PON Papua 2021

Peterjun Payung Lampung Berpeluang Besar Sabet Medali di PON Papua

Tiga peterjun payung Lampung siap memperebutkan medali di ajang PON XX di Papua. Mereka adalah Eko Agus Sulistyo, Purwanto, dan Erlando.

Penulis: Daniel Tri Hardanto | Editor: Daniel Tri Hardanto
Dok Humas KONI Lampung
Tiga peterjun payung Lampung Eko Agus Sulistyo, Purwanto, dan Erlando Brojo Santiko menjalani persiapan PON 2021 di Lanud Sulaiman yang berada di Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Tiga peterjun payung Lampung siap bertarung memperebutkan medali di ajang PON XX di Papua.

Mereka adalah Eko Agus Sulistyo, Purwanto, dan Erlando Brojo Santiko.

Pelatih terjun payung Lampung Dwi Heri Setiawan mengatakan, ketiganya menjalani persiapan di Lanud Sulaiman yang berada di Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Hal itu dikatakan Dwi kepada pengurus KONI Lampung di Lanud Sulaiman, Selasa (25/5/2021) lalu,

Menurut Dwi, hasil latihan yang dijalani Eko, Purwanto, dan Erlando sangat memuaskan.

Baca juga: Berjuang Masuk Tim SEA Games, Petinju Lampung Rusdianto Fokus Persiapan ke PON Papua

“Kami memang berusaha untuk terus melakukan latihan sesering mungkin. Karena memang kondisinya kan tergantung cuaca, terutama angin. Maka dari itu kami selalu standby setiap hari selalu mengisinya dengan latihan teori dan juga teknis,” beber Dwi, dilansir dari keterangan resmi Humas KONI Lampung yang diterima Tribunlampung.co.id, Kamis (27/5/2021).

Dwi menjelaskan, peterjun payung Lampung akan turun di nomor beregu open dan kerja sama antarparasut 7.000 feet 8 ronde putra.

Khusus untuk nomor kerja sama antarparasut, terus Dwi, peluang Lampung meraih medali sangat terbuka lebar.

Pasalnya, ada kemungkinan nomor ini hanya diikuti enam provinsi.

Sekadar diketahui, cabor terjun payung PON akan dipertandingkan di lapangan Kantor Bupati Timika, Papua.

Baca juga: Reihana Optimistis Pesenam Lampung Sabet Emas di PON Papua 2021

“Kesempatan sangat terbuka, karena terjun payung adalah pertarungan terbuka yang semuanya memiliki risiko yang sama, yakni berhadapan dengan cuaca setempat,“ beber Dwi.

“Kalau di terjun payung, kita tergantung bagaimana situasi angin di atas dan di bawah. Kalau menilai kesempatan, semua memiliki kans yang sama. Nah, yang terpenting adalah peralatannya juga, terutama kamera. Karena hasil dari kamera itulah yang nanti akan dinilai oleh juri. Jika kameramennya bagus, maka satu faktor sudah diatasi. Tinggal bagaimana kedua peterjun yang membuat formasi di udara yang menentukan berikutnya,” lanjut pria asal Metro ini.

Dia menjelaskan, dalam nomor kerja sama antarparasut, setiap tim diharuskan membuat formasi sebanyak-banyaknya dalam tempo 90 detik.

Sejauh ini, sambung Dwi, formasi terbanyak yang dibuat sebuah tim di udara hanya lima.

“Kita kan hanya punya waktu 90 detik sejak lompat dari pesawat untuk membuat sebanyak mungkin formasi kerja sama parasut. Namun semua bisa terjadi di atas, karena banyak faktor,” ujarnya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved