Apa Itu
Apa Itu Gencatan Senjata, Pengertian dan Contohnya
Simak selengkapnya apa itu gencatan senjata beserta dengan contoh gencatan senjata. Berikut penjelasannya.
Penulis: Virginia Swastika | Editor: Noval Andriansyah
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Berikut penjelasan tentang apa itu gencatan senjata, termasuk contoh gencatan senjata.
Dalam dunia pendidikan, istilah gencatan senjata mulai diperkenalkan kepada para siswa.
Satu di antara mata pelajaran yang berisikan materi tersebut tak lain adalah Ilmu Pengatahuan Sosial (IPS).
Tak hanya itu, istilah gencatan senjata juga kerap muncul di dalam pelajaran Sejarah.
Meski begitu, sudah tahukah kamu apa itu gencatan senjata?
Simak selengkapnya mengenai apa itu gencatan senjata yang telah Tribunlampung.co.id rangkum dari berbagai sumber.
Baca juga: Apa Itu Fenomena Aphelion
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, gencatan senjata adalah penghentian tembak-menembak.
Tembak menembak yang dimaksud di dalam pengertian gencatan senjata tersebut berkaitan tentang perang.
Sementara berdasarkan Kamus Britannica, istilah tersebut ditafsirkan sebagai kesepakatan untuk penghentian permusuhan aktif antara dua atau lebih pihak yang berperang.
Tak hanya itu, pengertian gencatan senjata juga diartikan serupa oleh laman resmi STIKI Malang.
Mereka menuliskan hal tersebut merupakan penghentian perang atau konflik bersenjata apapun untuk sementara di mana kedua belah pihak yang terlibat, setuju untuk menghentikan gerakan bernafsu menyerang masing-masing.
Penghentian perang ini dapat dinyatakan sebagai bagian dari akad formal maupun informal antara kedua belah pihak.
Baca juga: Apa Itu Adaptasi, Pengertian, Tujuan dan Jenis-jenisnya
Sebagai contoh, pada 25 Desember 1941 saat Perang Dunia I silam, Jerman dan Inggris melakukan gencatan senjata tidak resmi karena ingin merayakan Hari Raya Natal.
Keduanya sepakat untuk menghentikan perang, meski tidak ada perjanjian tertulis yang ditandatangani kedua belah pihak.
Namun, beberapa hari kemudian perang tersebut kembali dilangsungkan.
Tak hanya itu, contoh gencatan senjata lainnya adalah terjadi di antara Israel dan Otoritas Palestina pada tanggal 8 Februari 2005 silam.
Kala itu, pemimpin delegasi Palestina, Saeb Erakat menyatakan keinginan untuk melakukan gencatan senjata dengan pihak lawan.
"Kami setuju bahwa hari ini Presiden Abbas akan mengumumkan penghentian permusuhan secara penuh terhadap orang Israel di manapun dan Perdana Menteri Sharon akan mengumumkan penghentian kekerasan dan kegiatan militer terhadap orang Palestina di manapun."
Aksi gencatan senjata ini tergolong langkah penting dalam menyelesaikan konflik kekerasan.
Hal itu karena dengan adanya deklarasi demikian dapat membuat kondisi konflik panas antarnegara itu bisa mendingin, bahkan bisa membuka jalan untuk bernegosiasi dengan pihak lawan.
Namun tidak menutup kemungkinan bahwa deklarasi gencatan senjata akan rapuh dan rusak dalam beberapa bulan pertama.
Hal itu tak lepas dari komitmen politik masing-masing pihak.
Gencatan senjata apa pun bisa renggang karena ketegangan dan skeptisisme masyarakat yang tinggi.
Jika satu pihak tidak memiliki niat tulus untuk mencapai penyelesaian yang dinegosiasikan, seluruh proses akan terancam gagal.
Selain itu, gencatan senjata juga ternyata sering dimanipulasi sebagai alat demi meraup keuntungan politik.
Misalnya, satu pihak dapat menggunakan gencatan senjata untuk menyusun kembali kapasitas perangnya atau menggerakkan pasukannya ke posisi taktis yang lebih kuat.
Umumnya, gencatan senjata yang berhasil sering kali membutuhkan dasar kepercayaan di antara musuh.
Seperti kesadaran bahwa kekerasan terus-menerus merusak diri sendiri, pengakuan atas peran seseorang dalam menciptakan konflik atau empati terhadap musuh.
Namun, aspek tersulit dalam mengelola gencatan senjata adalah kemampuan untuk mendapatkan dukungan dari semua pemangku kepentingan dalam suatu konflik.
Hal itu karena pada dasarnya gencatan senjata memiliki sifat yang tidak stabil.
Begitu konflik melebar hingga melibatkan banyak pihak, tak bisa dipungkiri bahwa pihak yang berkepentingan akan membuat perubahan keputusan.
Rupanya dalam proses gencatan senjata, ruang lingkup serta durasi itu ditentukan oleh pihak yang mengadakan kesepakatan.
Hal tersebut diketahui dari laman Britannica.com, pada Senin (12/7/2021).
Bisa saja gencatan senjata dilakukan untuk sementara waktu agar mereka dapat melaksanakan tujuan khusus seperti mengumpulkan korban meninggal akibat perang.
Akan tetapi juga bisa dilakukan secara total, seperti perjanjian gencatan senjata Prancis tahun 1940.
Aturan umum tentang gencatan senjata juga telah dirumuskan di Konferensi Perdamaian Den Haag tahun 1907 dan tertuang dalam peraturan perang darat Den Haag.
Menurut ketentuan peraturan tersebut, permusuhan dapat dilanjutkan dalam gencatan senjata yang tidak terbatas setelah pemberitahuan yang tepat atau pelanggaran serius terhadap gencatan senjata.
Tindakan yang merupakan pelanggaran serius itu termasuk penyerangan yang disengaja, perebutan poin di luar garis partai, dan penarikan pasukan dari posisi yang tidak menguntungkan atau lemah.
Itulah penjelasan apa itu gencatan sejata, termasuk contoh gencatan senjata di dalamnya. ( Tribunlampung.co.id / Virginia Swastika )