Liga Champions
Liga Champions PSG vs Man City, Tuchel Bisa Adopsi Gaya Pep Guardiola Taklukan Los Blancos
Di bawah asuhan pelatih asal Jerman The Blues memiliki rekor yang kuat . Sejauh ini Atletico Madrid dan FC Porto telah dibuat tersingkir di dua putara
Penulis: Romi Rinando | Editor: Riyo Pratama
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Thomas Tuchel ingin mencapai final Liga Champions saat Chelsea berhadapan dengan Real Madrid
Di bawah asuhan pelatih asal Jerman The Blues memiliki rekor yang kuat . Sejauh ini Atletico Madrid dan FC Porto telah dibuat tersingkir di dua putaran p;eh mereka.
Namun Real Madrid merupakan raksasa Spanyol punya pemain berpengalaman dan sangat betah berlaga dalam pertarungan kelas atas Eropa.
Tidak akan mudah bagi Chelsea maju. Nampaknya Tuchel harus membuat rencana efektif, dan dia bisa mengadopsi strategi yang dipakai dan dibentuk Guardiola saat mengalahkan skuad Zinedine Zidane tahun lalu.
Manchester City menghadapi Madrid di turnamen musim lalu, mereka unggul agregat 4-2 setelah memenangkan leg pertama di Bernabeu dengan selisih dua gol menjadi satu.
Guardiola mengubah tim di pertandingan tandang. Ia menempatkan Sergio Aguero di bangku cadangan, Gabriel Jesus di sayap.
Ia menggunakan Kevin De Bruyne dan Bernardo Silva sebagai false nine secara khusus untuk menimbulkan masalah bagi pertahanan Zidane.
"Kami memutuskan bermain tanpa striker yang tepat karena cara bertahan Madrid," kata Guardiola saat itu.

"Mereka begitu agresif, man-to-man dalam tendangan gawang, sangat tinggi."
Tuchel memiliki sejumlah opsi ofensif untuk bermain sedemikian rupa, dengan sistem tiga bek favoritnya berputar di sekitar satu sampai dua striker," katanya
Kai Havertz terbukti berguna; pemain muda Jerman tersebut cenderung bergerak ke lini tengah dari posisi awal yang tinggi, yang berpotensi mengakibatkan bek tengah Zidane menjauh dari wilayah biasanya seperti yang mereka lakukan saat melawan Man City, dengan Timo Werner melesat di belakang.
Beberapa minggu yang lalu, Tuchel menjelaskan detail permainan Havertz, dengan menyatakan:
"Antara sembilan dan sepuluh adalah posisi terbaiknya. Dia memiliki kebebasan turun dan bergerak di antara keduanya. Saya tidak ingin dia berada di belakang bola," tukasnya
Pemain berusia 21 tahun ini sedang dalam pembentukan sesuatu yang berbeda dengan 'striker yang tepat' seperti yang dirujuk Guardiola, dan dia bisa menjadi sentral dalam pendekatan Tuchel.
Selain itu, bos Etihad menyatakan perlunya Ma City menggunakan sayap lebar untuk menimbulkan masalah bagi Madrid karena berkurangnya kehadiran di depan dan pertahanan Zidane yang tegas, dan itu menjadi pertanda baik bagi sistem Tuchel.
Sebagai konsekuensi dari tiga bek yang dia sukai, Chelsea memiliki sayap yang lebar karena bek sayap yang ditempatkan di setiap sayap.
Tuchel sangat eksperimental dengan pemilihan timnya dan dia bisa sulit diprediksi tetapi, pada akhirnya, dia bisa mengikuti jalur yang diciptakan oleh Guardiola kali ini, dengan potensi final Liga Champions di depan mata. (*)
(tribunlampung.co.id/ Romi Rinando LN)