degree di Unila. Namun karena pandemi Covid-19, jumlah mahasiswa asing menurun sehingga saat ini hanya tersisa 10 orang yang masih menempuh studi di Unila.
Sepuluh mahasiswa asing tersebut adalah Raed Mohammed Hassan Arada asal Palestina kuliah di Jurusan Teknik Elektro, Yahia Khalil Ibrahim Taha asal Palestina mengambil Jurusan Teknik Mesin, Mohammed Zyad Zayd Alshurafa asal Palestina kuliah di Jurusan Ilmu Komputer, dan Vu Ngoc Thuy Trinch asal Vietnam di Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia.
Lalu, Balapuwaduge Ishini Amand Mendis asal Sri Langka di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Umniya asal Irak di Pendidikan Dokter, Ramananjatovo Mathias Angelo asal Madagaskar di Jurusan Ilmu Komunikasi, Andrianarivony Georges Leoni asal Madagaskar di Jurusan Hubungan Internasional, Abdelrahman Slaheldin Ahmed Hassan asal Mesir Jurusan Ekonomi, dan Amina Ata Abedelaty Elzaanin asal Palestina mengampu Jurusan Magister Manajemen.
“Karena pandemi, jumlah mahasiswa asing sekarang menurun, tinggal 10 orang. Kemarin juga ada yang dari Jepang karena Covid ditarik kembali ke negaranya,” tutur Ayi.
Beasiswa bagi Negara Berkonflik
Ayi mengatakan, di tahun 2021 ini, Rektor Unila Prof. Karomani membuat kebijakan menyediakan 40 slot beasiswa bagi mahasiswa asing dari negara-negara yang sedang berkonflik, seperti Irak, Suriah, Palestina, Myanmar, dan lainnya.
“Pak rektor ingin memperkenalkan keragaman Indonesia, multikultur Indonesia, dan sikap toleransi yang dimiliki bangsa Indonesia. Ide besarnya adalah Indonesia yang dibingkai oleh Pancasila dan semangat Bineka Tunggal Ika bisa hadir dan menjadi pelajaran bagi masyarakat dunia,” tutur Ayi.
Untuk itu, pihaknya akan mengirimkan surat ke beberapa kedutaan untuk memberitahu bahwa Unila menyediakan beasiswa bagi negara mitra yang tengah mengalami konflik. Selain itu, sosialisasi penerimaan mahasiswa asing juga dilakukan melalui website io.unila.ac.id yang juga dilengkapi dengan admission link di dalamnya.
“Sehingga, mahasiswa asing yang ingin mendaftar ke Unila sudah bisa langsung mengisi formulir pendaftaran dan memasukkan data-data mereka di admission link itu,” kata Ayi.
Menurut dia, saat ini sudah ada 25 mahasiswa asing yang memasukkan apply ke email UPT PKLI. Pihaknya akan melakukan seleksi terhadap berkas yang masuk, bagi yang eligible akan mendapatkan beasiswa, bagi yang tidak memenuhi syarat, akan diarahkan untuk mandiri.
“Penerimaan mahasiswa asing sudah berjalan, sudah open, malah sudah ada 25 apply yang masuk dari negara yang tidak kita targetkan sebenarnya, ternyata banyak yang berminat untuk kuliah di Unila,” kata Ayi.
Terkait anggaran beasiswa bagi 40 mahasiswa asing tersebut, UPT PKLI tidak hanya mengandalkan dana dari Unila, tapi juga akan memperjuangkan dana sharing dari program Darmasiswa Kemdikbud, dana CSR dari BUMN, serta perusahaan-perusahaan besar di Indonesia.